AsikBelajar.Com | Ekosistem ialah sistem pendukung kehidupan di planet ini yang sangat penting bagi kesehatan insan dan sangat diharapkan untuk kesejahteraan umat insan dalam rangka Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan yang Sehat, selanjutnya yang terpenting ialah bahwa keputusan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi juga harus berwawasan dan melindungi lingkungan (WHO. 2005).
Ekosistem merupakan satu kesatuan tatanan yang terbentuk oleh adanya korelasi timbal balik antara unsur biotik dengan unsur-unsur abiotik pada suatu wilayah. Ekosistem terdiri dari unsur-unsur biotik, seperti: tumbuhan, satwa/hewan, mikroorganisme dan insan serta abiotik unsur fisik kimia, dan lingkungan seperti; tanah, suhu, kelembaban dan unsur iklim lainnya, materi organik, korelasi timbal balik ini berjalan secara dinamis dan seimbang sehingga tercipta kondisi lingungan yang mendukung kehidupan makhluk hidup (Karden, 2009).
Apabila salah satu unsur dalam suatu ekosistem ada yang hilang dalam suatu wilayah, maka suatu ekosistem sanggup dikatakan mengalami kerusakan, kerusakan ini sebagai jawaban dari kerusakan alami, seperti: kebakaran hutan, tsunami, longsor dan kerusakan jawaban campur tangan insan seperti: penambangan, penggunaan zat-zat kimia yang terus menerus dan tidak terkendali, pertanian monokultur (perkebunan kelapa sawit).
Menurut Rensi (2012) diperkirakan dalam masa 300 (tiga ratus) tahun belakangan ini telah banyak spesies yang sudah punah dari muka bumi ini, dan semakin usang akan semakin bertambah, sehingga dikhawatirkan suatu ketika insan juga, akan sanggup menjadi korban kepunahan. Kepunahan jenis di Indonesia terutama disebabkan oleh degradasi habitat (deforestasi, perubahan peruntukan lahan), tragedi (kebakaran),eksploitasi secara tidak bijaksana (perburuan/pemanenan liar), dan masuknya spesies absurd invasif serta perdagangan satwa liar.
Hasil Penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa imbas negatif dari perubahan penggunaan lahan untuk produksi materi bakar nabati atau biofuel. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, menjadikan emisi karbon yang dihasilkan dari konversi lahan memerlukan waktu ratusan tahun untuk proses pemulihan menyerupai sedia kala.
Berdasarkan data Bank Dunia 2001 diperkirakan bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1,6 juta ha per tahun atau 3 ha per menit hingga 2 juta ha per tahun. Jika penggundulan hutan terjadi secara terus menerus, maka akan mengancam spesies tumbuhan dan fauna dan merusak sumber penghidupan masyarakat. Pembukaan jalan dalam daerah yang dilindungi lebih banyak membawa imbas negatif bagi lingkungan. Indonesia memiliki lahan berair (termasuk hutan rawa gambut) terluas di Asia, yaitu 38 juta ha yang tersebar mulai dari kepingan timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, ]awa, Maluku hingga Papua. Tetapi luas lahan berair tersebut telah menyusut menjadi kurang lebih 25,8 juta ha (Suryadiputra, 1994 dalam Irwanto, 2010).
Sumber:
Fitrah, Hastirullah. 2018. Material Tanah Bekas Tambang Batubara & Pembenahan. Yogyakarta: Thema Publishing. Hal.15-16.
Sumber https://www.asikbelajar.com