Bekerja atau pilih menganggur saja? sumber foto: dokpri.
Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu kemudian merilis jumlah angkatan kerja di Indonesia sampai Februari 2017. Angka ini merupakan output dari aktivitas Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang biasa dilakukan oleh BPS sebanyak dua kali setiap tahun. Berdasarkan data hasil sakernas itulah, jumlah pengangguran di Indonesia sanggup kita ketahui. Data mencatat terdapat sebanyak 131,55 juta orang yang termasuk dalam angkatan kerja di Indonesia (2017). Kondisi ini menawarkan sebuah kenaikan sebesar 3,88 juta orang apabila dibandingkan pada Februari tahun 2016.
Data BPS juga menyebutkan, setidaknya terdapat sebanyak 124,54 juta orang yang termasuk kategori bekerja atau naik sebesar 3,89 juta orang dibandingkan tahun 2016. Sementara itu, Indonesia masih mengoleksi pengangguran sebanyak 7,01 juta orang. Relatif tak signifikan alasannya hanya berkurang 10.000 orang saja jikalau dibandingkan kondisi 2016.
Pada September ini, pemerintah melalui kemenpan-RB kembali membuka lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) bagi setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang ingin berkarir sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Data dari laman tirto.co.id (10/08/2017) menyebutkan bahwa jumlah pendaftar CPNS yang telah diterima oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebanyak 536.504 orang pelamar, dan menurut Tempo(08/09/2017) menawarkan kondisi terakhir, jumlah pendaftar telah mencapai 901.274 orang pelamar. Jumlah ini begitu besar, apalagi ketika ini tengah masuk dalam tahap II yang hanya mempunyai deretan sebanyak 17.928 jabatan saja.
Kalau kita amati, tahun ini merupakan momentum cemerlang bagi Indonesia untuk menekan angka pengangguran. Kendati demikian, belum sanggup dikatakan bahwa terbukanya lowongan CPNS sanggup mengurangi pengangguran secara nasional. Dari datanya saja, bila kondisi Februari 2017 pengangguran masih sebanyak 7.010.000 orang, maka bila deretan CPNS terisi semua, pengangguran di satu sisi akan berkurang sebanyak 17.928 orang, tetapi sisanya?. Belum lagi jikalau diamati dari sisi lain, deretan yang disediakan BKN hanya mengisi kekosongan pegawai akhir pensiun, meninggal, mutasi, atau efek pemecatan pegawai. Kalaupun deretan tersebut termasuk menambah jumlah ASN, nampaknya persentasenya sangat kecil.
Tak hanya faktor itu, potensi bertambahnya pengangguran juga terjadi jikalau yang tak lolos tes CPNS belum memperoleh pekerjaan. Atau bahkan pengangguran bertambah justru akhir terdapat sejumlah pendaftar CPNS yang rela berhenti bekerja di kawasan sebelumnya alasannya ia pengin mendaftarkan diri tahun ini.
Belum lagi, masih diperkirakan adanya tindak kecurangan dalam proses perekrutan CPNS, khususnya tahapan seleksi administrasi. Potensi bertambahnya pengangguran Indonesia justru meningkat akhir orang melepas pekerjaannya, gres ikutan seleksi, ia dinyatakan gugur administrasi, padahal terdapat kecurangan di dalamnya, kalau demikian, apalagi kalau tidak menganggur?
Menpan-RB sah-sah saja menyampaikan bahwa sistem perekrutan CPNS tahun ini akan berjalan tanpa kecurangan. Dengan memakai sistem Computer Assisted Test (CAT) memang dari segi waktu dan sistem sudah relatif ampuh mengurangi tindak kecurangan dalam seleksi. Tapi, apakah ada jaminan pula pada seleksi administrasi? Tendensi kecurangan inilah yang perlu diwaspadai. Kalaupun menpan-RB ingin semua tahapan seleksi berjalan terkomputerisasi, mengapa tahapan seleksi manajemen tidak sanggup dilakukan? Seleksi manajemen inilah yang dimungkinkan tindakan KKN, kalau tahapan tes CAT-BKN, tampaknya tak begitu rentan.(*) Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/