AsikBelajar.Com | Perbaikan tanah bekas tambang watu bara harus dilakukan secara menyeluruh tidak bisa dilakukan hanya sebagian saja atau hanya bagian-bagian tertentu saja atau juga asal tanah kelihatan hijau saja, hal akan berakibat apa yang telah kita lakukan akan menjadi sia-sia, bahkan berakibat pada biaya yang kita keluarkan menjadi mahal. Akibatnya tanah bekas tambang watu bara akan dibiarkan begitu saja (sleeping land) dan lubang bekas galian tetap terbuka, dengan kualitas air yang sangat berbahaya. Perbaikan tanah bekas tambang watu bara harus mengacu pada komisi jangka panjang bukan hanya sesaat saja, begitu ditanami tanah bekas tambang watu bara selesai, apakah tumbuhan tersebut hidup atau tidak tidak persoalan yang penting sudah dilakukan penanaman. Padahal tanah bekas tambang watu bara menyerupai sudah dikatakan diatas bahwa banyak mengandung logam berat dan Air Asam Tambang (AAT) yang sangat sulit untuk mengatasinya, ketika ini upaya yang dilakukan yakni dengan sumbangan kapur (CaC03) untuk mengurangi keasaman tanah, pengapuran ini hanya bertahan sesaat saja, alasannya kapur bukan untuk mengatasi adanya logam berat tetapi untuk mengatasi keasaman tanah, logam berat bekerjasama dengan kondisi keasaman tanah, ada sebagian logam berat larut pada tanah asam dengan demikian makin asam tanah maka makin banyak logam berat yang terlarut mengakibatkan racun bagi tanaman.
Melihat fakta dilapangan bahwa tanah bekas tambang watu bara banyak terdapat kandungan logam berat dan adanya Air Asam Tambang. Pemberian pupuk organik, sangkar dan pupuk anorganik pada sekitar tumbuhan belum bisa untuk mengatasi logam berat dan air asam tambang, karenanya tumbuhan yang telah berumur dan sudah besar akan mengalami kematian, alasannya makin besar tumbuhan akan kuat terhadap sistem perakaran, karenanya makin dalam akar yang masuk kedalam tanah maka unsur hara yang disediakan pada awal penaman makin sedikit dan bahkan tidak ada yang tersisa hanya logam berat dan tumbuhan akan mengalami kematian, kalaupun tumbuhan bisa bertahan hidup akan mengalami pertumbuhan yang stagnan (kerdil).
Pengembangan teknologi biologi dan penemuan ketika ini memungkin untuk mengatasi logam berat dan kondisi asam pada tanah bekas tambang watu bara, alasannya selain biaya yang murah, ramah lingkungan dan bisa mengatasi pada medan-medan berat, hal ini kita lakukan dengan membuatkan mikroorganisme lokal (MOL) untuk membantu reaksi-reaksi kimia dan proses-proses fisika pada tanah bekas tambang watu bara.
Perbaikan tanah bekas tambang watu bara bukan terfokus pada perbaikan kimia tanah saja, namun yang perlua diatas terlebih dahulu yakni sifat fisika tanah, alasannya tanah bekas tambang watu bara telah kehilangan top soil karenanya secara fisik, kimia dan biologi telah mengalami kerusakan. Fakta dilapangan mengambarkan bahwa tanah bekas tambang watu bara yang telah direklamasi dengan perbaikan tanah memakai pupuk organik dan anorganik ternyata, banyak tumbuhan mati sehabis tumbuhan berumur 3-4 tahun sebagai akhir makin membesarnya tumbuhan maka akar tumbuhan makin masuk kedalam tanah, sementara tanah lapisan bawah miskin unsur hara dan masih terkotori oleh logam berat alasannya tingkat keasaman masih tinggi, hal ini diakibatkan oleh adanya pemadatan tanah sehingga air tidak bisa menembus kedalam tanah sehingga tidak bisa meneruskan unsur hara yang diberikan, apalagi unsur hara yang diberikan dalam bentuk anorganik (pupuk kimia), justru akan menambah pencemaran logam berat, dengan demikian tumbuhan akan keracunan logam berat.
Sumber:
Fitrah, Hastirullah. 2018. Material Tanah Bekas Tambang Batubara & Pembenahan. Yogyakarta: Thema Publishing. Hal. 32-34.
Sumber https://www.asikbelajar.com