Wednesday, August 16, 2017

√ Cara Menipu Inflasi

Inflasi begitu menciptakan gusar pedagang kaki lima, pedagang gorengan hingga pengusaha kendaraan beroda empat dan rumah makan. Kalau ia hingga muncul, semua pihak bergumam secara berjamaah. Padahal, aslinya sih inflasi itu sanggup dihindari atau diminimalisir. Istilah plesetannya ya...ditipu lah, hehe.

Kali ini inflasi kita kaitkan dengan kebijakan otoritas keuangan yang biasa kita sebut bank. Katanya sih bank itu brangkasnya uang. Kata siapa?. Bank itu bukan tempatnya uang, bank itu cuma forum mediasi antara pihak yang kelebihan uang (surplus) ke pihak yang kekurangan uang (defisit).

Sederhananya, bank itu cuma mediator orang punya uang menyimpan uangnya untuk dipinjamkan ke orang lain yang butuh uang.

Saat terjadi inflasi, uang kan terasa "panas" tuh, penuh risiko. Pada ketika itulah, bank memancing pihak surplus untuk menabung uangnya di bank. Iming-imingnya sih lagu lama, "yuk ditabung saja, kita punya bunga besar lho, yang sanggup melindungi nilai riil uangnya di masa depan," kata bank sambil melambaikan tangan.

Suku bunga lah yang menjadi instrumen jitu bank untuk menarik pihak surplus tadi. Suku bunga seolah menjadi "bonus" sekaligus protektor lapisan nilai riil uang sehingga terjamin dan aman. Suku bunga otomatis meningkatkan acara saving pihak surplus alasannya yaitu inflasi. Suku bunga naik, jumlah penabung naik. Perlu diketahui, suku bunga yang dimaksudkan yaitu suku bunga tabungan ya...beda dengan suku bunga pinjaman. Saat inflasi, semoga uang beredar kembali stabil, orang meminjam justru dipersulit, caranya dengan menaikkan suku bunga pinjaman. Orang bakal pikir-pikir, "wah, aku mau pinjam tapi bunga tinggi." Tendensi meminjam menjadi rendah.

Dari sini terlihat, bahwa inflasi itu sanggup "ditipu" oleh bank. Dengan demikian yang awalnya jumlah uang beredar banyak pada waktunya akan kembali normal dan memicu harga-harga kembali stabil.
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/