Wednesday, December 6, 2017

√ Cara Menulis Naskah Drama Yang Baik (Bagian 2)

Cara Menulis Naskah Drama yang Baik (Bagian 2) - Sebelum memulai sebuah pertunjukkan drama, biasanya para pemain akan membaca naskah drama terlebih dahulu. Naskah drama yakni kertas yang berisi uraian dongeng yang akan dimainkan/ ditampilkan oleh seluruh pemain drama. Menulis naskah drama bukanlah sebuah hal yang mudah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisannya. Berikut ini yakni cara menulis naskah drama yang baik (bagian 2).

Bagian 2: Buatlah Struktur Cerita Drama


Dalam menciptakan struktur dongeng drama, ada beberapa hal yang harus teman – teman perhatikan sebagai berikut.

1) Mulailah dengan penulisan one-act play jikalau kau masih tergolong penulis baru


Sebelum menulis sebuah naskah drama, kau harus mempunyai pandangan ihwal bagaimana struktur ceritamu itu. One-act play yakni struktur naskah drama yang mempunyai alur crita lurus tanpa adanya gangguan atau suplemen lain. Jenis penulisan ini baik untuk kau yang tergolong masih gres dalam hal penulisan naskah drama. Beberapa pola dari penulisan naskah drama one-act play yakni Gettysburg (oleh Percy MacKaye) dan The Bond (oleh Robert Frost and Amy Lowell). Meskipun jenis penulisan ini mempunyai struktur dongeng yang sederhana, namun ingatlah bahwa semua dongeng membutuhkan bab dongeng yang berupa bab awal dongeng (exposition), bab konflik (rising tension), dan juga bab final dongeng (resolution).

2) Jangan batasi panjang tulisanmu


One-act structure tidak ada hubungannya dengan durasi (panjang – pendeknya waktu pertunjukkan). Jenis dongeng yang memakai penulisan ini mempunyai panjang waktu yang bervariasi, mulai dari 10 menit sampai sanggup lebih dari satu jam.

Flash drama yakni jenis drama yang mempunyai panjang waktu one-act play yang sangat singkat, sanggup berupa beberapa detik sampai 10 menit saja. Jenis drama ini baik untuk dilakukan di sekolah dan pertunjukkan theater untuk komunitas, serta baik untuk kompetisi flash theater dikarenakan waktu yang tidak terlalu panjang dan mempunyai alur yang lurus dan tidak berbelit-belit.

Advertisement

3) Gunakan ¬two-act play untuk jenis dongeng drama yang lebih kompleks


Struktur drama two-act play yakni struktur yang paling sering dipakai dalam theater kontemporer, misalnya ibarat The Homecoming (oleh Harold Pinter) dan Hölderlin (oleh Peter Weiss). Meskipun pada umumnya tidak ada hukum ihwal seberapa usang setiap adegan berlangsung, jenis struktur ini mempunyai panjang sekitar setengah jam untuk pertunjukannya sehingga menawarkan para penonton waktu jeda antar pertunjukkan/ adegan. Waktu jeda tersebut menawarkan para penonton waktu untuk beristirahat sejenak, memikirkan apa yang gres saja terjadi, dan mendiskusikan konflik yang telah ditampilkan pada pertunjukkan awal. Namun, jenis struktur drama two-act play ini menciptakan beban kerja para kru meningkat untuk berganti set, kostum, dan make-up. Waktu jeda biasanya hanya berlangsung sekitar 15 menit, jadi pastikan setiap kru mengerjakan pekerjaannya dalam rentang waktu tersebut.

4) Perhatikan penghubung antara bab awal dongeng yang menuju ke konflik cerita


Struktur drama two-act play mengubah lebih dari sekedar jumlah waktu yang para kru miliki untuk menciptakan perubahan teknis. Berhubung para penonton mempunyai waktu istirahat (waktu jeda) pada dikala pertengahan pertunjukkan, kau tidak sanggup menciptakan dongeng mu sebagai sebuah dongeng yang hanya mengalir datar begitu saja. Kamu harus menciptakan waktu jeda di antara ceritamu yang  menciptakan para penonton menjadi tegang dan ingin tau bagaimana final dari ceritamu tersebut. Ketika para penonton kembali dari waktu jeda, mereka harus kembali pada bab titik puncak cerita. Terdapat beberapa hal yang harus kau ketahui ihwal two-act structure ini yaitu sebagai berikut:

Kejadian percobaan (inciting incident) harus terjadi pada pertengahan bab dongeng awal, sesudah bab pengenalan awal (background exposition).

Letakkan beberapa adegan (adegan dramatis, tragis, atau komedi) sesudah kejdian percobaan (inciting incident) yang akan meningkatkan tensi / ketegangan para penonton. Adegan - adegan ini haruslah membangun sebuah konflik yang akan terselesaikan pada bab final dongeng drama awal.

Akhirilah dongeng drama awal mu sesudah poin titik puncak tertinggi dalam dongeng untuk bab jeda. Pada bab jeda ini, dongeng akan menggantung dan para penonton akan menjadi semakin penasaran, sehingga mereka akan kembali menonton kelanjutan dongeng drama dengan rasa ingin tahu yang lebih besar akan final dari dongeng tersebut.

Mulailah bab awal dari bagiajn dongeng kedua (bagian dongeng sesudah waktu jeda) dengan tingkat ketegangan yang lebih rendah daripada adegan sebelum bab awal berakhir. Setelah waktu jeda berakhir dan pertunjukkan kedua dimulai, sebaiknya mulailah dengan adegan yang agak ringan sehingga penonton sanggup beradaptasi terlebih dahulu sebelum menghadapi bab konflik cerita.

Sebelum bab final dari dongeng dimulai, berikanlah beberapa adegan yang akan meningkatkan ketegangan penonton dan poin tertinggi titik puncak / konflik cerita.

Pada bab final cerita, buatlah semoga ketegangan penonton menurun dengan adegan yang berisi solusi konflik (falling action). Meskipun tidak semua dongeng drama sanggup berakhir bhagia, namun penonton harus mencicipi bahwa ketegangan yang mereka rasakan selama pertunjukkan telah menurun.

5) Gunakan three-act structure jikalau kau ingin menulis dongeng yang kompleks dan panjang


Jika kau yakni seorang yang gres memulai menulis naskah drama, kau mungkin akan memakai struktur one-act atau two-act play. Hal ini alasannya yakni jikalau kau memakai three-act play structure, penonton akan diminta untuk duduk melihat pertunjukanmu selama 2 jam! Butuh pengalaman yang banyak dan kemampuan yang lebih untuk sanggup menciptakan duduk menonton sebuah pertunjukkan selama 2 jam.namun, jikalau dongeng yang ingin kau tanpilkan itu yakni dongeng yang kompleks, kau sanggup memakai three-act structure ini. Sama ibarat two-act play¸ pada jenis struktur drama ini juga memungkinkan pemain untuk bergainti set, kostum pada waktu jeda. Setiap bab dongeng haruslah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

(Cara Menulis Naskah Drama yang Baik (Bagian 3))

Demikianlah cara menulis naskah drama yang baik (bagian 2). Semoga beberapa hal tersebut sanggup membantu memudahkan teman – teman dalam menulis naskah drama. Terima kasih.

Sumber http://www.kelasindonesia.com