Hiperbola ialah salah satu majas atau gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan maksud yang ingin disampaikan. Biasanya majas ini dipakai untuk “menyatakan” apa yang dirasakan oleh seseorang semoga lawan bicara lebih gampang mengerti akan maksud pembicara.
Contoh kalimat yang memakai majas hiperbola contohnya “I’m hungry, I want to eat a horse” atau “I’m starving to death”. Kalimat pertama, si pembicara menyampaikan bahwa dia lapar, ia ingin makan kuda, hal ini bukanlah berarti si pembicara ingin makan kuda dengan makna yang tolong-menolong namun ini ialah penggunaan majas hiperbola yang ingin menekankan bahwa si pembicara sangat lapar.
Kalimat kedua, si pembicara menyampaikan bahwa dia kelaparan hingga mati, kalimat ini juga tidak berarti si pembicara benar-benar akan mati karna kelaparan. Dia hanya ingin memperlihatkan perasaannya bahwa ia sangat lapar.
Contoh kalimat hiperbola lainnya bisa kalian temukan juga di pembahasan yang telah lalu. Majas dalam Bahasa Inggris tidak berbeda jauh dengan majas dalam Bahasa Indonesia, ada 8 majas dalam Bahasa Inggris, salah satunya majas hiperbola yang dipakai tidak hanya pada kalimat saja namun juga dalam puisi.
Penggunaan hiperbola pada puisi ada yang mengandung rima atau rhyme ada juga yang tidak berima, berikut ialah teladan penggunaan majas hiperbola dalam puisi Bahasa Inggris yang sangat menarik beserta artinya.
1. Timeout
(habis waktu)
By Anonymous
All by myself
(Hanya saya sendiri)
Alone in a room
(sendiri di sebuah ruangan)
My mom put me in timeout
(Ibuku memberiku habis waktu)
So, sunyi, it’s been 10.000 years.
(begitu sepi, ini sudah 10,000 tahun)
So lonely, no one remembers me at all
(begitu sunyi, tidak ada yang mengingatku)
So lonely, my whole world is just this room
(begitu sunyi, seluruh duniaku hanya ruangan ini)
Oh wait.
(oh tunggu.)
My 5 minutes are up.
(5 menitku telah berlalu)
Goodbye,
(selamat tinggal)
I’m going out to play
(aku akan bermain di luar)
Puisi di atas menceritakan betapa seorang anak yang merasa kesepian di dalam sebuah ruangan. Dia merasa tidak ada yang mengingatnya. Dia juga mencicipi waktu begitu usang mirip 10.000 tahun.
Penulis melebih-lebihkan atau menyangatkan betapa terasa begitu lama, maka penulis memakai majas hiperbola. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan sesungguhnya yang ternyata hanya 5 menit saja; My 5 minutes are up.
2. When I die
(Saat Aku Mati)
by Sonia H.
When I die I will be a ghost
(Saat saya mati, I akan menjadi hantu)
and discover the world’s secrets.
(dan menemukan rahasia-rahasia dunia)
When I die and become a ghost
(Saat saya mati dan menjadi hantu)
I will return to my body and live.
(Aku akan kembali ke tubuhku dan hidup)
When I die I will be on earth
(Saat saya mati saya akan ada di atas bumi)
and choose to be in heaven.
(dan menentukan untuk di surga)
When I die and I have revenge
(saat saya mati dan saya punya dendam)
I will live to seek it.
(aku akan hidup dan mencarinya)
When I die
(saat saya mati)
I will live.
(aku akan hidup)
Dalam puisi di atas penulis ingin mengungkapkan perasaannya kalau ia mati ia akan menjadi hantu, yang hidup lagi di dunia, dan akan membalas dendam kalau ia punya.
Dia mengungkapkan perasaannya dengan melebih-lebihkan apa yang akan terjadi dengan menjadi seorang hantu dan menemukan semua diam-diam yang ada di dunia. Penulis bisa menciptakan pembaca puisi mencicipi perasaan penulis karna penggunaan majas hiperbola.
3. Tsunami
(gelombang tsunami)
by Theodora (Theo) Onken
Like a melodramatic tsunami-
(layaknya sebuah tsunami yang dramatis)
You self destruct our: ‘To Be’-
(kamu menghancurkan sendiri, impian kita)
Your harbor-wave of monumental catastrophe-
(gelombang pelabuhanmu merupakan tragedi yang sangat besar)
Washes away, the only remnant of me.
(menyapu bersih, sisa-sisa diriku)
I was the shore of your discontent-
(aku ialah tepi maritim dari ketidakpuasanmu)
My all baster sands were never to become a pearl-
(percikan-percikan pasirku tak kan pernah menjadi mutiara)
You were the rage inside the eye of the storm-
(kamu ialah amukan dari dalam mata badai)
An Earthquake of The World…
(sebuah gempa bumi dunia…)
Disasters take our breath away-
(bencana-bencana membawa nafas kita pergi)
Floods of grand intensity-
(banjir-banjir dari intenistas yang besar)
Come whirling and roaring over and over-
(datang berputar dan meraung terus menerus)
Stripping the very essence of me.
(melepaskan inti jiwaku)
Bays and inlets of our cacophony remain-
(teluk-teluk dan ceruk dari sisa-sisa hiruk-pikuk kita)
Dissonance reverberates over our disaster-
(ketidakcocokan terus menggemakan tragedi kita)
While you continue to wear your diadem-
(ketika kau meneruskan memakai mahkotamu-)
Unmoved, you remain, a diva-male dischord master…
(tak bergerak, kau tinggal, seorang diva paduan nada lelaki)
Pada puisi di atas, penulis ingin mengungkapkan perasaan patah hati yang ia rasakan.
Kesedihannya yang mendalam diibaratkan sebagai tsunami. Patah hatinya serasa mirip bencana-bencana yang tiba bertubi-tubi hingga membawa inti dari jiwanya lenyap. Penggunaan majas hiperbola di puisi ini menciptakan pembaca ikut mencicipi bahwa si penulis sangat duka karna patah hati, sehingga pembaca larut dalam puisi ini.
Baca juga:
4. Die for me
by Richard Brautigan
If you will die for me,
(jika kau bersedia mati demi aku)
I will die for you
(aku akan mati untukmu)
and our graves will be like two lovers washing
(dan makam kita akan mirip dua pecinta yang mencuci)
their clothes together
(baju-baju mereka bersama)
in a laundromat
(di sebuah daerah basuh otomatis)
If you will bring the soap
(jika kau membawa sabun)
I will bring the bleach.
(aku akan membawa pemutih)
Penulis juga memakai majas hiperbola untuk menciptakan pembaca merasa benar-benar mencicipi kebahagiaan yang penulis rasakan kalau penulis dan kekasihnya meninggal bersama-sama mereka akan mencuci bersama, ini ialah hal yang begitu menyenangkan bagi penulis, sehingga pembaca juga ikut senang meskipun penggambaran di puisi ini sangat sederhana yaitu aktivitas mencuci, namun tetap menjadi seakan-akan aktivitas yang mengasyikkan.
5. A Forlorn Lover
(Pecinta yang Bersedih)
By Andrew Marvell
The sea him lent those bitter tears
(laut meminjamkannya air mata kegetiran)
Which at his eyes he always wears;
(yang di matanya selalu ia gunakan;)
And from the winds the sighs he bore,
(dan dari angin, napas panjang, ia merasa bosan,)
Which through his surging breast do roar.
(yang sepanjang gelombang perasaannya meraum-raum)
No day he saw but that which breaks
(tiada hari ia melihat, tapi beristirahat)
Through frightened clouds in forkèd streaks,
(karna awan seram di percabangan anak sungai)
While round the rattling thunder hurled,
(saat mengitari, kilatan petir menghempas)
As at the fun3r4l of the world.
(seperti di pemakaman dunia)
Puisi di atas menceritakan kesedihan seorang yang patah hati, seakan-akan dipinjami air mati dari laut. Laut punya banyak air yang melimpah. Penulis mengajak pembaca mencicipi kesedihan yang mendalam bahwa untuk menangis saja membutuhkan air dari laut.
Majas hiperbola pada puisi ini sangat terasa di baris awal dan pada dua baris terakhir; While round the rattling thunder hurled, As at the fun3r4l of the world.
Penulis menceritakan betapa kesedihan yang mencakup dirinya bisa dirasakan oleh semua orang seakan-akan pemakaman dari dunia yang secara tidak eksklusif ingin menyampaikan selesai dari dunia. Kesedihannya membuatnya mencicipi dunia telah mati, telah lenyap.
Contoh-contoh puisi di atas ialah teladan puisi Bahasa Inggris yang mengandung majas hiperbola. Majas hiperbola dipakai untuk memperlihatkan pengutamaan sangat terhadap apa yang dirasakan oleh pembicara atau penulis pada sebuah teks atau puisi.
Sumber https://azbahasainggris.com