Friday, February 23, 2018

√ Sejarah Gunung Batok, Sayembara Yang Gagal Dari Rara Anteng


Gunung Batok merupakan sebuah gunung mati yang terletak diantara empat wilayah kabupaten di Jawa Timur ialah Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Pasuruan. Gunung Batok mempunyai ketinggian 2440 mdpl dengan panorama yang sangat indah. Gunung ini berada dalam satu lokasi dengan Gunung Bromo dan Gunung Semeru di daerah Taman Nasional Bromo Tengger.





Batok dalam bahasa jawa mempunyai makna tempurung kelapa. Hal ini berkaitan dengan doktrin masyarakat Tengger bahwa Gunung Batok terbentuk dari tempurung kelapa yang dibuang oleh Resi Bima ketika melakukan persyaratan untuk meminang Rara Anteng.





Dikisahkan pada zaman dahulu kala pada masa Kerajaan Majapahit di Jawa Timur terdapat seorang bayi wanita yang sangat bagus jelita dan tenang, bahkan ketika kelahirannya pun bayi ini tidak menangis. Karena ketenangannya, bayi bagus ini kemudian diberi nama Rara Anteng. Di tempat lain seorang istri pertapa melahirkan seorang bayi pria tampan yang diberi nama Jaka Seger sebab sangat aktif dan kuat, terlalu kuatnya sampai ketika dilahirkan tangisan bayi ini terdengar sampai satu desa.





Waktu pun berlalu, kedua bayi ini tumbuh remaja dan berubah menjadi menjadi seorang gadis dan jejaka yang diidamkan oleh setiap orang. Singkat dongeng Rara Anteng dan Jaka Seger bertemu dan menyimpan rasa yang sama. Hubungan mereka kian bersahabat dan memutuskan untuk segera menikah. Namun keinganan mereka terhalang sesudah kedatangan pertapa sakti kejam berjulukan Resi Bima yang ingin meminang Rara Anteng.





Karena takut, Rara Anteng tak berani untuk menolak pinangan tersebut. Rara Anteng pun mengajukan syarat semoga Resi Bima menciptakan sebuah lautan di puncak Gunung Bromo dalam waktu satu malam. Yakin dengan kesaktiannya, Resi Bima dengan percaya diri menyanggupinya. Bergegaslah Resi Bima menuju puncak Gunung Bromo.





Sampai di puncak Gunung Bromo, Resi Bima mengambil posisi bertapa dan dalam sekejap berubah menjadi raksasa yang sangat besar. Dengan derma sebuah tempurung kelapa, Resi Bima mulai mengeruk tanah. Saat lautan hampir selesai, Rara Anteng bersama dengan para emban menyiapkan jerami dan lesung. Jerami dibakar dipuncak bukit dan lesung dipukul bersahutan. Nyala api dari pembakaran jerami di puncak bukit menciptakan seolah mentari fajar telah terbit, sedangkan suara dari pukulan lesung seolah menunjukan acara warga desa yang sedang menumbuk padi di pagi hari.





Resi Bima yang masih dalam wujud raksasa pun geram sebab merasa gagal dalam menuntaskan persyaratan Rara Anteng. Karena terlalu geram, Resi Bima kemudian melemparkan tempurung kelapa yang digenggamnya. Secara ajaib, tempurung kelapa tersebut membesar dan berubah menjadi gunung di sebelah Gunung Bromo. Gunung inipun dikenal dengan Gunung Batok.





Walaupun dengan cara yang licik, Rara Anteng merasa bahagia sebab berhasil lepas dari Resi Bima yang kejam. Rara Anteng dan Jaka Seger kemudian menikah dan pindah ke sebuah desa yang kondusif dan tenang di kaki Gunung Bromo. Desa tersebut diberi nama Tengger, perpaduan antara nama Rara Anteng dan Jaka Seger.



Sumber https://phinemo.com