Sunday, April 15, 2018

√ Ngamen Makna: Kamu Jauh Biar Saya Rindu [Letto – Ruang Rindu]

Assalaamu’alaykum, pencari.


Digerakkan oleh rasa bosan dan jemu, risikonya saya izin pada diri untuk menuliskan lagi sesuatu yang tiba ke dalam pikiran. Tidak ada deadline, hanya mengisi lubang dalam hidup yang sempat dicerabut (atau tercerabut?) tempo lalu.


Kepalaku sudah menuju usang. Dibanjiri oleh kekhawatiran-kekhawatiran yang membuat lem ingatan tak sanggup merekat dengan baik. Saya menjadi pelupa. Ya, itu duduk kasus besar. Seperti tidak ada lagi yang sanggup kuingat dari tumpukan buku di dinding kamar. Padahal masih muda dan ganteng. Sudah, ah.


Saya akan mulai menuliskan makna-makna dari lagu yang memang sengaja didengar dan dicari maknanya hingga ke lagu-lagu yang tak sengaja masuk kuping tapi nyangkut di hati. he he.


Pertama, lagunya Letto – Ruang Rindu.


Barangkali bagi plettonic (sebutan ilegal untuk penggemar letto, alasannya yaitu letto tidak punya fans! Bahkan arti letto sendiri mereka serahkan sepenuhnya pada siapa saja yang ingin menafsirkannya) menelisik lirik-lirik dari grup band ‘sufi’ ini bukanlah hal yang aneh. Bahkan mungkin menjadi syarat sah mendengarkan lagu letto. Kalau gak ditelisik liriknya, ‘kafir’ koe! Ha ha.


Baca Juga: Biografi Cak Nun (Inspirasi Letto)


Anda boleh memasukkan video klip sebagai variabel dari hakikatnya. Itu hakmu. Tapi bagiku, persetan dengan video klip yang kebanyakan mengganggu. Ups.



Lirik Lagu Letto – Ruang Rindu


Begini lirik lagu Letto – Ruang Rindu


di daun yang ikut mengalir lembut

terbawa sungai ke ujung mata

dan saya mulai takut terbawa cinta

menghirup rindu yang sesakkan dada


jalanku hampa dan kusentuh Dia

terasa hangat, oh di dalam hati

kupegang erat dan kuhalangi waktu

tak urung jua kulihat ia pergi


tak pernah kuragu dan selalu kuingat

kerlingan mataMu dan sentuhan hangat

ku dikala itu takut mencari makna

tumbuhkan rasa yang sesakkan dada


Kau tiba dan pergi, oh begitu saja

semua kuterima apa adanya

mata terpejam dan hati menggumam

di ruang rindu kita bertemu


Makna Lagu Letto – Ruang Rindu


Key, apa yang saya tulis di sini berdasarkan pengalaman perjalanan diri saya sendiri. Bila anda tidak sependapat, ya … tidak apa-apa. Saya tidak harus sependapat dengan anda, begitupun anda tidak harus sependapat dengan saya. Adil, kan? He he.


Bait ke-1


di daun yang ikut mengalir lembut

terbawa sungai ke ujung mata

dan saya mulai takut terbawa cinta

menghirup rindu yang sesakkan dada


Di sini Letto mengajak kita semoga tidak merasa berkehendak atas kehidupan kita masing-masing. Kembali ke titik nol. Di mana kita semua terombang-ambing. Tidak berkuasa.


Apakah kita yaitu daun atau apakah kita entitas lain yang ada di atas daun itu, ketika Letto menuliskannya dengan ‘di daun yang ikut mengalir lembut’?


Kalau saya setuju dengan diri sendiri: kita yaitu entitas lain yang ada di atas daun.


Entah itu semut, kumbang, ulat, tungau, atau debu sekalipun. Ya, kita di anutan kehidupan ini yaitu entitas kecil tak terlihat yang ikut mengalir di daun yang bernama hidup. Sedangkan anutan air yaitu kehendakNya; lembut yaitu sifat RahmanNya.


Mau terombang ke kanan, terambing ke kiri, terserahNya sajalah. Namun yang harus kita usahakan yaitu mengamati pemandangannya. Menikmati semuanya. Membaca tanda-tanda.


Kita terus diperjalankan di atas kehidupan ini hingga jauh. Sampai ujung mata memandang. Tak terlihat. Meninggalkan kefitrahan ‘aku’ dikala masih orok.


Sampai cinta tumbuh akhir dari rindu yang terus memupukinya. Semakin jauh diperjalankan, semakin terang tandaNya; terang pula dalam diri kita yaitu sesuatu yang hilang. Sesak, kesucian kita telah terlapisi dosa-dosa. Jadi berlubang dan perlu sesuatu untuk mengisinya.


Bait ke-2


jalanku hampa dan kusentuh Dia

terasa hangat, oh di dalam hati

kupegang erat dan kuhalangi waktu

tak urung jua kulihat ia pergi


Perjalanan kita meninggalkan kesucian tentu berarti pula meninggalkan cahaya. Ketiadaan cahaya membuat siapapun hampa. Lubang di dalam hati semakin besar. Keadaan makin temaram. Terombang-terambing dalam gelap.


Perjalanan apapun menjadi tidak berarti jikalau yang kau inginkan hanya kembali. Ingin bersicepat hingga alasannya yaitu rindu telah kadung sesak. Sangat menyesakkan.


Tapi bukankah malam yang paling gelap justru yaitu malam yang paling akrab dengan fajar? Inilah ia saatnya menebus rindu pada Sang Maha.


Lalu kau sentuh Dia, Allah, Tuhanmu; pemilikmu, pengaturmu, pemeliharamu. Kau sentuh Dia dengan segala indera; tanganmu, perasaanmu, nafasmu, meditasimu. Sampai-sampai kau merasa sangat dekat. Seluruhmu meluruh. Tidak ada lagi saya dan Engkau. Aku yaitu 0 dan Kau yaitu tunggal.


Tapi keyakinan memang naik-turun. Nabi pun pribadi beruban ketika wahyu turun padanya dengan perintah fastaqim! ‘Bertetap-tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar) …’ (QS. Hud: 112). Pendapat ini berdasarkan Prof. Doktor Falih, menggambarkan begitu berat sekali untuk terus sanggup mesra, berdekatan, berdekapan dengan Allah.


Walau telah kau coba banyak sekali cara untuk menghalangi waktu semoga tak beranjak dari saat-saat indah itu. Mau tidak mau, tak urung jua kulihat Dia pergi. Bukan Dia meninggalkan, tapi kita kembali menjauh.


Bait ke-3


tak pernah kuragu dan selalu kuingat

kerlingan mataMu dan sentuhan hangat

ku dikala itu takut mencari makna

tumbuhkan rasa yang sesakkan dada


Ini yaitu perjalanan baru. Pertemuanmu denganNya dikala itu membekas kenangan. Hingga jarak tidak lagi kau sesali, melainkan kau syukuri. Sebab kenikmatan makan yaitu ketika kita lapar; kenikmatan tidur yaitu ketika kita mengantuk; maka kenikmatan dari bertemu yaitu ketika kita rindu.


Baca Juga: Makna Lagu Letto – Sebelum Cahaya


Dan rindu tidak akan pernah ada jikalau kau tidak berjauhan. Kita rindu padaNya alasannya yaitu kita sedang jauh. Dengan meyakini bahwa Dia akan selalu ada dalam ingatan, akan menjadikanmu ihsan. Kerlingan mataNya tetap mengawasimu, bilapun kau tak mencicipi kehadiranNya.


Namun perjalanan gres ini belum benar-benar masak. Belum hingga dirimu pada makrifat. Mencari-cari makna hanya membuat dada kita sesak, tapi itu harus dilakukan hingga kita tahu maksudNya.


Bait ke-4


Kau tiba dan pergi, oh begitu saja

semua kuterima apa adanya

mata terpejam dan hati menggumam

di ruang rindu kita bertemu


Perjalanan terakhir. Dirimu yang telah sanggup bermakrifat. Memahami dengan seluruh, maksud ketidakhadiranNya di waktu-waktu tertentu.


Kau mau datang-Kau mau pergi, itu yaitu kehendakMu. Kau mau jauh-Kau mau dekat, itu yaitu kehendakMu. Aku sebagai hamba hanya sanggup mendapatkan apa adanya, mendapatkan dengan nrimo bahwa … Kau jauh untuk membuat rindu di kenikmatan pertemuan. Kau akrab untuk membuat kemesraan.


Aku hanya perlu untuk memejamkan mataku sembari terus bergumam, berdzikir, hingga kita kembali di pertemukan … di ruang rindu. Allahku.



Sumber https://satriabajahitam.com