Monday, April 16, 2018

√ Pola Cerpen Pendidikan Bagi Siswa Smp

Contoh Cerpen Pendidikan bagi Siswa Sekolah Menengah Pertama - Cerpen-cerpen yang bertemakan pendidikan dikala ini mungkin banyak ditulis lewat banyak sekali media, baik itu internet maupun media offline. Nah, di bawah ini, terdapat salah satu pola cerpen pendidikan bagi siswa siswi SMP. Semoga bermanfaat!

Kebaikan Membawa Keberuntungan


Hari itu matahari bersinar dengan sangat terik, seakaan – akan sang raja siang itu ingin memperabukan semua yang ada di bawahnya. Namun, ditengah – tengah panasnya hari tersebut, seorang anak laki – laki setegah baya, sedang duduk di bawah pohon sambil menjaga keranjang kuenya. Dia ialah Doni, seorang  anak kurus dengan rambut hitam yang sedikit ikal. 

“Hey Don, berapa harga donat itu?” tanya Aisyah, sambil menunjuk ke arah camilan manis yang ada di dalam keranjang miliknya.

“Murah kok, hanya lima ribu,” jawab Doni. 

“kalau begitu berikan saya satu dong” pinta Aisyah.

Aisyah ialah seorang gadis yang baik salah satu sahabat sekolah Doni. Mereka berdua bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Teladan, sebuah sekolah yang sangat anggun dan kebanyaan muridnya berasal dari keluarga yang kaya. Kecuali Doni, ia berbeda dengan sahabat – temannya. Ayahnya telah meninggal dunia, yang ada hanyalah ibunya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Doni dan ibunya hidup dengan sangat susah, bahkan ia harus membantu ibunya berjualan camilan manis di sekolah untuk membiayai sekolahnya.

Meskipun ia harus berjualan di sekolah, ia sama sekali tidak merasa malu. Padahal banyak sahabat – temannya yang selalu mengejek dirinya. Bahkan ada sebagian guru yang tidak menyukai perbuatanya tersebut, tetapi itu semua tidak menjadi problem bagi Doni. Dia telah kebal dengan itu semua alasannya ialah ia mempunyai cita – cita yang lebih besar lengan berkuasa dari olok-olokan – olok-olokan yang menghampirinya.

“Kamu masih membeli masakan kotor itu Aisyah?” kata Anjar dengan nada menghina.

“Kenapa kau berbicara menyerupai itu” 

“Apa kau tidak aib makan masakan menyerupai itu. Donat itu mengandung basil yang sangat banyak. Kalau kau mau nanti saya belikan Pizza,” Anjar menjawab sambil merampas donat yang ada di tangan Aisyah dan membuangnya ke tanah. 

Melihat perbuatan Anjar, Aisyah menjadi marah. Dia pun hendak menampar wajah Anjar, tetapi Doni menghalanginya. 

“Sudahlah Aisyah, nanti saya ganti yang baru. Jangan dipermasalahkan”

“Apa kau tidak tersinggung dengan perbuatannya?”

“Sudah, tidak apa – apa kok?” jawab Anton.

“Kau dengar sendiri kan, ia pun mengakui jikalau camilan manis yang ia jual tidak sehat?” ejek Anjar.

Meskipun Anjar terus saja mengejeknya, Doni tetap bersabar. Dia memang sudah mengetahui tabiat Anjar yang sombong. Dia pun tahu, Anjar berperilaku begitu alasannya ialah ayahnya merupakan ketua komite di sekolah ini. 

“Anjar, kenapa kau sombong sekali? saya tidak menyangka kau berkata menyerupai itu? kau bukan menyerupai Anjar kecil yang dahulu saya kenal. Mulai kini saya tidak mau lagi berbicara denganmu” hardik Aisyah kepada Anjar sambil menarik tangan Doni dan menjauhinya.

Semenjak dari bencana itu, Anjar semakin membenci Doni. Dia selalu mengganggunya menyerupai menyembunyikan sepatu Doni, melempar keranjang Doni, bahkan ia juga sengaja mengancam sahabat – temannya untuk tidak membeli  kue Doni.
Advertisement

Akibat dari perbuatan Anjar tersebut, penjualan camilan manis Doni semakin berkurang. Bahkan untuk mengembalikan modal pun sangat susah. Doni pun semakin kebingungan alasannya ialah ia tidak sanggup membayar SPP untuk bulan depan. Akhirnya ia tetapkan untuk meninggalkan sekolahnya untuk sementara waktu dan berjualan camilan manis di pasar.

Satu ahad sudah Doni tidak masuk ke sekolah, ia terus berjualan di pasar mencari uang untuk membayar SPPnya. Aisyah yang tidak mengetahui hal tersebut merasa khawatir dengan Doni, kemudian ia berusaha mencari tahu keberadaan Doni, tetapi usahanya tersebut nihil. 

Doni berusaha dengan sekuat tenaga untuk berjualan di pasar. Dia telusuri lorong demi lorong pasar itu, dan ia juga memberikan kuenya kepada semua orang yang ia temui. Doni terus mengitari isi pasar tersebut sampai hari menjadi sangat terik, kemudian ia beristirahat di sebuah bangku panjang erat daerah parkiran mobil. Ketika ia sedang menghitung hasil yang diperolehnya, Doni melihat seorang yang mencurigakan tengah membuntuti laki – laki bau tanah yang sedang membawa tas hitam. Benar saja, laki-laki misterius itu hendak merampas tas milik bapak itu. Doni pun berteriak untuk memperingatinya sampai ia sanggup menghindari perampokan itu.

“Terimakasih nak,” berkatmu perampok itu gagal mengambil  tas ini,” 

“Tidak apa – apa kok pak, kita sesama insan sudah sepatutunya saling membantu.”

Pria itu merasa kasihan dengan Doni, ia juga bertanya mengapa ia tidak bersekolah. 
Akhirnya Doni menceritakan semua permasalahannya, ia harus mencari uang di pasar untuk membayar SPP alasannya ialah ulah temannya si Anjar. 

Dia kemudian beranjak dari daerah duduknya dan berkata, “Teruskan mimpi mu nak, saya salut dengan perjuanganmu untuk terus bersekolah Andai saja anakku sanggup menyerupai mu”

Setelah berjuang dengan sangat keras, alhasil Doni sanggup mengumpulkan uang untuk membayat SPP,lalu ia mengajak Aisyah untuk menemui kepala sekolah. Namun, betapa terkejutnya Doni bahwa SPP nya telah lunas. Kepala sekolah juga memberikan bahwa mulai dikala ini Doni tidak perlu lagi membayar uang SPP sampai selesai dari sekolah ini. 
Perasaan Doni menjadi tak menentu, di satu sisi ia merasa bahagia tetapi di sisi lain ia merasa heran. Dia pun berterimakasih kepada kepala sekolah. 

Ketika Doni hendak meniggalkan ruang kepala sekolah, ia terkejut melihat sebuah foto lelaki yang pernah ia tolong tergantung di tembok.

“Itu foto siapa?” tanya Doni kepada Aisyah.

“Itu ketua komite sekolah kita” jawab Aisyah.

Doni pun tersenyum, ternyata orang yang sudah ditolongnya ialah ketua komite sekolah ini. Pantas saja final – final ini Anjar juga tida pernah menggangunya lagi. Sejak hari itu, Doni sanggup bersekolah dengan tenang dan damai.

--end--

Sumber http://www.kelasindonesia.com