Thursday, November 15, 2018

√ Dana Sertifikasi Guru Non Pns Madrasah Cair Bulan Mei 2016


Direktur Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Nurkholis Setiawan, menegaskan bahwa pihaknya akan mencairkan dana sertifikasi guru madrasah non-PNS pada Mei 2016.

"Itu untuk guru madrasah non-PNS yang sudah memegang SK (surat keputusan) Impassing(penyetaraan kepangkatan) dan mempunyai sertifikasi," katanya dalam Rapat Koordinasi Kepala Sekolah SD/MI di lingkungan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU se-Jawa Timur di daerah Juanda, Sidoarjo, Sabtu.

Di hadapan 2.000-an guru madrasah swasta di lingkungan LP Ma'arif NU se-Jatim itu, ia menyatakan dana sertifikasi yang cair itu sebesar Rp1,2 triliun untuk 81.000-an guru madrasah non-PNS.

Menurut dia, ada 141.000-an guru madrasah non-PNS yang mengajukan SK Impassing ke Kemenag RI, namun hanya terseleksi 81.000-an guru, alasannya ialah sebagian belum sertifikasi dan sebagian juga belum S-1.

"Aturannya dulu, SK Impassing diberikan kepada semua guru non-PNS walau belum mengikuti sertifikasi, tapi kini harus sertifikasi dulu dan minimal S1," katamya.

Ia menjelaskan dana sertifikasi yang dicairkan itu untuk sertifikasi pada 2015. "Sekarang masih penghitungan. Sekitar 1-2 bulan sudah ada hasilnya, jadi sekitar Mei akan cair. Kita tidak ingin salah hitung, alasannya ialah saya sanggup masuk penjara," katanya.

Dalam rakor yang dihadiri mantan Mendikbud Prof Mohammad Nuh dan Wagub Jatim H Saifullah Yusuf, ia mengakui sertifikasi guru di bawah Kemenag memang tersendat dan utang kepada para guru terus menumpuk semenjak 2010.

"Itu merupakan tantangan Kemenag alasannya ialah distribusi anggaran di Kementerian ini memang sangat minim," katanya dalam program yang juga dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Jatim H Saiful Rahman dan Ketua LP Ma'arif Jatim Prof Abd Haris.

Hingga kini, anggaran di Kemenag memang belum sepenuhnya proporsional. Paradigma anggaran masih memakai paradigma usang dengan perkiraan perkembangan jumlah madrasah tidak ibarat kini ini.

"Padahal, lima tahun terakhir, perkembangan jumlah madrasah sangat luar biasa. Ketika saya diangkat jadi Direktur Madrasah pada 2013, jumlah madrasah masih 72.000 unit, tapi kini sudah mencapai 76.000 unit dengan 800.000-an guru. Jadi, hanya dalam dua tahun sudah bertambah 4.000 madrasah," katanya.

Selain itu, 84 persen dari 76.000-an madrasah itu ialah milik masyarakat atau swasta yang tidak digaji negara, padahal membantu negara dalam mendidik bawah umur bangsa, sehingga perlu apresiasi dari pemerintah.

"Dengan bertambahnya jumlah madrasah, tentu bertambah pula jumlah siswa dan gurunya. Sementara untuk anggaran masih memakai paradigma usang itu," katanya dalam rakor bertajuk 'Sambut Harlah 90 NU dan Songsong Satu Abad NU' itu.

Masalah lain, sistem desentralisasi atau otonomi daerah yang memosisikan sekolah (SD) berada dalam binaan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), sedangkan madrasah (MI) harus melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari pusat.

"Untuk sanggup merampungkan persoalan, caranya ya menentukan satu diantara dua hal itu, yakni tambah APBN untuk madrasah atau Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diserap daerah itu dihentikan dikunci dan harus sanggup diperuntukkan untuk madrasah. Karena madrasah ini kasihan sekali," katanya.

Selain berjuang untuk terus merampungkan masalah dana sertifikasi untuk guru non-PNS itu, Kemenag melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam juga akan memperlihatkan akomodasi bagi guru madrasah yang belum menempuh pendidikan S-1.

"Kami akan memperlihatkan tunjangan uang kuliah untuk meringankan beban para guru. Jumlahnya memang tidak banyak kok, sekitar 8.000-an guru yang belum S-1. Ini kita pacu terus untuk sanggup S-1," katanya.

Dalam rakor itu, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf menyatakan realitas adanya banyak sekali pemahaman keagamaan yang menyimpang dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan pendidikan harus semakin diperhatikan dalam kurikulum dan anggaran.

"Gafatar yang menjadi fenomena terakhir itu ada unsur membodohi masyarakat, alasannya ialah dalam penyimpangan itu para pengikut umumnya korban, sehingga aktornya harus dicari, kemudian medan dakwah perlu perhatian dengan pendidikan yang bagus," katanya.


Senada dengan itu, mantan Mendikbud Prof Mohammad Nuh mengharapkan para kepala sekolah untuk membenahi sekolah yang menjadi binaanya. "Caranya, kelola dengan sepenuh hati, banyak berkomunikasi dengan guru, bersinergi dengan pihak lain, dan mendesain literasi anak didik," katanya.

Sumber : news.fajarnews.com

Sumber http://www.pgrionline.com