Monday, December 17, 2018

Bangsa Indonesia Mempunyai Budaya Tutur Yang Baik

Bangsa Indonesia mempunyai budaya tutur yang baik. Dibuktikan dengan banyaknya jenis bahasa kawasan yang ada di Indonesia. Hal ini menjadi modal yang baik untuk berbagi keterampilan berbahasa.

Dulu sering kita jumpai "kumpul-kumpul" warga. Kebiasaan berkumpul yang sering diisi dengan percakapan antar warga ini terjadi di warung-warung kopi, angkringan, pasar-pasar, dan tempat-tempat lainnya. Kumpul-kumpul juga terjadi di depan tungku kompor bagi sebagian masyarakat dataran tinggi di Jawa Tengah.

Isi percakapan pun sangat beragam. Mulai dari hal ringan hingga yang rumit. Hal tersebut dapat berupa gosip, isu, bahkan ilmu pengetahuan. Terkait ilmu pengetahuan lebih banyak terjadi di sekolah atau kampus. Dunia pendidikan memfasilitasi obrolan dalam bentuk workshop, seminar, atau debat publik.
Membawa Budaya Tutur ke Budaya Menulis
Budaya tutur menjadi modal nyata dalam pengembangan keterampilan menulis. Isi goresan pena dan target pembaca pun telah tersedia menyerupai pada budaya percakapan. Isi goresan pena pun kurang lebih sama menyerupai isi percakapan sehari-hari.

Hasil goresan pena sekarang dapat dimuat di media umum atau website. Tidak menyerupai dulu, produk goresan pena hanya dapat disalurkan melalui media massa. Keterbatasan ruang media massa mempersempit kesempatan dimuat. Pemuatan hasil goresan pena ini membuka ruang obrolan baik di media massa cetak maupun digital.

Media digital sebagai hasil kemajuan teknologi membawa keberuntungan sekaligus kekurangan. Percakapan atau perbincangan yang tadinya harus bertemu secara tatap muka sekarang beralih di ruang-ruang digital. Percakapan dan obrolan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.

Ruang digital juga mempunyai kekurangan. Ketiadaan kesempatan untuk bertatap muka sering kali menghadirkan akun palsu. Akun palsu itu sering dipakai untuk menyebar gosip bohong yang berpotensi memecah belah masyarakat.

Budaya menulis pun memperlihatkan imbas nyata biar "percakapan" yang berada di masyarakat dapat bertahan lebih lama. Bahkan "abadi" tidak lekang waktu. Sifat budaya tulis yang dapat terekam dalam jejak digital dan gampang diakses siapa saja. Selain itu menulis melatih seseorang dalam menata logika berpikir.

Semua itu berbeda dengan budaya tutur yang secara tradisional sifatnya sementara. Hanya bertahan seiring bergetarnya udara sebagai bentuk sumber suara. Percakapan pun terkesan lebih gampang alasannya ialah dapat hanya "asal" bersuara saja. Yuk kembangkan budaya menulis!

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com