Tuesday, March 19, 2019

√ Pengalaman Guru, Siswa Tidak Dapat Ditakuti Neraka Juga Tidak Dapat Diimingi Surga

Keceriaan di lokakarya PPG dalam jabatan alasannya yakni tepuk dan nyanyian bersama guru-guru PAUD
Lokakarya hari kedua masih memakai sistem yang sama dengan lokakarya pada hari pertama. Lokakarya hari kedua ini seluruh penerima PPG Dalam Jabatan dari semua Prodi dikumpulkan menjadi satu di ruang seminar yang berada di lantai 1 kampus 4 UAD. Peserta PPG Dalam Jabatan belum dikelompokkan menjadi tiap-tiap kelas alasannya yakni pembahasan review modul masih sama. Yaitu review modul pedagogik.

Teknis pembelajaran pada lokakarya hari kedua pun masih sama. Peserta PPG Dalam Jabatan dikelompokkan ke kelompok kecil untuk mendiskusikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih membingungkan dan harapan ke depan. Setelah ketiga hal itu didiskusikan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Apa yang disampaikan penerima ini akan mendapat jawaban dari dosen pemandu kegiatan.


Mirip Cak Lontong
Kesan mendalam timbul saat salah seorang guru dari prodi pendidikan bahasa Inggris maju kedepan mewakili kelompoknya. Laki-laki setengah baya ini maju ke depan tanpa teks. Dengan balutan gaya menyerupai Cak Lontong ini mengungkapkan fakta-fakta yang begitu ke akrab dengan dunia pendidikan. Fakta-fakta itu ditanggapinya dengan sederhana. Namun kesederhanaan ini berhasil menjadikan gelak tawa dari seluruh penerima PPG Dalam Jabatan.

Guru di salah satu Sekolah Menengah kejuruan swasta di Kota Magelang ini mengawali pembicaraannya dengan salam. Ia mengungkapkan keinginan besarnya. Bapak ini ingin pensiun dengan mempunyai kendaraan beroda empat jumlahnya tiga. Akan tetapi harapan itu jauh dari apa yang ada alasannya yakni ia bekerja di salah satu sekolah swasta. Cita-cita ini sangat jauh alasannya yakni hanya sanggup sekitar 3 hingga 4 juta saja.

Bapak yang setiap harinya mengajar bahasa Inggris ini mengungkapkan bila di dalam sekolah murid-muridnya anggun menyerupai kucing. Walau murid-murid yang bersekolah di tempatnya mengajar sangat populer di kota Magelang alasannya yakni seringnya tawuran sekolah. Bahkan sekolah kejuruan swasta ini mempunyai jumlah murid terbanyak di kota Magelang.

Peserta PPG Dalam Jabatan semakin tertawa lebar saat bapak ini menceritakan bila menjadi seorang guru yakni sebuah kecelakaan. Ia mengungkapkan bila dulu dirinya seorang mahasiswa yang pintar. Ia lulus dari sebuah kampus yang ada di Kota Magelang dengan IPK 3,41. Setelah itu ia sudah bekerja dan mempunyai honor yang besar. Namun kemudian kesasar menjadi guru di sekolah.

Bapak yang satu ini juga mengungkapkan harapannya yang lain dengan sangat polos dan lucu. Selain tidak terlalu berekspektasi dengan keinginan pensiun, ia juga tidak terlalu berharap apakah nanti sertifikat pendidik yang diperolehnya sehabis PPG ini akan berlaku untuk nya atau tidak. Ia sudah pasrahkan kepada Tuhan. Yang penting sanggup mendapat ilmu dan menerapkan ilmu dari modul evaluasi ke dalam pembelajarannya di kelas.

Ia juga mengeluhkan ihwal murid-muridnya sering terlibat tawuran. Ia mengaku bahwa muridnya gampang diatur. Hanya saja sulit mengatur mereka bila di luar sekolah. Ada juga istilah lucu dari sobat sekelompok guru ini, bahwa murid-murid zaman kini itu tidak takut neraka dan tidak kepengen apabila diiming-imingi dengan surga. Susah ya. Hhha.

Kampus 4 UAD, Selasa, 2 Oktober 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com