Monday, March 4, 2019

√ Pengalaman Inspiratif Guru Berprestasi

Guru harus berani turun di gelanggang perlombaan. (Foto: pexels).
Akhirnya saya bertemu dengan Bu Eni Norhayati. Ibu Eni sapaan bersahabat dia merupakan guru berprestasi dari SD Muhammadiyah Kadisoka. Kami saling bersalam-sapa pada hari kedua PPL sempurna di depan kelas 6 tempat dia mengajar. Pertemuan ini cukup emosional dan inspirasional. Maklum, "anak kemarin sore" ibarat saya sangat menyukai cerita-cerita inspiratif dari para senior yang berprestasi.

Tak usang setelah  bersalaman dengan bu Eny, Bapak Mustamin Amir, Kepala SDM Kadisoka melewati kelas 6. Beliau menyapa sembari menceritakan bahwa inilah bapak ibu guru PPL PPG Dalam Jabatan UAD yang mengirim salam untuk bu Eny. Memang saya sempat mengirim salam kepada bu eny dikala Bapak Mustamin Amir menjadi penilai peer teaching di Universitas Ahmad Dahlan.

Bu Eni sempat menceritakan sepak terjangnya di dunia perlombaan guru. Namun tahun ini dia "off" dari acara tingkat nasional. Dikarenakan putranya meminta sang ibu untuk mengurangi acara luar. Bu Eny walau off dari acara nasional namun tetap diundang oleh dinas pendidikan untuk menciptakan soal ujian nasional SD.

Bu Eni berencana untuk ikut perhelatan guru tingkat nasional tahun 2019. Bu Eni menganggap acara ini selain sebagai pengembangan keprofesian berkelanjutan juga bermanfaat sebagai lembaga untuk me-refresh diri. Menyegarkan pikiran untuk terus berinovasi.

Ibu yang selalu bersemangat ini mengaku rindu dengan teman-temannya yang berasal dari banyak sekali daerah. Teman-teman sesama guru berprestasi biasa reuni di kegiatan-kegiatan Kemdikbud. Misalnya saja dikala Bu Eny menceritakan keakrabannya dengan guru prestatif dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Seringkali bersama di banyak sekali event sehingga guru dari jateng ini sering memanggil bekiau dengan sebutan "mbokdhe".

Setiap prestasi menunjukkan pengalaman yang berbeda. Tentu ada yang menyenangkan atau pun kurang menyenangkan. Beliau bercerita jikalau tidak setiap perlombaan yang diikuti sanggup menghasilkan nominasi juara. Misalnya dikala dia mengikuti Inobel. Beliau tidak menjadi juara di Inobel alasannya ialah gres saja memenangkan perlombaan guru berprestasi tingkat nasional. Saya menduga jikalau hal tersebut menjadi salah satu alasan untuk "off" dulu dari acara nasional.

Pertemuan inspiratif ini sanggup dimaknai bahwa setiap guru harus mempunyai mental juara. Guru harus mau terjun ke gelanggang perlombaan. Tidak hanya terjebak pada rutinitas mengajar, menciptakan administrasi, ataupun menuntaskan banyak sekali kiprah tambahan. Mental juara harus dimodali dengan niatan nrimo nan kuat. Disiplin dan mau berjerih payah.

Kadisoka, 6 November 2018
Sumber http://rahmahuda.blogspot.com