Tuhan Maha Adil, tinggal seberapa keras kemauan insan berusaha |
Pernyataan di atas benar. Karena saya mengalaminya sendiri. Cerita ini berawal dari pertemuan antara saya dan guru-guru yang dulu pernah terlibat mengikuti Seminar Nasional Guru Pendidikan Dasar Berprestasi Kemendikbud 2018. Pertemuan yang melibatkan dua sahabat guru yang lain mengingatkan bahwa kami bertiga pernah gotong royong berjuang semoga bisa mengikuti seminar ini. Perjuangan dari awal pembuatan artikel hingga terbang ke Jakarta.
Pertemuan kali ini menyerupai reuni. Kami menceritakan banyak sekali macam hal. Salah satunya yaitu wacana seorang sahabat guru berprestasi di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Guru yang usianya diperkirakan sekitar tiga puluh tahun ini sekarang telah mendapat nama dan pengukuhan dari dinas pendidikan kabupaten tempatnya bekerja. Konon katanya kawasan tempatnya bekerja karirnya susah. Namun Ia sekarang menjadi seorang sosok guru yang terhormat. Padahal awalnya ia yaitu seorang guru yang berada di sekolah pelosok.
Nama sahabat yang saya bicarakan dengan teman-teman ini sudah tidak absurd lagi bagi guru yang suka mengikuti kegiatan perlombaan. Ia berkali-kali memperoleh juara. Baik kegiatan perlombaan yang diselenggarakan Kemdikbud maupun instansi lain, menyerupai KPK misalnya.
Puncak prestasinya saat memperoleh kesempatan short course di belanda tahun 2018 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Short course ke negeri kincir angin ini merupakan "hadiah" dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai apresiasi kepada guru-guru yang berhasil menjuarai Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) tahun 2017.
Seketika sehabis kisah ini selesai, sahabat saya nyeletuk, "wah njenengan sebenere iso koyo kui pak!"
"Betul, pak, jikalau kita kan sebatas wanita. Susah berkarir" sahut sahabatku yang lain.
Percakapan yang tidak disengaja terlontar ini melahirkan sebuah "tamparan" bagi saya. Tamparan yang tidak menyebabkan rasa sakit. Namun tamparan yang menghasilkan semangat baru. Layaknya pecutan kusir kuda semoga kuda lekas berlari.
Memang betul, acara silaturahmi menghasilkan kesan baru. Kesan yang me-mudakan pelakunya. Dari kesan lahir pemikiran. Pemikiran yang muncul yaitu pemikiran yang khas. Pemikiran gres bahwa kita juga bisa berprestasi. Pemikiran yang gres saja muncul ini tidak pernah terjatuh di atas kepalaku.
Pemikiran yang semakin mendalam membuka kesadaran bahwa semua guru mempunyai kesempatan untuk berprestasi. Kesempatan dari Tuhan bahwa insan diberi anugrah yang sama, yaitu jumlah waktu yang sama. Sama-sama 24 jam. Kalau hasil perjuangan kita belum maksimal, mungkin perjuangan kita selama ini belum sekeras menyerupai saudara kita yang sudah berhasil menjadi seorang juara.
Borobudur, 15 September 2018
Sumber http://rahmahuda.blogspot.com