Monday, April 29, 2019

√ Antara Kopi Robusta Dan Arabika

Harian Kompas mulai hari Rabu, 11 April 2018 menyajikan kolom yang bertajuk Jelajah Kopi Nusantara. Jelajah Kopi Nusantara dihadirkan di hadapan pembaca dalam rangka apresiasi kopi nusantara. Perlu diketahui bahwa Indonesia kaya akan aneka macam macam kopi yang mempunyai cita rasa yang khas. Cita rasa yang khas ini dipengaruhi oleh jenis flora kopi dan tempat penanaman pohon kopi. Sehingga kopi dari beberapa tempat di Indonesia mempunyai cita rasa yang berbeda-beda. Kopi yang beredar di Indonesia kebanyakan yaitu jenis kopi robusta (coffea canephora) dan arabika (coffea arabica). Perbedaan rasa dari tingkat kepahitan, robusta lebih pahit daripada arabika.

Kedua jenis kopi tersebut ternyata tidak serta merta ditanam oleh masyarakat Indonesia. Penanaman flora kopi di Indonesia tidak lepas dari dampak penjajah kolonial Belanda. Pada masa awal pendudukan Belanda, banyak petani kopi menanam jenis kopi Arabika. Pesona kopi Arabika ini menggelora hingga ke mancanegara. Namun serangan “Hemilea vastarix” pada kurun ke-19 boleh jadi peristiwa terbesar dalam sejarah kopi nusantara (kompas, 11/04/2018).

Hemilie vastrix menjadi penyebab penyakit karat daun. Serangan penyakit karat daun ini menciptakan Belanda mengganti penanaman kopi dengan jenis liberika (coffea liberica). Namun serangan hama merusak flora kopi liberika ini. Akhirnya Belanda menggantinya kembali dengan penanaman kopi jenis robusta yang berasal dari Kongo. Inilah asal mula jenis kopi robusta dan arabika gampang ditemui di pasaran kopi Indonesia.

Kedua jenis kopi ini mempunyai nilai jual yang berbeda. Menurut pengalaman penulis, kopi arabika dijual dengan harga lebih mahal. Kalau tidak salah ingat, alasan dijual mahal lantaran matangnya biji kopi arabika tidak berbarengan. Sehingga proses pemetikannya membutuhkan waktu beberapa kali. Berbeda dengan biji kopi robusta yang bijinya matang berbarengan. Sehingga proses panennya sanggup dilakukan sekali.

Namun menurut sejarah di atas, ketahanan flora kopi jenis robusta menciptakan biji kopinya lebih murah daripada arabika. Ketahanan flora ini mungkin yang menjadi alasan bagi petani kopi untuk lebih menentukan menanam kopi robusta. Ketahanannya yang tinggi menimbulkan resiko gagal panennya juga semakin kecil.

Arabika mempunyai nilai jual yang tinggi juga disebabkan dari jumlah produksinya yang relatif lebih kecil. Dari produksi kopi 639.305 ton biji beras kopi (green bean) tahun 2016, sebanyak 70 persen diekspor. Dari total ekspor itu, 90 persen merupakan ekspor robusta (Kompas, 11/04/2018).

Berdasarkan fakta sejarah, ketahanan penyakit, jumlah produksi dan perbedaan cara panen inilah yang mengakibatkan nilai jual kopi arabika lebih tinggi daripada kopi robusta. Penulis meminum kedua jenis kopi ini diubahsuaikan dengan suasana. Apabila ingin suasana hati yang bersemangat, biasanya minum kopi robusta. Namun ketika ingin menikmati suasana, pilihan jatuh pada kopi arabika. Ciptakan kreasi kopimu sendiri!

Ditulis dikala menunggu uji coba kelas 6.
Borobudur, 12 April 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com