Tuesday, April 30, 2019

√ Cara Bu Pur Mengatasi Siswa Berkelahi

Bu Pur ialah salah satu guru senior di SDN Borobudur 1. Beliau guru yang sangat disegani oleh siswa maupun guru yang lain. Pembawaannya yang tegas dan gaya bicaranya yang lugas membuatnya banyak dihormati dan disenangi oleh murid ataupun guru yang lain.

Aku mempunyai kesan yang mendalam dengan beliau. Aku ialah salah satu mantan murid ia ketika SD dulu. Dulu ia mengajarku ketika duduk di kelas IV B. Aku kali ini menceritakan kesan  sebagai sesama rekan sejawat. Bukan kesan yang timbul ketika masih menjadi guru dan murid dulu. Sehingga dongeng ini berawal dari kejadian ketika saya menjalani kiprah di SDN Borobudur 1 pada hari ke-14.

Kejadian ini berawal seusai apel pagi. Ketika guru-guru belum beranjak dari lokasi apel. Tiba-tiba ada kerumunan bawah umur sambil berteriak-teriak. Suara dan kerumunan itu berasal dari depan ruang kelas IV A. Ternyata sedang ada perkelahian antar siswa.

Bu Pur memintaku untuk berlari melerai siswa yang berkelahi. Siswa yang tabrak masuk ke dalam kelas IV A. Seorang anak yang tabrak sudah duduk di atas kursi. Sedangkan anak yang satunya bangun di depan kelas. Keduanya sama-sama meneteskan air mata. Tapi terlihat terang di mata mereka bila perkelahian ini akan berlanjut.

Bu Pur masuk ke dalam kelas. Langsung memegang tangan anak yang terlibat perkelahian. Anak yang dipegangi tangannya ialah anak yang berada di depan kelas. Namun, anak itu ketika dipegang masih saja ingin melanjutkan perkelahian.

Bu Pur mulai mencecar mereka dengan banyak sekali macam pertanyaan. Awalnya tidak mau menjawab. Bu Pur berkata dengan santai. Kalau tidak ada yang mau menjawab, kedua anak ini akan dibawa ke ruang kepala sekolah. Tidak boleh keluar dari ruanh kepala sekolah sebelum dijemput oleh orang tuanya. Siswa-siswa yang tabrak ini mulai terpojok. Akhirnya pertanyaan terpenting terjawab sudah. Pertanyaan  berupa apa alasannya dari perkelahian ini.

Jawaban dari kedua siswa ini saling dicocokkan. Siswa yang menjadi penyebab perkelahian ditemukan. Perkelahian ini hanya disebabkan hal yang sepele. Bu Pur meminta dia mengakui kesalahannya. Ia tidak mau. Bu Pur mengingatkan lagi bila tidak sanggup diajak kolaborasi disini. Bu Pur akan membawa anak ini ke ruang kepala sekolah.

Kedua siswa ini masih menangis. Siswa yang memulai perkelahian karenanya bersedia meminta maaf. Keduanya saling meminta maaf. Tapi kepala keduanya saling menunduk. Hal ini menciptakan Bu Pur tidak puas. Menurutnya, ketiadaan kontak mata mempunyai arti tidak adanya ketulusan hati untuk saling memaafkan.

Proses meminta maaf ini diulangi kembali. Kali ini keduanya melalukan kontak mata. Keduanya saling memaafkan. Ketulusan untuk saling memaafkan ini semakin terlihat ketika kedua anak ini saling berpelukan.

Bu Pur mengakhiri peleraian perkelahian ini dengan mengingatkan kepada seluruh siswa kelas IV A. Tidak boleh ada perkelahian lagi. Apalagi perkelahian lantaran hal sepele. Setiap siswa dilarang melaksanakan perbuatan yang tidak semestinya. Karena perbuatan yang tidak semestinya dilakukan berpotensi menjadi penyebab hal-hal yang tidak diinginkan.

Kejadian di atas menjadi pelajaran penting bagiku. Pelajaran ini perlu saya catat. Karena perkelahian menjadi tindakan menyimpang yang sering kali terjadi. Langkah-langkah yang sanggup dilakukan ketika terjadi perkelahian sesuai dengan kejadian di atas adalah:
1. Apabila diperlukan, lakukan kontak fisik dengan pelaku (dipegang)
2. Menginterograsi
3. Identifikasi duduk kasus hingga ditemukan pihak yang bersalah
4. Diminta mengakui kesalahan, bila tidak mau mengakui dibawa ke kantor hingga mau mengaku atau dipanggil orang tuanya
5. Saling memaafkan, harus terjadi kontak mata. Berpelukan
6. Peringatan secara umum kepada seluruh penghuni kelas bahwa perkelahian adalag tindakan yanh tidak baik.


SDN Borobudur 1, 4 Maret 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com