Wednesday, April 10, 2019

√ Kerja Keras Sedari Muda

Saya semalam mendapatkan kiprah untuk menciptakan kupon doorprize jalan sehat RT 02 RW 01 Jayan Borobudur. Saya membutuhkan proteksi untuk menuntaskan kiprah ini. Bantuan tersebut diharapkan ketika memasuki proses pemotongan. Solusinya saya pergi ke Panti Asuhan Darul Hikmah Putri Muhammadiyah Borobudur. Ada beberapa mitra yang membantu saya menuntaskan kiprah ini.

Tepat sehabis kiprah pemotongan kartu doorprize ini  selesai. Kami  diminta keluar dari area panti sebab sudah jam malam. Kami semuanya bubar pulang ke rumah masing-masing. Kepulangan saya  melewati pos ronda. Terlihat masih ada beberapa orang di pos ronda. Ada pak dokter Eka Ari Wibawa, Pak Andreas, Pak Triman dan Pak Munthu. Akhirnya saya berhenti di pos ronda yang gres saja selesai dibangun ini.

Obrolan di antara kami berisi pembicaraan yang ringan namun berkesan. Dokter Eka bertanya bahwa tadi malam siapa yang bermain tenis meja di pos ronda hingga jam 2 pagi. Pak triman bertanya apakah beraktifitas nya semalam bersama dengan tetangga tetangga yang lain itu mengganggu jam tidur pak dokter Eka. Sehingga pak dokter Eka tahu jikalau pak Triman dkk bermain tenis meja hingga pagi. Pak dokter menjawab "oh tidak saya tidak terganggu sebab jam segitu saya biasanya memang belum tidur".

Dari dialog mereka berdua, malah saya yang penasaran. Bagaimana seorang dokter dengan jam terbang tinggi sanggup bertahan tidak tidur hingga larut malam. Setelah saya menjawab, ternyata  jawabannya  bijak. Beliau bercerita kepada saya bahwa dia tidak sanggup tidur lebih awal. Karena dia biasanya tidur sehabis jam satu dini hari.

Aku tidak puas dengan balasan itu. Aku merasa harus mengetahui lebih banyak soal jam tidur. Karena selama ini saya "bermasalah" dengan tidur. Dominasi rasa ingin tidur selalu hinggap ketika di rumah harus mengerjakan kiprah pelengkap dari kawasan kerja.

Aku menduga kebiasaan itu berasal dari acara dia dikala menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Diponegoro dulu. Aku pun bertanya "apakah memang ini kebiasaan semenjak mahasiswa dulu dok?" Beliau menjawab dengan sedikit merendah"Oh iya, malam harus berguru dan mengerjakan tugas. Kalau siang itu untuk "main". Kan kuliah itu untuk main". Beliau menambahkan dongeng bahwa apabila esok pagi ada ujian, mahasiswa kedokteran banyak yang tidak tidur. Teman seangkatannya pak dokter banyak yang berkumpul di kosnya untuk belajar.

Pelajaran
Saya menerima pelajaran yang sangat berharga. Kebiasaan bekerja keras sewaktu muda berefek besar pada kesuksesan di masa depan atau di masa tua. Aktivitas sewaktu muda sibuk keuntungannya ialah minimal tidak merasa kaget ketika di usia sampaumur menghadapi kiprah pekerjaan yang berat dan tiba bertubi-tubi.

Saya sewaktu muda tepatnya ketika memasuki tahun pertama hingga ketiga kuliah pernah menjadi orang yang sangat sibuk. Sibuk dalam mengurus organisasi kemahasiswaan. Namun di tahun keempat ketika semua jabatan keorganisasian saya lepas dengan alasan fokus skripsi malah menciptakan saya tidak sibuk lagi.

Efek "tidak sibuk" di selesai masa muda menciptakan saya benar-benar mencicipi batunya. Apalagi di dikala menyerupai kini ini. Sudah menikah, memasuki dunia kerja yang penuh persaingan dan tekanan. Saat menyerupai inilah saya benar-benar mencicipi dunia orang dewasa.

Inilah dunia orang dewasa. Dimana   seorang sampaumur itu harus berperan di banyak sekali tempat. Peran inilah yang melahirkan tanggung jawab. Tanggung jawab orang dewasa  di tempatnya bekerja. Punya juga tanggung jawab di keluarga sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga.

Dunia sampaumur yang penuh kesibukan ini gotong royong biasa saja bagi orang yang sudah terbiasa sibuk di masa mudanya. Kalau tidak terbiasa sibuk niscaya akan terasa kaget. Praktis pusing, gampang lelah. Bagi yang masa mudanya tidak terbiasa sibuk, ada beberapa tips semoga terbiasa dengan kesibukan. Tidak ada kata terlambat.

Pertama, atur kembali contoh pikir. Yakini bahwa kesibukan bukanlah suatu hal yang harus dihindari apalagi dijadikan beban. Harus dipahami bahwa kesibukan ialah jalan atau sarana untuk mencapai tangga kehidupan yang lebih tinggi. Kesibukan inilah yang nantinya membedakan antara orang biasa dengan orang yang luar biasa. Orang yang luar biasa niscaya akan menuntaskan kiprah dengan penuh tanggung jawab. Tidak pernah pula menghindari ataupun menolak tugas. Makara sudah bersahabat dengan kesibukan.

Kedua, biasakan diri dengan tugas. Jangan takut mendapatkan tugas. Laksanakan setiap penugasan dengan bahagia hati. Hindari pemikiran yang terlalu berorientasi pada materi. Kebiasaan melakukan kiprah yang menciptakan seseorang terbiasa. Kalau sudah terbiasa, kesibukan tidaklah jadi beban. Otak dan badan akan secara otomatis menghadapi kesibukan.

Ketiga, jangan terbiasa mengeluh. Mengeluh itu bertahap menggerus semangat kita. Ketika semangat itu habis, orientasi kita akan menyimpulkan bahwa kesibukan itu hanya menjadi beban.   Rasa malas pun muncul. Waktu akan habis untuk dipakai mengeluh, sampai-sampai kiprah terlupakan untuk ditunaikan.

Keempat, jangan gampang merasa lelah. Merasa lelah hanya menciptakan kita tidak mau berusaha. Menggerus semangat. Yang paling parah ialah munculnya perasaan ingin tidur. Merasa lelah sedikit kemudian ingin tidur. Ini yang jadi tidak produktif susah berkonsentrasi.

Akhirnya, tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Kebiasaan masa muda yang tidak terlalu sibuk tidak memilih masa yang akan tiba apabila kini instrospeksi diri. Jangan takut kiprah dan tanggung jawab. Laksanakan dengan gembira. Macam-macam kiprah akan menjadi kesibukan yang otomatis kita laksanakan dengan ringan dan tanpa beban.

Inspirasi Sabtu malam, 26 Agustus 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com