Saturday, April 20, 2019

√ Mengaktifkan Lagi Blog Ini

Telah dua belas hari ini saya "libur" menulis blog. Blog yang biasa memuat goresan pena wacana curahan perasaan, pengalaman, dan aliran sekarang terasa sepi. Tampilan foto hanya terpampang foto-foto dari postingan lama. Kalau blog ini diibaratkan ruang kosong niscaya sudah penuh jaring laba-laba. Tampak kotor lantaran bubuk dan peninggalan sisa kehidupan.

Kekosongan blog disebabkan lantaran tidak adanya ide. Ide yang biasa muncul seringkali berasal dari inspirasi, pengalaman gres atau kesan yang mendalam atas sebuah kejadian. Pengalaman pribadi yang sanggup mengakibatkan inspirasi, kesan atau pengalaman gres di awal Mei ini jarang terjadi. Sehingga pikiran seolah kosong.

Inspirasi atau ide bekerjsama tidak melulu bersumber dari pengalaman langsung. Namun pengalaman tidak pribadi sebagai pengganti pengalaman pribadi sanggup diperoleh dari membaca buku, mendengarkan musik, mengikuti seminar atau menonton film. Namun kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pengalaman tidak pribadi mirip itu juga jarang dilakukan. Karena intensitas acara sedang tinggi.

Kondisi mirip ini dilarang dibiarkan begitu saja. Harus ada tindakan konkret yang menjadi solusi semoga blog ini sanggup diselamatkan. Kembali menulis yaitu taktik paling sempurna untuk mengisi kekosongan blog ini. .

Namun dikala ditelisik, penyebab "kevakuman" dalam menulis blog disebabkan lantaran kebingungan terhadap apa yang akan ditulis. Kebingungan ini terjadi dikala kita miskin pengalaman pribadi dan tidak punya alternatif untuk menghadirkan pengalaman tidak langsung. Solusinya bekerjsama sederhana, yaitu menciptakan outline. Outline ini dipakai sebagai pemandu kita dalam menulis. Outline ini yang menghadirkan tema-tema pokok yang sanggup dituliskan. Makara dikala tidak ada pengalaman pribadi yang berkesan ada outline yang memandu kita sehingga terhindar dari kebingungan. Outline ini juga harus diperkuat dengan mindset "menulis sebagai budaya".

Hal ini mengingatkan pada prinsip awal untuk menghidupi blog ini,  yaitu menjadikan menulis sebagai budaya. Menulis sebagai budaya ditandai dengan suatu perasaan apabila tidak menulis ada sesuatu yang kurang atau hilang. Perasaan mirip ini yang mendorong seseorang untuk selalu menulis. Sehingga perasaan ini harus selalu dimunculkan. Proses pembudayaan menulis ini membutuhkan waktu. Dan harus dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus

Jadi, diperlukan dua komponen penting untuk menghidupkan blog ini lagi. Pertama dengan menciptakan outline sebagai bentuk antisipasi dikala sepi pengalaman. Kedua, menyebarkan mindset "menulis sebagai budaya". Dua komponen ini yang akan mengakibatkan gairah dan ide dalam menulis konten blog ini. Semoga blog ini hidup dan terus hidup.

Lapangan Salaman, 12 Mei 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com