Friday, May 17, 2019

√ Analisis Sosial Di Hari Pertama

Kamis, 1 Maret 2018 menjadi hari pertama saya mengajar di SDN Borobudur 1. Target saya hari ini melaksanakan pengamatan guna mendapat data sebanyak-banyaknya. Terutama analisa sosial warga sekolah.

Analisa warga sekolah menjadi penting alasannya yakni obyek yang dihadapi di bidang pendidikan yakni manusia. Fokus analisa lebih kepada keadaan siswa dan guru. Sudut pandang yang menjadi pijakan yakni contoh komunikasi, kecenderungan sifat, dan titik interaksi sosial.

*Pola komunikasi*
Data contoh komunikasi mempunyai kegunaan untuk menyesuaikan cara kita menentukan kata dalam rangka menghadapi lawan bicara. Pola komunikasi yang paling kondusif dilakukan kepada sobat sejawat yakni menggunakan bahasa Jawa  Kromo Halus dengan kombinasi bahasa Indonesia. Pemilihan bahasa Jawa Kromo Halus menawarkan kesan lebih menghargai kepada para senior.

Sedangkan untuk sobat sejawat yang seumuran lebih disarankan menggunakan bahasa Ngoko dengan tetap mengkombinasikannya dengan bahasa Indonesia. Pemilihan bahasa Ngoko ini mempertimbangkan aspek keakraban. Namun bahasa Ngoko ini jangan mendominasi komunikasi alasannya yakni berpotensi tidak menghargai. Sehingga perlu sesekali diselingi menggunakan bahasa Indonesia.

Pola komunikasi dengan murid harus dilakukan dengan volume bunyi yang tinggi namun tidak terkesan emosi, jangan beri kesempatan kepada siswa untuk menawarkan jeda komunikasi yang terlalu lama. Volume bunyi yang tinggi mempunyai kegunaan untuk mengendalikan situasi semoga suara-suara siswa tidak mendominasi ruang kelas. Dominasi yang dilakukan siswa cenderung menciptakan situasi tidak terkendali. Apalagi kelas yang saya hadapi mempunyai siswa sejumlah 36 anak.

Jeda yang terlalu usang berpotensi pada peningkatan kemungkinan masuknya suara-suara siswa yang tidak diharapkan dalam proses pembelajaran. Agar tidak terjadi jeda yang terlalu lama, saya harus menciptakan siswa selalu dalam kondisi sibuk. Siswa harus dikondisikan dengan suara, permainan, atau penugasan.

*Kecenderungan Sifat*
Kecenderungan sifat per dianalisis untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai objek pengamatan. Teman sejawat terlihat lebih bahagia apabila pengalaman-pengalamannya selama mengajar di kelas ini didengar dengan secama. Selain itu, saya harus lebih proaktif. Terutama dalam rangka membuka percakapan. Percakapan lebih baik dibuka dengan pertanyaan daripada kalimat kebanggaan yang penuh basa-basi. Pertanyaan sanggup berkaitan dengan keadaan siswa atau sekolah. Pertanyaan pembuka dengan pertanyaan mengenai keadaan keluarga perlu dihindari. Karena kita belum mengetahui keadaan dan latar belakang keluarga masing-masing.

Siswa yang saya hadapi secara umum dikuasai mempunyai kecenderungan sifat yang sangat Egaliter. Memandang guru ibarat temannya sendiri. Hal ini terlihat dari penggunaan jenis bahasa yang dipakai komunikasi dengan saya dan keberaniannya dalam memotong apa yang saya bicarakan. Melihat hal ini, saya harus bersikap tegas. Ketegasan yang difokuskan pada penegakan aturan, norma, dan etika. Jarak antara guru dan siswa harus dibentuk secara masuk akal dan proporsional. Agar siswa tidak "ngelunjak". Saya tadi sempat bereksperimen dengan tindakan yang saya lakukan. Misalnya dalam penugasan siswa serta tindakan pada anak yang tidak mau duduk ketika diajar. Saya lakukan sejenis musyawarah namun jadinya tidak memuaskan. Hal ini terlihat dari tuntutan yang diminta siswa semakin banyak sehabis musyawarah dilakukan.

*Titik Interaksi*
Titik interaksi sosial dimanfaatkan untuk menentukan kawasan dimana interaksi sosial efektif sanggup dilakukan. Titik atau kawasan interaksi yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan sobat sejawat yakni ruang guru, dapur dan halaman sekolah yang dipakai untuk apel pagi. Ruang guru efektif dilakukan untuk berkomunikasi ketika jam kerja, bukan ketika istirahat. Dapur sangat efektif dipakai ketika jam istirahat pertama. Sedangkan titik komunikasi di halaman sekolah ketika apel bermanfaat untuk memperlihatkan etos kerja langsung dan tanggung jawab dalam bekerja.

Sedangkan titik interaksi dengan siswa paling efektif dilakukan di ruang kelas. Namun terlihat semakin efektif dilakukan di kelas ketika di luar jam belajar. Misalnya ketika pulang sekolah. Banyak masukan yang diperoleh dari siswa puteri ketika jam pelajaran berakhir. Mengingat siswa puteri ketika jam pelajaran kalah volume bunyi dengan siswa putera.

Inilah pengamatan hari pertama. Selanjutnya akan dikonfirmasi pada hari-hari yang akan datang. Apakah  analisa ini valid atau tidak. Fokus pengamatan lanjutan yang dilakukan terletak pada peta politik berupa kekuasaan: hegemoni, pelimpahan dan pembagian kekuasaan.

Borobudur, 2 Maret 2018 pukul 01.28 dan WIB.


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com