Monday, May 20, 2019

√ Darah Dan Jantung Organisasi

Dalam menjalankan roda organisasi diperlukan kecermatan, ketelitian dan kehati-hatian. Terutama berkaitan dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini secara ideal dilakukan melalui proses musyawarah.

Mufakat yang dihasilkan melalui proses musyawarah harus melibatkan komponen-komponen penting organisasi. Hal ini dilakukan semoga keputusan organisasi menjadi keputusan bersama yang diterima oleh seluruh anggota. Perlu diingat, resiko yang harus ditebus sangatlah besar apabila keputusan organisasi berasal dari keputusan eksklusif salah satu atau sebagian kecil elemen organisasi.

Menurut ekonomis penulis, keputusan-keputusan yang beresiko tinggi dalam tataran organisasi, adalah:

1. Agenda Berbiaya Besar

Agenda berbiaya besar ini contohnya pembangunan atau pembelian aset organisasi. Agenda tersebut apabila tidak bersiklus hanya akan membebani gerak organisasi. Apalagi kegiatan berbiaya besar ini terjadi di beberapa kawasan dan berjalan berbarengan.

Agenda besar yang membutuhkan biaya tidak sedikit ini biasanya memeras pikiran, perasaan bahkan materi dari setiap anggota dan simpatisan organisasi. Pikiran yang seharusnya sanggup diefisienkan untuk menuntaskan kiprah penting lain tapi malah tersedot pada penyelesaian kegiatan besar yang kadang tidak termasuk dalam skala prioritas yang mendesak.

2. Infaq atau Donasi

Agenda berbiaya besar penyelesaiannya melibatkan dukungan banyak orang. Sehingga kebutuhan akan biaya ini biasanya dibebankan kepada seluruh warga maupun simpatisan organisasi. Biaya ini sanggup diwujudkan dalam bentuk infaq atau donasi.

Penggunaan contoh berpikir analogi akan ditemukan perumpaan mirip ini. Infaq seolah menjadi "darah" dan donatur diibaratkan "jantung". Kini situasi yang terjadi, jantungnya hanya terbatas satu, sedangkan darah yang harus dialirkan ke pos-pos kegiatan besar sangatlah banyak.

Pos-pos kegiatan berbiaya besar yang terlanjur sudah berjalan harus terselesaikan. Padahal sumber penyelesaiannya berasal dari satu jantung yang sama, yaitu anggota organisasi (baca:;jamaah). Yang perlu dipertimbangkan masak-masak yaitu kira-kira jamaah bisa tidak mengalirkan infaq untuk menuntaskan beban-beban itu. Apalagi tukang penarik infaq silih berganti memeras darah dari jantung yang sama. Jantungnya hanya satu, yang memeras banyak. Apabila tidak terkontrol, bisa jebol jantung ini.

3. Hitung

Untuk mencegah jebolnya jantung, sembari melanjutkan agenda-agenda besar yang terlanjur berjalan, contoh pikir kapitalis pun seolah menjadi solusi. Diliriklah forum penyedia modal untuk memasok suplemen darah semoga pembangunan tetap berjalan. Entah darah suplemen ini darah higienis atau jelek kesannya bercampur menjadi satu dengan darah yang berasal dari jantung.

Darah suplemen mengalir, kegiatan besar berjalan lancar untuk sementara waktu. Ketika tersadar, ternyata suplemen darah ini sifatnya semu. Karena darah semu ini juga harus diganti dengan darah yang orisinil dari jantung yang sudah ada sebelumnya. Sialnya lagi darah semu ini harus diganti dengan darah orisinil yang lebih banyak. Akhirnya jantung diperas lagi dan jadilah beban suplemen baru. Kalau insiden ini terjadi, mau tidak mau jantung ini harus selalu dirawat semoga senantiasa sehat dan tidak kehilangan fungsinya.

Pengelola Jantung

Pimpinan organisasi membutuhkan taktik khusus dalam menghadapi situasi jantung yang hanya satu dan harus memompa darah yang sangat banyak ini. Strategi untuk merawat jantung mutlak harus dipikirkan semoga fungsinya semakin efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi hanya sanggup dilakukan melalui upaya manajemen/ pengelolaan yang tepat. Upaya yang sanggup dipakai untuk menyehatkan kerja jantung adalah:

a. Pimpinan organisasi harus memilih skala prioritas. Terutama pada kegiatan yang berbiaya besar, mirip penambahan aset tanah organisasi ataupun pembangunan fisik

b. Kegiatan berbiaya besar sanggup didelegasikan kepada tim pelaksana. Pendelegasian ini harus dilakukan secara tim untuk menghindari bias kepentingan pribadi. Tim kecil ini disarankan berjumlah ganjil untuk mengantisipasi kebuntuan musyawarah di level tim kecil.

c. Pendelegasian tim kecil dituangkan dalam bentuk surat keputusan yang memuat struktur tim, kiprah dan kewenangan serta sasaran kerja yang terukur secara kasat mata   dan mempunyai batasan waktu yang jelas.

d. Pimpinan senantiasa melaksanakan pengawasan terhadap kinerja tim kecil ini dengan memperhatikan masukan dari banyak sekali pihak. Agat terhindar dari keputusan sepihak yang tidak matang dan merugikan anggota.

e. Memperbanyak jumlah anggota. Jumlah anggota yang bertambah besar tentu akan menambah pasokan darah. Pimpinan organisasi juga harus memikirkan taktik bagaimana caranya semoga anggota organisasi semakin banyak dan tidak malah semakin sedikit.

Kesimpulannya, berorganisasi memang berat. Namun hal yang berat sanggup menjadi ringan dengan cara bermusyawarah mencari taktik untuk meringankan keadaan. Musyawarah menjadi salah satu kunci kesuksesan dalam berorganisasi. Sebenarnya di abad kemajuan teknologi mirip sekarang, orang semakin gampang bermusyawarah. Media sosial sanggup menjadi media musyawarah yang efektif dan efisien. Sekarang hanya kita yang sanggup memutuskan. Mau bermusyawarah atau tidak.

Ditulis untuk menertibkan dan mengkongkritkan pemikiran. Tak ada kaitannya dengan organisasi manapun.
BKIA, 22 Februari 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com