Saturday, May 18, 2019

√ Keberpihakan Pada Grassroot

Kali ini saya akan mengulas beberapa isi perbincangan antara saya dengan pak sulkhan. Namun sebelumnya perlu dijelaskan dulu siapa itu M. Sulkhan. Pak sulkhan ialah wakil ketua PCM Borobudur yang membidangi tabligh dan kader. Pria berputra empat anak pria ini terpilih menjadi pengurus PCM pada taun 2016. Sehingga kepengurusan ini ialah kepemimpinan pertamanya di PCM, alasannya ialah di kepengurusan sebelumnya duduk sebagai anggota majelis.

Saya mengenal dia semenjak ia pindah rumah ke dusun Jayan dan menjadi tetangga saya. Semakin intens hubungan kami dikala periode ini saya berada di Majelis Pendidikan Kader yang kebetulan berada di bawah koordinasi beliau. Pertukaran pikiran semakin sering terjadi. Baik di dalam ataupun di luar lembaga rapat majelis.

Yang paling saya sukai dari dia ialah keaktifannya dalam membina majelis tabligh dan majelis pendidikan kader. Yang menciptakan saya salut ialah keberpihakannya pada "grassroot". Ia berani memberikan pemikiran-pemikiran kader Muhammadiyah yang tidak tergabung dalam PCM ke lembaga rapat PCM. Ini yang sulit saya temukan di antara pimpinan yang lain. Karena berdasarkan ekonomis saya, kebanyakan pimpinan organisasi di luar sana hanya sekedar mengiyakan apa yang diinginkan penguasa.

Inspirasi dari Prof. Imam Robandi
Diskusi saya dengan dia malam ini juga menghasilkan evaluasi yang menguatkan sikap-sikap dia itu. Pak Sulkhan bercerita mengenai pelajaran yang ia sanggup dikala mendengarkan ceramah dari Prof. Imam Robandi (tokoh Muhammadiyah Kota Surabaya) dikala seminar di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta.

Dalam seminar ini diceritakan bahwa Prof Imam Robandi selalu memberikan kritik ke pimpinan Muhammadiyah di daerahnya. Prof. Imam Robandi tidak pernah takut dipecat dari kepengurusan Muhammadiyah alasannya ialah kritik yang disampaikannya. Karena Prof Imam Robandi berpandangan bila ingin berkontribusi untuk Muhammadiyah tidak melulu harus menjadi pimpinan atau pengurus persyarikatan. Menjadi anggota biasa pun sanggup berkontribusi untuk Muhammadiyah.

Nampaknya pemikiran Prof Imam Robandi ini menempel berpengaruh di ingatan Pak Sulkhan. Pak Sulkhan sadar, bila kebiasaannya membela grassroot sanggup membuatnya terpental dari kepengurusan PCM. Karena berdasarkan penilaiannya, kebiasaan mengkritik ibarat ini menciptakan beberapa tokoh Muhammadiyah Borobudur di periode-periode sebelumnya banyak yang terpental. Jadi, secara tidak eksklusif ia siap mundur dikala usulan-usulan dari grassroot ini tidak mendapat jawaban yang baik. Selain itu ia siap berjuang di untuk Muhammadiyah dan Islam tanpa harus menjadi seorang pimpinan.

Terima kasih Pak Sul, keberanianmu membela grassroot dan kebiasaanmu menuntaskan duduk kasus dengan obrolan eksklusif benar-benar menginspirasiku. Sepertinya generasi muda Muhammadiyah Borobudur perlu mencar ilmu darimu wacana semangat pembelaan kaum lemah terpinggirkan (mustadhafin).

Masjid Darul Ulum, 23 Februari 2018
 Ditulis dari obrolan berdua, dikala rapat majelis tabligh dan kader tapi yang tiba cuma pak sulkhan dan penulis. Obrolan ini berakhir sehabis ada orang abnormal masuk ke Masjid Daarul 'Ulum.

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com