Thursday, May 2, 2019

√ Kegalauan Menghadapi Inobel Dan Seminar Nasional Kemdikbud

Saya siang ini mengalami perasaan sedikit galau. Kegalauan ini menjadikan pikiranku sulit untuk diajak kompromi. Hati ini pun terasa mulai gundah gulana. Bingung hampir ling-lung. Karena ada yang berkecamuk di dalam hati dan pikiranku. Harapan, keinginan dan harapan seolah bertarung di dalam hati ini.

Kegalauan ini berawal dari “ramainya” aplikasi WA yang ada di Hpku. Keramaian yang jarang terjadi. Karena hampir semua grup bermunculan pesan-pesan baru. Uniknya, yang diobrolkan di grup-grup itu sama, yaitu perlombaan Inovasi Pembelajaran (Inobel) 2018 dan Seminar Nasional Guru Pendidikan Dasar Kemdikbud 2018. Perasaanku tambah berkecamuk dan pikiranku semakin sulit diajak berpikir jernih setiap kali mengikuti dialog di grup-grup WA yang membahas perlombaan-perlombaan ini.

Saya mulai menyadari bahwa kegalauan ini harus segera berakhir. Saya mulai dengan menguraikan penyebab kegalauan ini. Masalahnya terletak pada “angan” yang terlalu besar untuk mengikuti kedua acara ini. Angan yang tidak mempunyai dasar berpijak pada kenyataan ini harus saya carikan dasar yang kuat.

Aku mulau dengan cara mend0wnl0ad semua pedoman yang berkaitan dengan event ini. Kemudian saya mencetak pedoman ini. Saya baca dan menemukan garis besarnya. Aku juga tidak lupa untuk mencermati penggalan yang paling penting, yaitu deadline pengumpulan karya. Karena sesudah mengetahui deadline pengumpulan, kita sanggup merumuskan waktu beserta seni administrasi yang efektif untuk diterapkan.

 Garis besar pedoman perlombaan telah diketahui dan sedikit dipahami. Tantangan selanjutnya ialah bagamana caranya untuk mendapat ide goresan pena yang sanggup meloloskan diri mengikuti acara ini. Jujur, bekerjsama kegalauan ini berasal dari tidak adanya ide atau gagasan yang sanggup ditelurkan menjadi karya.

Aku memutar otakku lagi. Sampailah pada sebuah ingatan. Ingatan tersebut berisi bahwa membaca ialah cara yang paling sempurna untuk menemukan pandangan gres dan ide baru. Walaupun membaca goresan pena bukanlah cara ideal untuk menemukan ide untuk sebuah karya. Cara ideal menemukan ide di bidang penemuan pembelajaran bekerjsama berasal dari pengamatan eksklusif terhadap permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan.

Namun saya tetap memberanikan diri untuk memakai cara membaca ini. Karena deadline seminar nasional hanya tersisa waktu tiga hari. Aku menganggap bahwa acara membaca juga sanggup dipakai sebagai media observasi tidak eksklusif terhadap permasalahan yang terjadi di bidang pendidikan.

Pembacaan pada konteks yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan ialah cara yang paling cepat untuk menemukan ide. Misanya kita butuh ide wacana penelitian tindakan kelas. Cara paling gampang dan cepat untuk menemukan ide penelitian tindakan kelas ini ialah dengan cara membaca jurnal dan hasil karya penelitian tindakan kelas.

Strategi ini saya terapkan. Alhamdulillah berangsur-angsur kegalauan itu hilang. Kegalauan perlahan berganti membentuk kontruksi ide-ide pemikiran baru. Aku mulai menemukan bentuk karya tulis yang gampang dibuat. Praktis ini tergantung dari kita menguasai bahan itu atau tidak. Sehingga tema karya tulis ini berasal dari ide yang membahas wacana bahan yang sudah dikuasai.

Pada jadinya saya putuskan untuk menciptakan goresan pena seputar ide ini. Ide ini belum sanggup saya tuliskan disini sebab dikhawatirkan menjadi “senjata makan tuan”. Karena goresan pena kita akan diuji similaritas dan sitasinya. Saya khawatir goresan pena di blog ini akan menciptakan uji similaritas karya tulis yang akan saya buat semakin tinggi similaritasnya. Semoga ide gagasan ini berbuah cantik di kemudian hari. Bismillah biar lolos menjadi pemakalah Seminar Nasional dan Juara Inobel 2018.

SDN Borobudur 1, 4 April 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com