Wednesday, May 15, 2019

√ Tetap Berangkat


Hari ketiga, saya berangkat awal sekali. Walau semalam hanya tidur sebentar. Karena tubuh Rafi panas ditambah muntah alasannya lendir yang sangat banyak. Hampir setiap satu jam sekali terbangun. Agar tidur kembali harus digendong. Karena beberapa kali tidak mau menyusu. Ketika digendong terdengar dengan terang bunyi grok-grok dari dadanya. Terutama ketika menarik nafas.

Malam ini terasa sangat panjang. Mengingat saya berjanji kepada diri saya sendiri bahwa malam ini saya akan mempersiapkan perangkat pembelajaran untuk esok hari. Namun daya tak kuasa mendapatkan keadaan ini. Saya bersama istri mau tidak mau harus fokus dalam merawat buah hati kami. Menjelang pagi, istri saya yang juga seorang tenaga kesehatan merekomendasikan untuk membawa Rafi ke dokter seorang hebat anak. Kami punya dokter seorang hebat anak yang berjulukan Prof. dr. Sunarto, Sp.A. yang membuka praktek di Jalan Jogja-Semarang, Mertoyudan.

Rekomendasi itu saya setujui. Namun perasaan di hati mulai bergejolak. Di tempat kerja yang lama, saya sanggup saja izin terlambat untuk mengantar anak ke dokter. Tapi ketika ini saya hal itu tidak sanggup saya lakukan. Memang tidak ada seorang pun yang melarang. Hanya saja perasaan kali ini berbeda alasannya saya sekarang gres saja memulai kerja di tempat yang baru. Tidak main-main di SD unggul Kecamatan Borobudur.

Status SD unggul inilah yang menciptakan saya berpikir seribu kali hanya untuk izin terlambat alasannya harus mengantar anak ke dokter. Apa kata wali murid nanti ketika saya terlambat. Resiko apa yang nanti harus saya terima dari kepala sekolah alasannya saya terlambat. Pikiran semakin berat ketika bercampur dengan rasa iba melihat Rafi "sesenggrukan".

Di tengah kegalauan itu, istri memberi solusi. Ia sudah hafal bila saya niscaya akan usang menawarkan keputusan bila sudah melibatkan perasaan. Ia menawarkan solusi untuk menyerahkan urusan Rafi kepadanya. Namun saya juga menawarkan syarat kepada istriku supaya ia mengambil jatah cuti di tempat kerjanya. Cuti dengan pertimbangan supaya istri sanggup fokus merawat Rafi.

Tetap Berangkat
Akhirnya saya berangkat kerja. Sesampainya di SD, saya pribadi membuka laptop. Menyambungkannya ke wifi. Kemudian mend0wnl0ad video beberapa tari tempat Indonesia. Hal ini saya benar-benar saya luangkan. Agar hari ini tidak berakhir sia-sia. Apalagi sudah meninggalkan anak istri di rumah.

Pemanfaatan video ini merupakan tindak lanjut dari refleksi yang dilakukan ketika hari Jumat kemarin. Saya memanfaatkan video untuk menarik minat dan perhatian siswa. Terbukti, ketika video hasil d0wnl0ad ini saya tampilkan di kelas, semua mata tertuju padanya.

Hasilnya secara umum positif. Tidak ada kegaduhan yang berarti. Hanya ketika siswa diajak diskusi dan merefleksi video yang sudah ditampilkan, masih ada jawaban-jawaban yang akhirnya "nyelelek".

Sikap siswa yang "nyelelek" ini menciptakan situasi tidak kondusif. Banyak siswa yang menertawakan apa yanh dibicarakan dari siswa yang "nyelelek" itu. Inilah keadaan destruktif yang merukan acara berguru mengajar.

Sikap nyelelek ini terbukti merugikan. Sehingga tercetuslah sebuah rumusan "bagaimana cara mencegah siswa supaya tidak nyelelek?". Hipotesa atau tanggapan sementara saya, nyelelek itu hanya sanggup diperbaiki dengan perilaku "serius". Serius dalam berucap, bertindak dan menawarkan konsekuensi yang sepadan.

Borobudur, 3 Maret 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com