Monday, June 10, 2019

√ Prof. Noeng Muhadjir: Aturan Keteraturan Hidup Manusia

Hidup insan itu mempunyai keragaman sangat luas. Yang satu lebih suka kerja keras, yang lain menyukai hidup santai,  yang satu tampil giat meski selalu gagal, yang lain gampang putus asa. yang satu berteguh pada prinsip dan sukses dalam hidup. Yang lain berteguh pada prinsip dan tergilas habis.

Apakah nasib-nasib mereka itu takdir? Konsep takdir telah banyak diartikan keliru. Alam semesta memang mengikuti takdir Allah. Sedangkan kehidupan insan bukan mengikuti takdir Allah, melainkan mengikuti sunnatullah. Mengikuti aturan yang sifatnya indetermine.

Mampu membaca kapan harus menampilkan teguh pada prinsip, kapan diam, dan kapan berbicara dalam nada bagaimana, ia akan sukses beramar ma'ruf nahi mungkar. Secara membabi buta menampilkan teguh pada prinsip, mungkin tergilas, entah mati ditembak, entah dijebloskan di penjara. Menjadi kaya itu hak setiap orang, tetapi menjadi kaya dengan kemudahan KKN, perlu digugat. Karena hasil karyanya menjadi kaya bukan mengikuti sunnatullah. Menyandang gelar doktor dari ijazah yang dibeli atau memperolehnya dengan persyaratan tak memadai, perlu digugat. Karena doktornya diperoleh tidak mengikuti sunnatullah.

Lalu,  apa sunnatullah itu. Manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan yang baik dan menghindari yang tidak baik. Dataran baik tersebut sanggup berada pada dataran kehidupan pragmatik hingga pada tataran etika human ataupun etika religius. Memilih kerja yang mempunyai prospek untuk menghidupi keluarga, merupakan kebebasan menentukan manusia, dengan konsekuensi ditempuh nya keteraturan sunatullah. Harus mencar ilmu keras dalam bidang yang dipilihnya. Harus tekun bekerja dan berupaya berprestasi di dunia kerjanya.

Untuk diterima kepemimpinannya, seorang pemimpin perlu berupaya menjadi shidiq, menjadi amanah dan juga maksum. Shidiq, artinya sanggup dipercaya, selalu berkata, dan berbuat jujur-benar. Amanah berarti menjaga hak yang dipimpinnya. Hak mengatur bukan untuk mengambil hak yang dipimpinnya, melainkan mengatur bukan untuk mengambil hak yang dipimpinnya, melainkan mengatur semoga hal yang dipimpinnya sanggup diperkembangkan bagi kepentingan yang dipimpinnya. Maksum artinya tidak pernah punya niat tidak baik bagi yang dipimpinnya. ia melarang, semoga tidak terjerumus pada langkah salah, ia mendorong semoga ia lebih berhasil.

Dengan kemampuan menyerupai itu rakyat yang dipimpinnya akan rela hidup prihatin pada krisis moneter menyerupai yang dialami asia ini. Bila pimpinannya tidak demikian, rakyat akan menolak diajak hidup prihatin dan berkorban. Itu yaitu sunnatullah. Faktor dan variabel yang berperan dalam kehidupan insan itu sangat banyak. Sebagian tidak terpantau dan sementara orang lain menonjolkan faktor tertentu, yang lain mengutamakan faktor yang berbeda, sehingga hasil yang diperolehnya berbeda. Kita tidak selalu sanggup memprediksi secara linear. Itulah ilmu ihwal kehidupan manusia, itu lebih merupakan soft science.

Tulisan diatas merupakan goresan pena yang paling berkesan bagi aku dikala membaca buku filsafat ilmu edisi kedua karya Prof. Noeng Muhadjir.

23.55, Senin, 8 Januari 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com