Saya mengibaratkan Perpustakaan yaitu jantung sebuah forum pendidikan. Bahkan perpustakaan dalam tatanan perguruan tinggi tidak sanggup disikapi hanya sebagai sebuah kelengkapan biasa, yang hanya terdiri dari gedung bertingkat dengan berjajar buku di dalamnya.
Perpustakaan mirip jantung yang mengalirkan ilmu pengetahuan ke segala sendi civitas akademika. Oleh alasannya yaitu itu, perpustakaan harus senantiasa meningkatkan kualitasnya, terutama berkaitan dengan pelayanan dan koleksi buku.
Berdasarkan uraian di atas, saya sebagai mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan merasa perlu memberikan beberapa saran demi kemajuan Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan, yaitu:
1. Awali dengan 3S, Senyum, Salam, Sapa
Beberapa waktu yang kemudian ketika saya dan La Pilli La Bae mengunjungi perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan yang berada di kampus 3. Kami menerima beberapa perlakuan yang berdasarkan kami kurang tepat.
Ini kali pertama kami berkunjung di perpustakaan kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan. Saat kami masuk ada teriakan yang tertuju kepada kami berdua. "Ada keperluan apa Mas?" tanya seorang bapak paruh baya dengan nada bicara yang terdengar tidak biasa bagi kami. Mas Pilli dengan latar belakangnya sebagai orang Indonesia Timur ingin eksklusif menjawab. Dan saya yakin beliau niscaya akan menjawab dengan nada yang tinggi juga.
Namun saya mencoba untuk menjawabnya dengan halus. "Kami mau melihat buku perpustakaan, Pak". jawab ku. Bapak itu menjawab, "Titipkan tasnya, mas!". Kami hanya sanggup clingak-clinguk kebingungan alasannya yaitu benar-benar tidak tahu mekanisme yang ada di Perpustakaan Kampus 3.
Menurut kami insiden di atas kurang pas. Ada baiknya ketika bertemu dengan pengunjung perpustakaan, petugas perpustakaan sanggup menanyai pengunjung dengan awalan 3S, senyum, salam, sapa. Petugas perpustakaan diawali dengan senyum, sanggup menyapa dengan ucapan selamat pagi, selamat siang, atau bahkan Assalamualaikum. Karena kita berada di kampus perguruan tinggi Muhammadiyah. Baru kemudian memperlihatkan aba-aba kepada pengunjung. Terutama kepada pengunjung yang gres pertama kali berkunjung.
2. Pelayanan Buka Sepanjang Hari
Hari Kamis, 28 Desember 2017 ketika asyik-asyiknya membaca buku sambil mengerjakan kiprah kuliah, tiba-tiba lampu perpustakaan kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan dimatikan oleh petugas. Saya bertanya "Ada apa ini, mbak?". Petugas perpustakaan menjawab "Istirahat, Pak!". Selanjutnya kami digiring keluar.
Aneh, padahal saya ibaratkan perpustakaan ini mirip sebuah jantung yang harusnya senantiasa berdetak waktu demi waktu, hari demi hari. Menurut saya animo pelayanan prima dikala ini sudah tidak mengenal jam istirahat. Coba lihat di kantor-kantor pelayanan bank. Sudah tidak zamannya lagi pelayanan berhenti dengan alasan "sedang istirahat". Ketika jam istirahat, niscaya ada salah teller yang tutup namun teller yang lain tetap buka. Mereka saling bergantian beristirahat.
Saya berharap perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan sanggup menghilangkan jam istirahatnya sehingga pelayanan untuk mahasiswa atau dosen yang berkunjung sanggup terlayani dengan optimal. Saya berkeyakinan hal teknis mirip pergantian petugas jaga dikala jam istirahat sanggup direncakan dan dilakukan dengan baik.
3. Koleksi Baru sanggup Langsung Dibaca
Saya merasa geli sendiri. Ketika ingin membaca terbitan terbaru majalah Suara Muhammadiyah di Perpustakaan Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan saya merasa kesulitan. Saat itu juga saya melihat di belakang meja petugas perpustakaan majalah Suara Muhammadiyah yang gres sudah tersedia. Hari pun berganti, majalah itu masih saja tergeletak disana.
Mungkin majalah ini harus antri melalui tahap "pengolahan" sehingga tidak sanggup eksklusif dinikmati oleh pengunjung. Saya hanya sanggup berharap supaya terbitan bersiklus sanggup eksklusif disajikan ke pengunjung, mengingat terbitan bersiklus rentan "out of date".
Sekali lagi, saya menulis hal-hal ini tanpa tendensi yang buruk. Saya hanya bermimpi Perpustakaan kampusku sanggup menjadi jantung akademik yang sanggup menjadi modal kasatmata bagi perkembangan Universitas Ahmad Dahlan ke depannya. Malu dong punya pustakawan terbaik Kopertis Kalau pelayanannya belum optimal...
Ditulis di ruang 106 kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan. Kamis, 28 Desember 2017.