“Tiadakah engkau perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan suatu perumpamaan.Kalimat yang baik ialah umpama pohon yang baik. Akarnya teguh, cabangnya hingga ke langit. Ia memperlihatkan buahnya di tiap demam isu dengan izin Rabb-Nya....” (Ibrahim: 24-27)
Bangunan iman kita menyerupai pohon, ada iman yang teguh, tertancap dan terpatri dalam benak layaknya akar. Adapun cabang yang diumpakan sebagai ibadah yang memperlihatkan manfaat bagi diri kita pribadi. Serta budpekerti yang diumpamakan sebagai buah, buah yang dinikmati dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Akhlak merupakan buahan yang manisnya sanggup dinikmati banyak orang di setiap saat, kapan saja dan dalam kondisi bagaimanapun.
Diamnya bermanfaat, bicaranya apalagi. Cemberutnya bermanfaat, senyumnya apalagi. Tawanya bermanfaat, sedihnya bermanfaat. Sabarnya bermanfaat, marahnya memberi pelajaran. Duduknya bermanfaat, berdirinya bermanfaat. Dalam tidurnya ada manfaat, terjaganya lebih-lebih lagi.
Berjalannya bermanfaat, berhentinya bermanfaat. Saat ada nikmat menyambangi, beliau berbagi. Saat peristiwa alam menimpa, ada banyak pelajaran dari dirinya. Saat luang bermanfaat sebagaimana ketika sibuk. Saat muda memperlihatkan manfaat, pun hingga ketika tua. Saat sehat memperlihatkan manfaat, begitu pula ketika sakit. Saat kaya memperlihatkan manfaat, tak kurang juga ketika miskin. Saat hidup memberi manfaat, begitupun ketika wafat. Semua sisinya memberi manfaat bagi sekelilingnya(Salim A.Fillah: 2005) begitulah akhlak, buah dg banyak sekali manfaat.
Sulit bagi kita untuk berubah dan berbuah layaknya perumpamaan di atas. Akan tetapi, jikalau belum berbuah, minimal kita tidak berduri dan tak beracun. Setidak-tidaknya “Seorang mukmin itu ialah seseorang, di mana orang lain senantiasa merasa kondusif dari verbal dan tangannya”.
Aku ingin berubah, layaknya sebuah pohon yang besar lengan berkuasa akarnya, rindang dahannya dan lebat buahnya. Agar sanggup berubah menyerupai perumpamaan di atas, maka hanya Islam yang bisa menjawabnya. Berubah berdasarkan Islam merupakan sesuatu hal yang terbaik. Karena Islam tidak merubah huruf seorang muslim.
Islam tidak merubah huruf yang khas dari pemiliknya selama tidak bertentangan dengan akidah. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan huruf yang menyejarah. Mari kita ingat huruf yg dimiliki oleh sahabat-sahabat Nabi SAW.
Ada Abu Bakar dg huruf Ash Shiddiqnya(benar, membenarkan dan dibenarkan), ada Umar dengan karakternya yang jujur(Al-Faruq), ‘Utsman dengan huruf Dzun Nurainnya(pemalu), Ada Khalid yang bergelar pedang Allah, serta Ali dengan huruf Cerianya. Dan Masih banyak lagi karakter2 Sahabat Nabi SAW yang mempunyai huruf yang khas dan dibingkai dengan kemuliaan akhlak.
Sumber http://rahmahuda.blogspot.com