Tuesday, July 18, 2017

√ Perubahan Iklim; Efek Pertambangan Batubara Di Indonesia

AsikBelajar.Com | Menurut Geoff (2010) pandangan sebagian besar ilmuwan iklim yaitu bahwa perubahan iklim sudah terjadi dan bahwa gas rumah beling yang sudah dilepaskan akan terus berkontribusi lebih lanjut terhadap pemanasan global paling tidak sepanjang dekade mendatang. Mereka mendesak adanya langkahlangkah mitigasi yang tegas untuk memangkas timbulnya gas rumah beling dan dengan demikian membatasi dampak negatif serius yang diramalkan. Sebagian besar pemerintah juga memberi komitmen mereka dalam perkataan dan dalam komitmen internasional hingga pada cara-cara guna meminimalkan tingkat dan memitigasi dampak perubahan iklim. Sejumlah pemerintah memberi komitmen, secara teori, terhadap tindakan-tindakan radikal untuk mengurangi output gas rumah kaca. Inggris, misalnya, belum usang ini mengadopsi sasaran untuk pengurangan emisi karbon dioksida di Inggris sebesar 80% (dibandingkan dengan tingkat 1990) pada tahun 2050. Pengurangan sebesar itu dipandang perlu untuk mengatasi besarnya krisis. Pengurangan ini tidak sanggup dicapai tanpa perubahan signifikan dalam sifat perekonomian cukup umur ini. Ini tidak berarti bahwa tenaga kerja harus dikurangi, justru, kelompok-kelompok pengkampanye iklim secara khusus menganjurkan investasi dalam pekerjaan ‘hijau’ yang gres di negara-negara industri. Ini juga tak berarti harus mengurangi penggunaan energi secara besar-besaran-yang perlu dilakukan yaitu melaksanakan perubahan dalam sumber energi yang diperlukan. Sejumlah ilmuwan berargumentasi bahwa 95% dari kebutuhan energi dunia sanggup disediakan oleh sumber terbarukan pada tahun 2050.


Meskipun ada rasa skeptis yang meningkat di sejumlah cuilan dunia, terdapat komitmen yang meluas di antara para ilmuwan iklim, bahwa gas-gas tertentu yang ada dalam atmosfer bumi, khususnya karbon dioksida, nitrus oksida, dan metana, menjerat panas dan berfungsi sebagai ‘gas rumah kaca’. Dikhawatirkan bahwa peningkatan konsentrasi atmosferik dari gas-gas tersebut yang diakibatkan oleh aktivitas insan akan menjadikan naiknya suhu paling sedikit dua derajat dan mungkin, hingga enam derajat celsius dalam masa ini. Dampak niscaya kenaikan suhu yang pesat itu sulit diramalkan tetapi diyakini bahwa akan meliputi kenaikan suhu yang semakin tinggi pada garis lintang yang lebih tinggi, khususnya di wilayah kutub; meningkatnya permukaan maritim secara signifikan, yang menimbulkan banjir di daerah-daerah yang rendah; mencairnya bongkahan es, tanah beku abadi, dan glasier; dan perubahan dalam contoh cuaca, termasuk lebih banyak isu terkini kering, gelombang panas, serta angin kencang yang semakin jago dan mungkin di luar musim. Beberapa negara kepulauan yang terletak di tempat rendah di Samudra Pasifik dan Hindia merasa khawatir akan kelangsungan eksistensi mereka bahkan sekalipun bila peningkatan permukaan maritim tidak terlalu tinggi. Banyak wilayah dataran rendah juga mungkin terimbas secara serius.


Sumber:

Fitrah, Hastirullah. 2018. Material Tanah Bekas Tambang Batubara & Pembenahan. Yogyakarta: Thema Publishing. Hal. 29-30.



Sumber https://www.asikbelajar.com