Thursday, May 16, 2019

√ Pentingnya Pengetahuan Wacana Latar Belakang Siswa

Kesan di hari kedua, alhamdulillah bisa ikut menyambut siswa di pintu gerbang sekolah. Banyak siswa yang belum berpakaian dengan rapi. Beberapa siswa juga di antar dengan mobil. Ada juga siswa yang berjalan masuk ke gerbang sekolah dengan ceria dan senyum yang lebar. Namun ada juga yang berwajah cemberut. Terakhir sebelum masuk, ada sekelompok siswa pria masuk ke halaman sekolah bersama-sama.

Analisa berlanjut ke situasi di dalam kelas 4 B. Hari ini saya mencoba tidak memakai media audio visual. Saya mengandalkan volume bunyi yang keras. Namun karenanya tidak ada perhatian dari siswa. Banyak yang ngobrol sendiri. Jalan-jalan. Bermain mainan.

Saya mencoba mengambil beberapa mainan yang sedang dimainkan. Ada yang menangis. Walau tangisan itu disebabkan lantaran sorakan siswa yang lain. Bukan lantaran penyesalan dikarenakan telah bermain di dikala jam pelajaran. Ketika mengambil mainan ini, saya mencoba memperlihatkan peringatan semoga tidak mengulanginya lagi. Sekaligus menciptakan hukum gres untuk tidak bermain kartu remi. Entah itu dikala jam pelajaran atau istirahat.

Setengah jam sebelum pelajaran berakhir, saya tinggalkan muridku lantaran menerima kiprah dari ibu kepala sekolah untuk membantu pendirian tenda guna pesta siaga di halaman komplek kantor pemerintah Kabupaten Magelang. Saat saya tinggalkan. Tidak ada rasa penyelasan di benak anak-anak. Masih saja mengobrol sendiri.

Solusi
Latar belakang siswa menjadi fokus perhatian. Dilihat dari cara berpakaian, semua pakaian yang digunakan rapi disetrika. Berangkat sekolah kebanyakan di antar. Dilihat dari latar belakang pekerjaan orang renta juga sangat beragam. Simpulan umum yang diperoleh, kebanyakan siswa berasal dari latar belakang keluarga yang mampu. Dengan contoh asuh yang tentu tercukupi mulai dari kebutuhan primer hingga tersier.

Solusi yang sanggup dirumuskan untuk menuntaskan permasalahan ini adalah:
1. Penggunaan media pembelajaran. Minimal media pembelajaran audio visual berbentuk video
2. Memulai pembelajaran dengan ice breaking berbentuk permainan. Ice breaking bermanfaat untuk mengalihkan perhatian siswa.
3. Pembelajaran dengan contoh kelompok diskusi belajar. Hal ini menciptakan guru lebih gampang mengkontrol siswa.
4. Menghindari dominasi metode ceramah. Anak cenderung tidak suka dan tidak akan "digagas".
5. Bertindak tegas akan peraturan yang telah dibuat. Terutama soal siswa yang bermain ketika guru mengajar. Ambil saja mainannya, jangan khawatir mereka tidak bisa membelinya lagi.
6. Peringatkan konsekuensi dari tindakan menyimpang. Urutan hukuman yang sanggup dilakukan ialah keluar kelas, sampaikan ke wali murid, home visit dan pemanggilan orang tua.
7. Jangan gunakan nada tinggi terlalu sering. Alalagi memakai kata negatif dan melukai perasaan.
8. Berikan kebanggaan yang dibalut dengan motivasi. Pujian ini lebih berhasil bagi belum dewasa yang di rumah sering dimanja dan jarang diberi kasih sayang orang tua.

Inilah pelajaran yang saya peroleh. Pelajaran ini bersumber dari perenungan atas apa yang sudah dilakukan oleh siswa. Saya menuliskan da memikirkan hal ini lantaran dorongan pribadi. Agar kualitas pembelajaran meningkat dan hasil berguru siswa kelas 4B bisa meraih hasil yang memuaskan.

Borobudur, 2 Maret 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com