Saturday, May 18, 2019

√ Salam Lunas Bersama Saptuari Sugiharto

Setelah melalui usaha panjang. Akhirnya saya bersama keluarga kecilku berangkat juga ke Jogja mengikuti Seminar Nasional di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (24/2/2018). Saya sebut usaha panjang alasannya untuk bisa mengikuti seminar ini harus membuatkan waktu dengan jadwal kondangan di beberapa tempat. Dengan lokasi kondangan yang berjauhan.

Seminar nasional ini fokus pada pengembangan entrepreneurship. Sehingga tema yang diangkat yakni xxxx. Pembicara yang tampil yakni Saptuari Suguharto, Hatta dan Dr. diana selaku 
moderator.

Saya sengaja mendaftar seminar ini satu bulan sebelumnya, dikala harga tiket masih 55K. Walau seminar ini tergolong biaya tiketnya murah, tapi saya hanya punya anggaran untuk membeli satu tiket saja. Setelah berembug, nama saya yang dipakai untuk mendaftar namun istri yang ikut seminar.  Hal ini harus saya lakukan mengingat harus ada yang "momong" si kecil.

Motivasi saya mengikutkan istri saya alasannya tertarik dengan kang Saptuari (selama ini saya dan istri hanya baca-baca bukunya dan melihat video anti ribanya, tapi belum pernah ikut seminarnya) dan ingin me-refresh pikiran istri. Cerita singkatnya saya sedang mencarikan hiburan positif bagi istri saya. Pikir saya daripada buat nonton di bioskop, ikut seminar malah sanggup ilmu dan wawasan baru.

Selama istri mengikuti seminar, saya bersama Rafi berkeliling antara convention hall dan laboratorium agama Islam. Sampai alhasil saya hampir kehabisan energi untuk momong. Aku naikkan saja Rafi ke mobil. Baru memaju mundurkan mobil, belum ada 10 menit Rafi tertidur di pangkuanku sekitar satu jam.

Salam Lunas
Tak berselang usang moderator terlihat keluar dari convention hall menuju parkiran. Disusul dengan istri saya. Istri saya keluar bersama dengan seorang pria tinggi, besar, dengan warna kulit sawo matang. Mereka berjalan sambil berbicara dengan bersahabat sekali. Nama pria ini yakni Saptuari Sugiharto, pembicara utama di seminar entrepreneurship ini.


Pria yang dulu pernah bekerja menjaga tas di Kopma UGM dengan bayaran 21rb/ ahad ini sedang berjalan menuju daerah parkir. Ternyata kendaraan beroda empat Mitsubishi X-Pander berwana silver "anyir griss" ini yakni miliknya.

Sebelum Kang Saptu masuk mobil, kami sekeluarga berfoto dengannya. Posenya pun unik. Kami diminta membentuk abjad L dengan jempol da jari telunjuk. Awalnya kukira ini salam literasi. Ternyata namanya salam lunas. Hhhha, saya bilang tau aja mas saptu ini.

Sambil berfoto kami saling berkenalan. Ia tanya berapa umurku dan anakku. Mendoakan kami biar cicilan-cicilan hutang kami lunas. Yang membuatku berkesan adalah, kang Saptu ini bisa eksklusif akrab. Seolah kami ini sobat lamanya. Senyumnya lebar tanpa beban. Tertawa lepas tanpa sungkan.

Semua ini niscaya alasannya kang Saptu berhasil membebaskan dirinya dari jeratan hutang da riba. Hidupnya jadi "woles". Selalu optimis, selalu tersenyum sehingga gampang bergaul dengan siapa saja.
Ketika perjalan pulang. Aku bertanya kepada istriku, apakah ia yang memberitahukan jikalau saya punya cicilan hutang yang banyak ke Kang Saptu. Ternyata tidak. Hahahaha, mungkin kang Saptu tahu banyak cicilan dari tampangku yang nampak emboh ini.

Fakta perihal Kang Saptu
- Pekerjaan pertamanya sesudah ospek eksklusif kerja jaga tas di Kopma UGM dengan bayaran 21rb/minggu.

- Lulus dr UGM 100% biaya sendiri.
- Pernah menjadi buzzer positif dengan bayaran 21juta. Hanya bermodal jempol jadi duit.
- Alasannya menjadi entrepreneurship alasannya yakin
9 dari 10 pintu rezeki dari dunia perniagaan (sesuai hadist Nabi).

- Memiliki konsep berbisnis dengan sosial media yang menciptakan konsumennya sukarela berfoto dan menshare di sosial media perihal pengalaman positif menggunakan produknya.
- Hidup atas Cicilan itu ngenes.
- Kalau belum bisa beli, ya sabar!

UIN Sunan Kalijaga,  24 Februari 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com