Thursday, May 30, 2019

√ Taktik K.H. Ar Fachruddin Menyebarkan Amal Perjuangan Muhammadiyah

Menarik dan menginspirasi ialah kesan pertama dikala membaca buku "Mengenal dan Menjadi Muhammadiyah" karya AR Fachruddin yang ditulis sekitar tahun 1968-1970. Tulisan di buku ini akan sangat biasa kalau dibandingkan tulisan-tulisan masa sekarang yang bertemakan Muhammadiyah. Karena tulisan-tulisan Muhammadiyah yang sekarang tersebar di banyak sekali media kebanyakan terkesan "ilmiah".

Dalam salah satu belahan di buku ini, tertulis bagaimana seni administrasi AR Fachruddin dalam memdirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Pak AR (Sapaan bersahabat KH AR Fachruddin) menghimbau bahwa sehabis mendirikan TK, langkah selanjutnya yang harus dipersiapkan ialah mempersiapkan satu petak sawah. Setelah Taman Kanak-kanak berjalan dengan lancar, bangunlah SD. Jangan lupa untuk mempersiapkan juga satu petak sawah pelengkap sehabis SD Muhammadiyah ini berdiri. Begitu seterusnya. Jadi, setiap Amal Usaha Muhammadiyah yang berdiri ditopang dengan satu petak sawah.

Menurut ekonomis saya, Pak AR melaksanakan seni administrasi menyerupai di atas dengan maksud biar AUM sanggup berdikari secara ekonomi. Sehingga AUM tidak hanya mengandalkan pemasukan dari orang renta siswa ataupun pertolongan dana dari kader Muhammadiyah. Secara teknis, sawah ini dipakai untuk menanggung biaya pengeluaran dalam menjalankan roda kehidupan AUM, menyerupai membayar honor guru atau sekedar untuk membayar listrik.

Saya suatu dikala berkesempatan menceritakan uraian menyerupai di atas kepada dua sahabat, yaitu Mas Fuad dan Mas Edi*. Mas Edi mencoba mengkontekstualisasi seni administrasi Pak AR dalam pemberdayaan AUM di zaman dahulu. Kalau dulu memakai sepetak sawah, namun sekarang "sepetak sawah" itu sanggup berbentuk amal perjuangan yang murni bergerak di bidang bisnis atau AUM yang sudah mapan secara ekonomi.

Ternyata dalam konteks kelokalan, RSIA Muntilan menerima kiprah untuk menghidupi sekolah Muhammadiyah yang nyaris mati. PCM atau PCA Muntilan memperlihatkan kiprah tersebut kepada RSIA dengan sasaran sasaran, "bagaimana pun caranya biar sekolah yang nyaris mati itu sanggup pulih menyerupai sedia kala bahkan berkembang lebih baik". Begitu pula pabrik kayu milik PRM Keji (salah satu ranting di PCM Muntilan) yang diberi jatah untuk menghidup-hidupi salah satu sekolah.

Strategi Pak AR dengan menopang kelangsungan AUM dengan sawah ternyata sanggup menginspirasi generasi masa sekarang dengan mengkontekstualisasikan pada  "AUM menghidupi AUM yang lain". Ini sanggup menjadi pelajaran bahwa Muhammadiyah hidup alasannya ialah kekuataan jamaahnya. Muhammadiyah dikala berdikari secara ekonomi sanggup dipastikan tidak terjebak pada aliran dana yang tidak terang sumbernya. Sehingga Muhammadiyah tidak pusing mengenai sumber dana yang akan dipakai untuk menopang dan menyebarkan Amal Usaha Muhammadiyah.

Gambaran di atas menjadi jawaban, mengapa setiap forum yang didirikan Muhammadiyah niscaya disebut dengan Amal-Usaha. Mungkin alasannya ialah maknanya seirama dengan semangat bersedekah sambil berusaha, berusaha untuk beramal.

*Ketika Diskusi ringan sehabis kajian minggu pagi di masjid Daarul Ulum, Ahad, 28 Januari 2018.

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com