Showing posts with label Muhammadiyah. Show all posts
Showing posts with label Muhammadiyah. Show all posts

Thursday, May 30, 2019

√ Sinergi Hati, Lisan, Dan Tindakan Mewujudkan Muhammadiyah Borobudur Berkemajuan

Muhammadiyah Borobudur mempunyai modal dakwah yang baik mulai dari amal perjuangan Muhammadiyah yang lengkap, aset tanah wakaf yang besar dan potensi sumberdaya kader yang mumpuni. Ketiga hal ini menjadi modal Keluarga Besar Muhammadiyah Borobudur dalam mewujudkan harapan besar persyarikatan, ialah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Selain itu, keberadaan daerah wisata berkelas Internasional harus dijadikan sebagai modal pemanis yang nyata dalam rangka menyebarkan potensi Muhammadiyah. Dalam kerangka inilah Muhammadiyah Borobudur perlu kembali mengobarkan semangat "tajdid".

Kelangsungan dan pengembangan Muhammadiyah di Borobudur tidak sanggup diperjuangkan hanya di tataran konsep ataupun gerakan parsial dari salah satu eksponen Muhammadiyah. Namun perlu kesatuan visi, pemahaman yang sama mengenai taktik gerakan dan keselarasan gerak antar komponen yang ada di Keluarga Besar Muhammadiyah Borobudur.

Sehingga dirasa perlu mengutip secara utuh nasihat K.H. A.R. Fakhrudin dalam bukunya yang berjudul " Mengenal dan Menjadi Muhammadiyah". Pak AR menuliskan bahwa pokok dari segala pokok muhammadiyah akan tetap pribadi asal saja:

1. Pimpinan selalu berusaha bergeraknya para anggota. selalu berkegiatan.
2. Pimpinan selalu berusaha adanya pengajian atau kursus-kursus bagi para anggota.
3. Pimpinan selalu berusaha adanya kader-kader pengganti tenaga-tenaga renta sehingga tenaga-tenaga pimpinan selalu segar.
4. Pimpinan selalu berusaha berkumpulnya tenaga-tenaga pemikir untuk merencanakan langkah-langkahnya setiap tahun.
5. Pimpinan selalu berusaha terkumpulnya keuangan atau hasil-hasil yang sanggup diuangkan guna pembiayaan Cabang secara sambung-bersambung terus-menerus.
6. Pimpinan selalu berusaha supaya jiwa agama, jiwa dakwah, jiwa berkorban senantiasa hidup di setiap warga muhammadiyah untuk keluhuran agama Allah subhanahu wa ta'ala dan semata-mata mencari keridhoan Allah.

Berdasarkan analisa potensi Muhammadiyah Borobudur dan  kebutuhan "berkumpulnya tenaga-tenaga pemikir untuk merencanakan langkah-langkahnya setiap tahun" maka Majelis Pendidikan Kader beserta Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Borobudur menyelenggarakan aktivitas Rapat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Borobudur (Rapimcab) dengan tema "Sinergi Hati, Lisan, dan Tindakan Mewujudkan Muhammadiyah Borobudur Berkemajuan".

Kami berharap aktivitas ini sanggup mensinergikan segala potensi yang dimiliki Keluarga Besar Muhammadiyah Borobudur. Sehingga gerak Muhammadiyah sanggup sesuai dengan tantangan zaman, situasi, dan kondisi yang sedang dihadapi.

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com

√ Taktik K.H. Ar Fachruddin Menyebarkan Amal Perjuangan Muhammadiyah

Menarik dan menginspirasi ialah kesan pertama dikala membaca buku "Mengenal dan Menjadi Muhammadiyah" karya AR Fachruddin yang ditulis sekitar tahun 1968-1970. Tulisan di buku ini akan sangat biasa kalau dibandingkan tulisan-tulisan masa sekarang yang bertemakan Muhammadiyah. Karena tulisan-tulisan Muhammadiyah yang sekarang tersebar di banyak sekali media kebanyakan terkesan "ilmiah".

Dalam salah satu belahan di buku ini, tertulis bagaimana seni administrasi AR Fachruddin dalam memdirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Pak AR (Sapaan bersahabat KH AR Fachruddin) menghimbau bahwa sehabis mendirikan TK, langkah selanjutnya yang harus dipersiapkan ialah mempersiapkan satu petak sawah. Setelah Taman Kanak-kanak berjalan dengan lancar, bangunlah SD. Jangan lupa untuk mempersiapkan juga satu petak sawah pelengkap sehabis SD Muhammadiyah ini berdiri. Begitu seterusnya. Jadi, setiap Amal Usaha Muhammadiyah yang berdiri ditopang dengan satu petak sawah.

Menurut ekonomis saya, Pak AR melaksanakan seni administrasi menyerupai di atas dengan maksud biar AUM sanggup berdikari secara ekonomi. Sehingga AUM tidak hanya mengandalkan pemasukan dari orang renta siswa ataupun pertolongan dana dari kader Muhammadiyah. Secara teknis, sawah ini dipakai untuk menanggung biaya pengeluaran dalam menjalankan roda kehidupan AUM, menyerupai membayar honor guru atau sekedar untuk membayar listrik.

Saya suatu dikala berkesempatan menceritakan uraian menyerupai di atas kepada dua sahabat, yaitu Mas Fuad dan Mas Edi*. Mas Edi mencoba mengkontekstualisasi seni administrasi Pak AR dalam pemberdayaan AUM di zaman dahulu. Kalau dulu memakai sepetak sawah, namun sekarang "sepetak sawah" itu sanggup berbentuk amal perjuangan yang murni bergerak di bidang bisnis atau AUM yang sudah mapan secara ekonomi.

Ternyata dalam konteks kelokalan, RSIA Muntilan menerima kiprah untuk menghidupi sekolah Muhammadiyah yang nyaris mati. PCM atau PCA Muntilan memperlihatkan kiprah tersebut kepada RSIA dengan sasaran sasaran, "bagaimana pun caranya biar sekolah yang nyaris mati itu sanggup pulih menyerupai sedia kala bahkan berkembang lebih baik". Begitu pula pabrik kayu milik PRM Keji (salah satu ranting di PCM Muntilan) yang diberi jatah untuk menghidup-hidupi salah satu sekolah.

Strategi Pak AR dengan menopang kelangsungan AUM dengan sawah ternyata sanggup menginspirasi generasi masa sekarang dengan mengkontekstualisasikan pada  "AUM menghidupi AUM yang lain". Ini sanggup menjadi pelajaran bahwa Muhammadiyah hidup alasannya ialah kekuataan jamaahnya. Muhammadiyah dikala berdikari secara ekonomi sanggup dipastikan tidak terjebak pada aliran dana yang tidak terang sumbernya. Sehingga Muhammadiyah tidak pusing mengenai sumber dana yang akan dipakai untuk menopang dan menyebarkan Amal Usaha Muhammadiyah.

Gambaran di atas menjadi jawaban, mengapa setiap forum yang didirikan Muhammadiyah niscaya disebut dengan Amal-Usaha. Mungkin alasannya ialah maknanya seirama dengan semangat bersedekah sambil berusaha, berusaha untuk beramal.

*Ketika Diskusi ringan sehabis kajian minggu pagi di masjid Daarul Ulum, Ahad, 28 Januari 2018.

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com

Monday, May 27, 2019

√ Pembangunan Mushola Sd Muhammadiyah Borobudur

Bagian belakang Mushola SDM Borobudur. Terlihat dua bab yang tertutup kayu akan dibangun toilet dan kawasan wudhu.
Rapat Pimpinan Muhammadiyah Borobudur (4/02/2018) bertempat di Mushola SDM Borobudur. Pemilihan kawasan ini memang disengaja dengan beberapa pertimbangan. Salah satunya sebagai bentuk apresiasi kepada Tim Pembangunan SDM Borobudur yang hingga ketika ini telah berhasil membangun bangunan 2 lantai. Yang terdiri dari 4 ruang kelas, 1 aula pertemuan dan mushola SDM. Selain itu sebagai bentuk pertanggung balasan pembangunan, tim pembangunan SDM Borobudur diberikan kesempatan untuk memberikan hasil kerjanya dalam lembaga Rapat Pimpinan Muhammadiyah Borobudur Tahun 2018. Karena selama ini tim ini benar-benar bekerja dengan ikhlas, tidak menghadirkan sensasi namun tujuan tercapai. Benar-benar Sepi ing pamrih rame ing gawe. Berikut laporan Tim Pembangunan yang diwakili oleh Pak Uk.

Cerita ini berawal pada tragedi di tahun 2013. Ketika itu PCM, Guru SDM, dan beberapa perwakilan wali murid SDM Borobudur bertemu dengan Bapak Abu Ubaidah. Bapak Abu Ubaidah ialah tetua Muhammadiyah Kota Magelang yang berhasil turut serta menyebarkan SD Mutual Kota Magelang. Paska pertemuan itu dibentuklah sebuah tim kecil yang terdiri dari wali murid SDM Borobudur. PCM Borobudur menantang tim tersebut untuk membangun lokal kelas dan gedung gres dengan modal nol rupiah. Perlu diketahui juga ketika itu SDM belum mempunyai lahan yang akan dipakai untuk membangun lokal gres tersebut. Selain itu, PCM Borobudur hanya menawarkan tenggat waktu empat tahun.

Akhirnya segala macam cara dicoba. Mulai dari pengumpulan infaq dari siswa SDM setiap hari 500 rupiah. Sampai door to door mencari donatur. Bahkan seringkali calon donatur berkata “Muhammadiyah kui sugih, kenapa harus minta saya?”. Padahal kekayaan Muhammadiyah berasal dari jamaah dan oleh Muhammadiyah disalurkan untuk kepentingan umat.

Tantangan pertama terkait pengadaan lahan. Awalnya tim akan membebaskan lahan berupa tanah ladang disebelah timur SDM. Namun alasannya ialah tawar-menawar harga yang terlalu tinggi maka tanah tersebut tidak jadi dibeli. Namun Allah Maha Pemurah, SDM Muhammadiyah menerima hibah tanah waqaf di seberang SD. Sembari mengurus proses alih status tanah menjadi tanah wakaf, Tim menurunkan alat berat untuk meratakan tanah sekaligus menciptakan talud dan pondasi. Pengecoran lantai satu terselesaikan pada tahun 2015. Pada tahun fatwa gres 2016/ 2017 ruang kelas di lantai pertama sudah dipakai untuk menampung jumlah siswa SDM Borobudur yang bertambah. Pengecoran lantai dua dilakukan pada tahun 2016. Alhamdulillah mushola dan ruang kelas yang ada di lantai dua sekarang sudah sanggup digunakan. Pada tahun 2018 ini, Tim Pengembang SDM mempunyai sasaran untuk menuntaskan pembangunan toilet dan dan kawasan wudhu di lantai 1 dan 2.
Pak Uk (Baju Hijau Berpeci) ketika akan memberikan laporan di Rapat Pimpinan Muhammadiyah Borobudur
Tim Pengembang ini mempunyai ikatan yang solid dan aktif melaksanakan komunikasi dengan aneka macam pihak. Hingga sekarang bangunan ini telah menghabiskan dana sekitar Rp 790 juta. Dan apabila dihitung tanpa material, bangunan ini hingga ketika ini sudah menghabiskan dana Rp 515.262.700. Material memang susah untuk dihitung dalam bentuk rupiah. Karena kebanyakan material disumbang oleh lembaga atau individu yang peduli terhadap pengembangan pendidikan Islam.

Tim Pengembang SDM Borobudur juga mengakui bahwa sasaran 4 tahun merupakan sasaran yang berat. Namun tim ini berkeyakinan bahwa sasaran ini hanya sanggup tercapai jikalau dikerjakan. Sehingga tim ini selalu berusaha untuk tetap memperkerjakan tenaga tukang bangunan hingga sasaran ini tercapai. Hal ini seirama dengan kiat sukses yang disampaikan oleh Mbah Abu Ubaidah, jangan berhenti, teruslah membangun, alasannya ialah jikalau sudah berhenti akan sulit untuk memulainya lagi. Kiat dari Mbah Abu ini diterjemahkan tim dalam bentuk mengutamakan “menggarap” material yang sudah ada. Dengan tetap terus melalukan lelang dan silaturahmi hingga sasaran pembangunan ini tercapai.

Tim Pengembang Mushola SD Muhammadiyah Borobudur bersedia mendapatkan aneka macam macam tunjangan dari donatur. Bagi yang tertarik untuk berinfaq dalam rangka pembangunan mushola SDM sanggup dikomunikasikan ke nomor berikut 08179404051 (Pak Uk), 087834109797 (Mas Afif), atau 08179410744 (Mas Yus). Atau tiba pribadi ke lokasi pembangunan SDM Borobudur.

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com

Tuesday, May 21, 2019

√ Berguru Dari Lazismu Dukun

Aku bertemu dengan nDan Agiv, salah satu kader KOKAM Dukun dikala Rakerda Kokam Magelang di Griyo Sastromihardjo Borobudur (11/04/2018). Obrolan kami di sela-sela rakerda cukup banyak. Namun yang menarik bagi saya ialah keberadaan Lazismu di Kecamatan Dukun.

Aku membuka pembahasan terkait Lazismu Dukun ini alasannya ialah mendengar sambutan dari Komandan Kokam Magelang, Huda Khairun Nahar. Ndan Huda menyampaikan bahwa pembiayaan Kokam di cabang-cabang sanggup berasal dari infaq yang terkumpul di Lazismu. Akan tetapi belum semua PCM mempunyai Lazismu. Lazismu di tingkat cabang yang paling muda ialah Lazismu Dukun.

Sekilas Lazismu Dukun
Karena sentilan dari sambutan komandan Kokam Magelang itu, pertemuan dengan nDan Agiv ini tidak saya sia-siakan. Mengingat nDan Agiv ialah salah satu tokoh muda potensial dari Muhammadiyah Cabang Dukun. Dan betul, dikala saya membuka pertanyaan berkaitan denga Lazismu Dukun ia sangat paham sekali.

Lazismu Dukun bangun gres sekitar 1,5 tahun yang lalu. Pendiriannya di latar belakangi alasannya ialah adanya keprihatinan dari warga Muhammadiyah Dukun terkait potensi zakat, infaq dan shodaqoh yang belum terkelola dengan baik. Struktur kepengurusan Lazismu Dukun cukup sederhana. Lazismu Dukun hanya memperkerjakan dua orang sebagai amil. Ditambah sebuah tubuh pengawas Lazismu yang terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.

Gerak amil ini dikomando eksklusif oleh tubuh pengawas. Badan pengawas ini tugasnya lebih kepada kebijakan peyaluran zakat, infaq dan shodaqoh yang telah terkumpul. Hal ini dibutuhkan penyalurannya sanggup sempurna target dan tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Celengan Lazismu Dukun
Pemasukan Lazismu Dukun salah satunya berasal dari celengan (tabungan) warga maupun simpatisan Muhammadiyah di wilayah Dukun. Lazismu Dukun sebelumnya telah menyebar celengan ke rumah-rumah atau daerah usaha. Celengan ini sanggup diisi dalam bentuk uang receh ataupun kertas. Kemudian setiap satu bulan sekali amil Lazismu Dukun berkeliling mengambil uang yang ada di dalam celengan tersebut. Tidak lupa, setiap uang yang diperoleh dari warga Muhammadiyah dicatat dan diberi kwitansi resmi bukti penyetoran.

Menurut pengukuhan nDan Agiv karenanya lumayan. Rata-rata sanggup pemasukan 50ribu dari tiap celengan. Dan catatan penting lainnya ialah diberikannya laporan fatwa keuangan Lazismu Dukun kepada seluruh warga Muhammadiyah Dukun terutama donatur yang menginfaqkan uangnya dalam bentuk celengan. Sehingga semua sanggup memantau secara transparan dan akuntabel. Tidak lupa cashflow ini juga dilaporkan secara tertulis kepada Lazismu PDM Kabupaten Magelang.

Strategi celengan, bukti kwitansi donasi, dan laporan bulanan ini patut kita contoh. Melalui upaya yang cukup sederhana inilah kepercayaan warga Muhammadiyah terhadap Lazismu Dukun semakin tinggi. Meminimalisir kecurigaan untuk memaksimalkan potensi zakat dan infaq yang ada di kecamatan Dukun.

Contoh kongkrit keberhasilan Lazismu Dukun ini memperabukan idealismeku untuk mendorong adanya Lazismu di Borobudur. Mengingat selama ini penyaluran infaq terkesan semrawut. Yaitu tidak adanya koordinasi, administrasi dan pelaporan yang bisa memuaskan warga Muhammadiyah Borobudur. Sebenarnya tidak dilema juga berinfaq secara semrawut. Toh yang penting ikhlas. Yang kita butuhkan hanyalah administrasi modern yang sesuai denga perkembangan zaman.

Pertanyaannya, kapan Borobudur punya Lazismu sendiri?

 Ditulis dikala tidak bisa tidur. BKIA Muhammadiyah Borobudur, 19 Februari 2018. Pukul 21.43 WIB

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com

Sunday, May 19, 2019

√ Kiprah Utama Amm Yakni Kaderisasi

Menurutku, kiprah Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang paling utama yaitu kaderisasi. Bukan "ngurusi" amal usaha. Bukan juga merebut pengelolaan amal usaha. Tugas kaderisasi ini diperkuat dengan status "in exofficio" ketua ortom AMM di Majelis Kader. In exofficio artinya ketua umum ortom mempunyai dingklik khusus di majelis kader. Artinya ketua umum ortom otomatis menjadi anggota majelis kader.

Keanggotaan in exofficio di majelis kader ini menciptakan jajaran pimpinan AMM harus mempunyai mindset yang sama terkait urgensi kaderisasi. Kalau tidak tahu pentingnya kaderisasi, sanggup dipastikan gerak AMM akan terasa "lucu". Gerakannya akan mencari-cari bidang garap yang tidak jelas. Kemudian sehabis terbentur hambatan, gres sadar jikalau salah mengambil bidang garapan.

AMM mempunyai bidang garap kaderisasi yang strategis dan memilih masa depan. Kaderisasi tersebut mengarah pada dua bidang, yaitu internal dan eksternal. Kaderisasi secara internal artinya mendidik anggota AMM semoga bisa menjadi pelangsung, penggagas dan penyempurna impian Muhammadiyah. Sedangkan kaderisasi secara eksternal artinya mencari calon-calon kader dari masyarakat umum untuk dimasukkan menjadi anggota AMM.

Kaderisas itu Berat

Kaderisasi itu berat, jadi harus ditanggung bersama. Tanggung jawab bersama ini sanggup didesentralisasikan ke bidang-bidang yang ada di struktur ortom. Tanggung jawab kaderisasi internal sanggup dilimpahkan ke bidang organisasi maupun bidang kader di struktur pimpinan ortom.

Kaderisasi eksternal bertujuan semoga masyarakat umum tertarik menjadi anggota AMM. Ketertarikan ini bisa berasal dari profil kader anggota AMM yang tampil mumpuni di masyarakat. Ketertarikan yang lain sanggup juga berasal dari program-program kerja organisasi yang berpihak pada kepentingan masyarakat umum.

Kaderisasi eksternal yang menempel pada diri pribadi kader menciptakan semua anggota AMM harus menjaga akhlaknya. Apabila etika itu buruk, nama baik organisasi juga akan ikut tercoreng. Ketika etika itu baik, organisasi akan harum namanya. Keharuman nama ini yang menarik hati masyarakat umum untuk menjadi anggota AMM.

Ketertarikan secara kegiatan kerja mungkin juga terjadi. Ciri gerakan organisasi Muhammadiyah dikala awal bangkit yaitu keberpihakannya pada kaum mustadhafin. Yang diwujudkan pada pendirian sekolah pribumi, panti sosial, rumah sakit dan lain sebagainya. Contoh pendirian forum ini bukan bermaksud semoga AMM menirunya secara persis. Namun tirulah semangat keberpihakan generasi Muhammadiyah awal.

Keberpihakan ini dituangkan dalam bentuk kegiatan kerja. Sehingga kegiatan kerja di bidang dakwah, ekonomi, dan kokam menjadi ujung tombak penarik simpati masyarakat umum. Buat pengajian umum di tempat strategis. Selenggarakan pasar murah di tempat pinggiran. Lakukan pendampingan pengembangan ekonomi. Tegakkan nama KOKAM di bidang penanggulangan bencana.

Gambaran di atas hanya pemikiran awal yang sanggup dikembangkan. Tentu teladan pengembanhannya harus melalui proses musyawarah. Tidak dilakukan sendiri, dimonopoli pihak tertentu.

InsyaAllah kaderisasi akan berjalan.
InsyaAllah Muhammadiyah tidak akan mengalami krisis kader di masa depan.
InsyaAllah gerak Muhammadiyah akan tampil menawan di mata semua orang pada umumnya, dan khususnya di mata Allah SWT.

Giripurno, 23 Februari 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com

√ Melindungi Lapangan Kompleks Muhammadiyah Borobudur

Lapangan yang berada di tengah kompleks pendidikan Muhammadiyah Borobudur menjadi salah satu tanah lapang yang masih tersisa di Desa Borobudur. Lapangan ini di sebelah barat berbatasan dengan gedung Sekolah Menengan Atas dan Sekolah Menengah kejuruan Muhammadiyah 2 Borobudur. Di sisi sebelah timur berbatasan dengan Sekolah Menengah kejuruan Muhammadiyah 1 Borobudur. Sedangkan di sisi sebelah utara dan selatan dibatasi oleh bengkel praktek unit produksi karoseri milik Sekolah Menengah kejuruan Muhammadiyah 2.

Keberadaan lapangan di komplek pendidikan Muhammadiyah Borobudur kian hari semakin bertambah penting. Mengingat tanah lapang di sekitar Desa Borobudur semakin sulit ditemukan. Dulu ada tanah lapang yang posisinya sangat strategis. Berada di pinggir jalan Syaileindra Raya Borobudur. Dan posisi lapangan ini diapit oleh Masjid Al-Muhajirin di sisi sebelah timur dan balai Desa Borobudur di sebelah barat. Tanah lapang ini kini sudah tidak ada lagi sebab sudah didirikan Balai Penelitian GAKI milik Kementerian Kesehatan RI.

Sebenarnya selain lapangan yang ada di komplek pendidikan Muhammadiyah ini, ada pula lapangan di dusun Kujon. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari Mustaghfirin, salah satu tokoh Muhammadiyah dari Sabrangrowo, dalam waktu akrab lapangan Kujon ini akan dibentuk terminal parkir tingkat tiga bertaraf internasional. Kalau pembanguna ini benar-benar terjadi, otomatis lapangan di komplek pendidikan Muhammadiyah menjadi satu-satunya lapangan yang ada di desa Borobudur.

Perlu diingat, lapangan di kompleks pendidikan Muhammadiyah ini merupakan hasil tukar guling dengan tanah wakaf di dusun sabrangrawa yang dulu terkena pelebaran taman wisata candi Borobudur (sumber: Fuad S.). Apabila dilihat secara historis, lapangan ini menjadi semakin berharga. Secara maknawi, lapangan ini menjadi simbol usaha generasi awal Muhammadiyah Borobudur.

Selanjutnya perlu juga diulas pentingnya lapangan di komplek pendidikan Muhammadiyah ini dari sudut manfaat dalam konteks ritual peribadatan umat Islam. Tanpa perlu didahului dengan klarifikasi hadist, namun kita semua telah sama-sama memahami bahwa shalat idh disunnahkan untuk dilaksanakan di tanah lapang. Kebutuhan umat Islam akan tanah lapang dalam rangka menjalankan sunnah nabi mengakibatkan lapanga di kompeks Muhammadiyah ini semakin penting. Kenyataannya, setiap kali pelaksanaan shalat idh di lapangan ini selalu penuh dijejali jamaah. Secara praktis, jamaah banyak menentukan shalat idh di lapangan komplek pendidikan Muhammadiyah sebab ketersediaan kawasan parkir yang cukup banyak.

Penjelasan dari sudut pandang praktis, historis, kebutuhan dan kuantitas tanah lapang di sekitar Borobudur bekerjsama sudah menjadi alasan yang lebih dari cukup untuk mempertahankan tanah lapang ini. Tanah lapang dengan status wakaf ancamannya bukan berasal dari luar. Karena pihak luar tidak akan tertarik dengan tanah wakaf yang tidak sanggup diperjual-belikan. Kini bahaya itu malah berasal dari kalangan internal persyarikatan yang mempunyai hak penuh untuk memakai tanah lapang ini.

Sehingga perlu kiranya sebuah peraturan khusus dari persyarikatan untuk menjaga keberadaan tanah lapang ini. Beberapa poin yang perlu dilakukan dalam rangka menjaga kebermanfaatan tanah lapang ini adalah:

pertama, tidak mengurangi luas lapangan
Kedua, tidak menciptakan bangunan atau acara yang sanggup mengurangi kebermanfaatan tanah lapang
Ketiga, menciptakan rencana khusus berkaitan integrasi antara lapangan dengan bangunan yang sudah ada di sekitarnya
Keempat, menciptakan sketsa pengambilan kebijakan khusus untuk menangani perubahan yang berkaitan dengan lapangan.

InsyaAllah kelak di kemudian hari, lapangan ini akan menjadi kawasan dimana anak keturunan kita mencicipi bagaimana nikmatnya berlarian dan bermain di tanah lapang.

Tulisan ini dibentuk di Masjid Daarul 'Ulum sembari menunggu kedatangan anggota majelis Tabligh dan Kader.
Borobudur, 23 Februari 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com

Wednesday, April 17, 2019

√ Mengenai Ideopolitor (Ideologi, Politik, Dan Organisasi)


Forum sehabis rapat seringkali lebih “nendang” daripada rapat itu sendiri. Tulisan ini lahir sehabis diskusi singkat paska rapat dengan dua orang senior saya. Tulisan ini juga melengkapi klarifikasi yang telah dilontarkan. Kebetulan juga malam ini aku melontarkan kembali gosip wacana ideologisasi. Saya kira pas memberikan tema pembahasan ini dengan kapasitas aku sebagai anggota majelis pendidikan kader. Berbicara ideologisasi berarti berbicara wacana kaderisasi.

Kaderisasi yang dimaknai sebagai sebuah proses untuk membuat kader.
Kaderisasi dalam konteks organisasi Muhammadiyah merupakan aktivitas dan kegiatan yang tidak akan pernah kunjung selesai (never ending job). Kegiatan yang bersifat never ending job ini dalam konteks kelokalan membuat aku merasa kesulitan. Kesulitan dalam merumuskan titik awal dimana proses kaderisasi ini harus dimulai. Kesulitan ini terutama disebabkan lantaran semakin kompleksnya problem  pengkaderan dan semakin minimnya kader yang ada.

Keberanianlah yang kesannya memantabkan hati dan pikiran pada satu titik tumpu. Semoga titik tumpu ini bukanlah daerah yang ringkih untuk dijadikan pijakan awal mengiringi semangat kaderisasi. Titik tumpu ini dinamai Ideopolitor. Ideopolitor ini secara aplikasi dan pengertian berbeda dengan ideopolitor yang dimaksud dalam buku Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Namun istilah ini dipakai lantaran sudah cukup terkenal di kalangan warga persyarikatan. Dan istilah ideologi, politik dan organisasi (idepolitor) telah mewakili semangat kaderisasi.

Ideopolitor ini diperlukan menjadi titik tumpu pada usaha peneguhan ideologi Muhammadiyah, pewarisan nilai dan revitalisasi kader. Secara sederhana sanggup dijabarkan bahwa peneguhan ideologi Muhammadiyah disarikan melalui pemilihan bahan ideopolitor yang bersumber pada kelompok bahan ideologi Muhammadiyah, kelompok bahan pengembangan wawasan, kelompok bahan sosial kemanusiaan dan kepeloporan. Pewarisan nilai sanggup bersumber pada kelompok bahan muatan lokal. Dimana bahan muatan lokal ini difokuskan pada sejarah usaha Muhammadiyah di tingkat lokal. Sedangkan revitalisasi kader sanggup diambil dari kelompok bahan kepemimpinan dan keorganisasian.

Ideopolitor ini mempunyai target pendengar dari kalangan pimpinan cabang, majelis, ortom dan simpatisan. Namun, perlu disadari juga bahwa pembahasan yang sangat ideologis menyebabkan lembaga ideopolitor ini peminatnya tidak sebanyak kajian umum, tabligh akbar ataupun SKBM. Namun tidak masalah. Ideopolitor diniatkan bukan untuk meningkatkan kuantitas namun menguatkan kualitas kader. Jadi, harus diingat kembali makna dari kader yakni anggota inti yang menjadi cuilan terpilih dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi (tokoh-tokoh) di sekitar kepemimpinan.
Kader inti tentu lebih sedikit jumlahnya daripada kader pendukung. Sehingga tidak perlu risau ataupun bingung jika yang ikut ideopolitor nanti jumlahnya hanya sanggup dihitung dengan jari. Tidak usah pula ada rasa gak yummy dengan pembicara yang dihadirkan di lembaga ideopolitor apabila jumlah yang menjadi pendengar ideopolitor sangat minim.

Forum ideolpolitor ini berdasarkan irit aku dibutuhkan sebagai sarana ideologisasi dan kaderisasi persyarikatan. Selama ini lembaga yang khusus membahas ideologi Muhamammadiyah di luar kegiatan pembelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan di sekolah juga belum ada. Dan biar ideopolitor ini lebih masif pengaruhnya, maka hendaknya diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader dengan pelaksana dari ortom ataupun AUM.

NB: Persyarikatan Muhammadiyah yang dimaksud di atas yakni Muhammadiyah dalam konteks mikro. Artinya Muhammadiyah dalam konteks kelokalan dimana penulis tinggal. Bukan pada konteks makro nasional. Ideopolitor yang dimaksud merujuk pada pengkaderan fungsional yang bersifat leboh fleksibel dengan prinsip penyelenggaraan yang bersifat desentralistis-otonomis-sistemik.

 Ditulis seketika hingga di rumah sehabis rapat.
Borobudur pukul 00.59, 24 Juli 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com