Mahasiswa berguru di perguruan tinggi tinggi untuk mendapat ilmu. Berdasarkan sistem pendidikan yang diterapkan, keberhasilan berguru mahasiswa dalam menuntut ilmu ditunjukkan dalam bentuk nilai. Sehingga tak jarang orang menganggap mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi yaitu mahasiswa yang cerdas, sedangkan mahasiswa lain yang mendapat nilai rendah yaitu mahasiswa yang tidak berhasil. Karena paradigma ibarat inilah, nilai terkesan segala-galanya.
Orang renta pun terkesan menuntut anaknya untuk mendapat nilai tinggi, padahal pada kenyataannya nilai belum bisa merefleksikan kemampuan si anak. Terkadang mahasiswa cerdas memperoleh nilai buruk alasannya yaitu faktor-faktor x dan bukan alasannya yaitu penguasaan ilmunya yang kurang.
Setiap mahasiswa niscaya ingin memperoleh nilai yang baik. Dan bagaimanapun, mahasiswa niscaya tidak akan menolak ketika ia mendapat nilai tinggi. Dan pada hasilnya nilai cumlaude menjadi dambaan mahasiswa.
Cumlaude menjadi dambaaan alasannya yaitu tidak setiap mahasiswa bisa meraih predikat ini. Sebutan cumlaude disematkan ketika Indeks Prestasi mahasiswa >3,50, tentu IP dalam kisaran 0 hingga 4,00. Salah satu laba memperoleh nilai cumlaude yaitu sanggup mengambil 24 SKS di semester depan. Pengambilan SKS yang maksimal(24 SKS) sanggup mempercepat masa studi dan mengurangi beban kuliah di semester akhir.
Karena banyaknya laba yang diperoleh, mahasiswa sebelum mengawali perjalanan mengarungi semester selanjutnya, biasanya mereka memasang sasaran Indeks Prestasi yang ingin diraih. Terkadang ada pula yang takut untuk memasang sasaran tinggi, padahal memasang sasaran merupakan sebuah keharusan. Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan apabila kita memperhatikan faktor-faktor yang sanggup menghipnotis nilai(indeks prestasi).
Adapun faktor-faktor yang perlu diingat ketika memasang sasaran cumlaude di simpulan semester selanjutnya, yaitu:
1. Memilih dosen
Pemilihan dosen untuk mengampu mata kuliah tertentu sangatlah kuat terhadap proses perkuliahan selama satu semester. Walau bagaimanapun dan sepait apapun, ketika ini dosen masih menjadi sosok yang berkuasa dan cenderung menjadi satu-satunya sumber ilmu yang wajib dibenarkan.
Ketika kebanyakan dosen sudah berlaku diktatorial ibarat itu. Kita cari dosen yang mau mengenal mahasiswa, terbuka, ramah, tidak pelit nilai dan tidak suka memblacklist mahasiswa tertentu.
Dosen yang ibarat itulah dosen yang kita perlukan. Apabila dosen mau mengenal mahasiswa, maka apabila suatu ketika nanti mahasiswa tersebut bermasalah niscaya ada yang membela. Pun ketika dosen sudah mengenal mahasiswa, niscaya ia tidak tega memberi nilai buruk kepada mahasiswa yang dikenalnya.
Kiat perhiasan ketika menentukan dosen, kenali secara utuh dosen yang mengampu mata kuliah 3SKS. Hal ini penting mengingat 3SKS sanggup kuat besar terhadap Indeks Prestasi. Bila nilai 3SKS ini baik, maka sanggup mengangkat IP. Akan tetapi apabila nilainya buruk, maka sanggup menjadi kerikil sandungan untuk kita.
2. Penampilan Diri
Terkadang mahasiswa cenderung hambar terhadap penampilannya di depan dosen. Tak jarang juga ada mahasiswa yang tampil tidak rapi dan terkesan tidak sopan. Ketika situasi ibarat ini, dosen niscaya akan menciptakan catatan khusus terhadap mahasiswa yang tidak memperhatikan penampilan dirinya.
Seharusnya, setiap mahasiswa yang berkeinginan untuk mendapat IP tinggi memperhatikan penampilannya. Penampilan itu terdiri dari busana yang digunakan dan model rambut yang diterapkan. Busana yang digunakan tak perlu baru. Akan tetapi busana yang digunakan itu bersih, rapi, dan menggunakan pakaian yang harmonis warnanya.
Untuk model rambut diusahakan rapi dan tidak gondrong. Rambut selalu dijaga kebersihannya. Selalu disisir dan tidak awut-awutan.
Percaya atau tidak, penampilan diri kuat pada evaluasi dosen terhadap anda. Penampilan diri merupakan implikasi dari pendidikan huruf yang ketika ini sedang dibesar-besarkan. Karena masih ada keyakinan bahwa kekuatan diri terletak pada penampilan diri dan apa yang keluar dari mulutnya(Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana). Saran yang sanggup dilakukan, tampillah serapi mungkin dan jaga setiap omongan yang keluar dari mulut!
3. Kedekatan dengan Dosen
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa dosen yaitu pemegang otoritas tertinggi dalam menilai mahasiswa. Oleh karenanya tidak ada salahnya kita mencoba untuk mendekatkan diri pada bapak/ ibu dosen. Cara-cara yang sanggup dilakukan adalah: mematuhi apa yang diperintahkan, jarang membantah di depannya, memberi salam ketika bertemu, bersilaturahmi ke rumahnya, meminta waktu diluar jam kuliah untuk berdiskusi, dan lain-lain.
Mungkin cara-cara di atas kurang optimal bila dosen yang bersangkutan sibuk dan jarang bertatap muka dengan mahasiswa di ruang kuliah. Ada satu cara jitu untuk mendekati dosen ketika dosen jarang masuk, yaitu jadilah pelopor mahasiswa!
Aktivis mahasiswa niscaya akan dimintai oleh pihak jurusan untuk menjadi delegasi atau terlibat dalam acara jurusan maupun fakultas. Mungkin ketika terlibat dalam acara jurusan atau fakultas itu kita dituntut untuk bekerja sama dengan dosen dan saling bantu membantu dalam menuntaskan kiprah kegiatan. Di saat-saat ibarat inilah mahasiswa pelopor sanggup “PDKT” dengan dosen yang bersangkutan.
4. Keaktifan di Kelas dan Kegiatan mata kuliah
Keaktifan di kelas pun menjadi faktor penting untuk mendongkrak nilai anda. Perilaku aktif yang paling sederhana yaitu bertanya. Memang diakui apa tidak, bertanya yaitu sesuatu hal yang mudah. Cara untuk menciptakan sebuah pertanyaan yaitu menyebarkan konsep 5W+1H.
Tingkatan selanjutnya yaitu menambahkan pendapat kita terhadap materi perkuliahan yang sedang diuraikan. Penambahan pendapat ini harus mempunyai dasar teori yang terang dan dikaitkan dengan materi yang sedang diuraikan serta sanggup dikaitkan juga dengan realita kehidupan yang terjadi. Agar pendapat kita selalu diperhitungkan dan mempunyai dasar teori yang kuat, rajin-tajinlah membaca!
Hendaknya pula kita aktif dalam setiap acara di luar kelas yang ada kaitannya dengan proses perkuliahan. Misal ada mata kuliah yang mengharuskan pengambil mata kuliah tersebut untuk menciptakan sebuah seminar(mis.filsafat ilmu) atau pagelaran(mis. mata kuliah tari). Bila ada kegiatan-kegiatan ibarat di atas, ada baiknya kita ikut dalam kepanitian acara tersebut. Biasanya dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan menawarkan nilai yang cukup baik kepada panitia yang sudah berjuang untuk mensukseskan acara tersebut.
Orang renta pun terkesan menuntut anaknya untuk mendapat nilai tinggi, padahal pada kenyataannya nilai belum bisa merefleksikan kemampuan si anak. Terkadang mahasiswa cerdas memperoleh nilai buruk alasannya yaitu faktor-faktor x dan bukan alasannya yaitu penguasaan ilmunya yang kurang.
Setiap mahasiswa niscaya ingin memperoleh nilai yang baik. Dan bagaimanapun, mahasiswa niscaya tidak akan menolak ketika ia mendapat nilai tinggi. Dan pada hasilnya nilai cumlaude menjadi dambaan mahasiswa.
Cumlaude menjadi dambaaan alasannya yaitu tidak setiap mahasiswa bisa meraih predikat ini. Sebutan cumlaude disematkan ketika Indeks Prestasi mahasiswa >3,50, tentu IP dalam kisaran 0 hingga 4,00. Salah satu laba memperoleh nilai cumlaude yaitu sanggup mengambil 24 SKS di semester depan. Pengambilan SKS yang maksimal(24 SKS) sanggup mempercepat masa studi dan mengurangi beban kuliah di semester akhir.
Karena banyaknya laba yang diperoleh, mahasiswa sebelum mengawali perjalanan mengarungi semester selanjutnya, biasanya mereka memasang sasaran Indeks Prestasi yang ingin diraih. Terkadang ada pula yang takut untuk memasang sasaran tinggi, padahal memasang sasaran merupakan sebuah keharusan. Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan apabila kita memperhatikan faktor-faktor yang sanggup menghipnotis nilai(indeks prestasi).
Adapun faktor-faktor yang perlu diingat ketika memasang sasaran cumlaude di simpulan semester selanjutnya, yaitu:
1. Memilih dosen
Pemilihan dosen untuk mengampu mata kuliah tertentu sangatlah kuat terhadap proses perkuliahan selama satu semester. Walau bagaimanapun dan sepait apapun, ketika ini dosen masih menjadi sosok yang berkuasa dan cenderung menjadi satu-satunya sumber ilmu yang wajib dibenarkan.
Ketika kebanyakan dosen sudah berlaku diktatorial ibarat itu. Kita cari dosen yang mau mengenal mahasiswa, terbuka, ramah, tidak pelit nilai dan tidak suka memblacklist mahasiswa tertentu.
Dosen yang ibarat itulah dosen yang kita perlukan. Apabila dosen mau mengenal mahasiswa, maka apabila suatu ketika nanti mahasiswa tersebut bermasalah niscaya ada yang membela. Pun ketika dosen sudah mengenal mahasiswa, niscaya ia tidak tega memberi nilai buruk kepada mahasiswa yang dikenalnya.
Kiat perhiasan ketika menentukan dosen, kenali secara utuh dosen yang mengampu mata kuliah 3SKS. Hal ini penting mengingat 3SKS sanggup kuat besar terhadap Indeks Prestasi. Bila nilai 3SKS ini baik, maka sanggup mengangkat IP. Akan tetapi apabila nilainya buruk, maka sanggup menjadi kerikil sandungan untuk kita.
2. Penampilan Diri
Terkadang mahasiswa cenderung hambar terhadap penampilannya di depan dosen. Tak jarang juga ada mahasiswa yang tampil tidak rapi dan terkesan tidak sopan. Ketika situasi ibarat ini, dosen niscaya akan menciptakan catatan khusus terhadap mahasiswa yang tidak memperhatikan penampilan dirinya.
Seharusnya, setiap mahasiswa yang berkeinginan untuk mendapat IP tinggi memperhatikan penampilannya. Penampilan itu terdiri dari busana yang digunakan dan model rambut yang diterapkan. Busana yang digunakan tak perlu baru. Akan tetapi busana yang digunakan itu bersih, rapi, dan menggunakan pakaian yang harmonis warnanya.
Untuk model rambut diusahakan rapi dan tidak gondrong. Rambut selalu dijaga kebersihannya. Selalu disisir dan tidak awut-awutan.
Percaya atau tidak, penampilan diri kuat pada evaluasi dosen terhadap anda. Penampilan diri merupakan implikasi dari pendidikan huruf yang ketika ini sedang dibesar-besarkan. Karena masih ada keyakinan bahwa kekuatan diri terletak pada penampilan diri dan apa yang keluar dari mulutnya(Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana). Saran yang sanggup dilakukan, tampillah serapi mungkin dan jaga setiap omongan yang keluar dari mulut!
3. Kedekatan dengan Dosen
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa dosen yaitu pemegang otoritas tertinggi dalam menilai mahasiswa. Oleh karenanya tidak ada salahnya kita mencoba untuk mendekatkan diri pada bapak/ ibu dosen. Cara-cara yang sanggup dilakukan adalah: mematuhi apa yang diperintahkan, jarang membantah di depannya, memberi salam ketika bertemu, bersilaturahmi ke rumahnya, meminta waktu diluar jam kuliah untuk berdiskusi, dan lain-lain.
Mungkin cara-cara di atas kurang optimal bila dosen yang bersangkutan sibuk dan jarang bertatap muka dengan mahasiswa di ruang kuliah. Ada satu cara jitu untuk mendekati dosen ketika dosen jarang masuk, yaitu jadilah pelopor mahasiswa!
Aktivis mahasiswa niscaya akan dimintai oleh pihak jurusan untuk menjadi delegasi atau terlibat dalam acara jurusan maupun fakultas. Mungkin ketika terlibat dalam acara jurusan atau fakultas itu kita dituntut untuk bekerja sama dengan dosen dan saling bantu membantu dalam menuntaskan kiprah kegiatan. Di saat-saat ibarat inilah mahasiswa pelopor sanggup “PDKT” dengan dosen yang bersangkutan.
4. Keaktifan di Kelas dan Kegiatan mata kuliah
Keaktifan di kelas pun menjadi faktor penting untuk mendongkrak nilai anda. Perilaku aktif yang paling sederhana yaitu bertanya. Memang diakui apa tidak, bertanya yaitu sesuatu hal yang mudah. Cara untuk menciptakan sebuah pertanyaan yaitu menyebarkan konsep 5W+1H.
Tingkatan selanjutnya yaitu menambahkan pendapat kita terhadap materi perkuliahan yang sedang diuraikan. Penambahan pendapat ini harus mempunyai dasar teori yang terang dan dikaitkan dengan materi yang sedang diuraikan serta sanggup dikaitkan juga dengan realita kehidupan yang terjadi. Agar pendapat kita selalu diperhitungkan dan mempunyai dasar teori yang kuat, rajin-tajinlah membaca!
Hendaknya pula kita aktif dalam setiap acara di luar kelas yang ada kaitannya dengan proses perkuliahan. Misal ada mata kuliah yang mengharuskan pengambil mata kuliah tersebut untuk menciptakan sebuah seminar(mis.filsafat ilmu) atau pagelaran(mis. mata kuliah tari). Bila ada kegiatan-kegiatan ibarat di atas, ada baiknya kita ikut dalam kepanitian acara tersebut. Biasanya dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan menawarkan nilai yang cukup baik kepada panitia yang sudah berjuang untuk mensukseskan acara tersebut.
5. Presensi
Semua akan berakhir sia-sia ketika presensi kita kurang dari 75%. Apabila presensi tidak memenuhi, nama kita tidak akan muncul sebagai penerima ujian simpulan semester. Bila keadaan sudah demikian kita harus rela mendapat nilai yang kurang memuaskan bahkan bisa jadi tidak mendapat nilai.
Ada pula dosen yang menghargai sekali presensi. Sampai-sampai apabila ada mahasiswa yang tidak berangkat kuliah dua kali saja, nilai maksimalnya bermetamorfosis AB. Ketika ditanya alasan mengapa tidak bisa mendapat nilai maksimal A yaitu alasannya yaitu ada presensi yang bolong dan mahasiswa tidak bisa mendapat nilai maksimal(Apakah anda setuju dengan kebijakan ibarat ini?).
Yaahh, lagi-lagi mahasiswa terjebak dalam kekuasaan dosen, namun hal itu tak menjadi duduk masalah ketika mahasiswa bisa menghadapinya. Caranya, berangkat kuliah yang rajin, tetap berangkat walaupun hanya membisu saja dan hindari tiba terlambat.
Tapi bagaimana bila kita tidak bisa berangkat? Carannya ada, dan sudah terbukti. Saya sudah menunjukan sebuah cara yang sanggup memaksimalkan presensi padahal tidak berangkat. Tetapi maaf, cara ini hanya untuk kalangan sendiri(maaf ya, hihihi)
6. Tugas
Seringkali ada dosen yang menawarkan kiprah yang banyak kepada mahasiswa. ada pula mahasiswa yang ogah-ogahan mengerjakan tugas. Setelah ogah-ogahan, biasanya kiprah terbengkelai dan tidak tuntas.
Berdasarkan pengalaman, jangan hingga kita meremehkan tugas. Tugas menjadi salah satu materi pertimbangan untuk menawarkan nilai kepada mahasiswa. Jangan hingga kita tidak mengumpulkan tugas. Kalau tidak bisa mengerjakan kiprah dengan baik, gunakan prinsip “asal numpuk”.
Satu lagi, kalau bisa, kerjakan kiprah sesuai dengan impian dosen dan kumpulkan sempurna waktu.
Semua akan berakhir sia-sia ketika presensi kita kurang dari 75%. Apabila presensi tidak memenuhi, nama kita tidak akan muncul sebagai penerima ujian simpulan semester. Bila keadaan sudah demikian kita harus rela mendapat nilai yang kurang memuaskan bahkan bisa jadi tidak mendapat nilai.
Ada pula dosen yang menghargai sekali presensi. Sampai-sampai apabila ada mahasiswa yang tidak berangkat kuliah dua kali saja, nilai maksimalnya bermetamorfosis AB. Ketika ditanya alasan mengapa tidak bisa mendapat nilai maksimal A yaitu alasannya yaitu ada presensi yang bolong dan mahasiswa tidak bisa mendapat nilai maksimal(Apakah anda setuju dengan kebijakan ibarat ini?).
Yaahh, lagi-lagi mahasiswa terjebak dalam kekuasaan dosen, namun hal itu tak menjadi duduk masalah ketika mahasiswa bisa menghadapinya. Caranya, berangkat kuliah yang rajin, tetap berangkat walaupun hanya membisu saja dan hindari tiba terlambat.
Tapi bagaimana bila kita tidak bisa berangkat? Carannya ada, dan sudah terbukti. Saya sudah menunjukan sebuah cara yang sanggup memaksimalkan presensi padahal tidak berangkat. Tetapi maaf, cara ini hanya untuk kalangan sendiri(maaf ya, hihihi)
6. Tugas
Seringkali ada dosen yang menawarkan kiprah yang banyak kepada mahasiswa. ada pula mahasiswa yang ogah-ogahan mengerjakan tugas. Setelah ogah-ogahan, biasanya kiprah terbengkelai dan tidak tuntas.
Berdasarkan pengalaman, jangan hingga kita meremehkan tugas. Tugas menjadi salah satu materi pertimbangan untuk menawarkan nilai kepada mahasiswa. Jangan hingga kita tidak mengumpulkan tugas. Kalau tidak bisa mengerjakan kiprah dengan baik, gunakan prinsip “asal numpuk”.
Satu lagi, kalau bisa, kerjakan kiprah sesuai dengan impian dosen dan kumpulkan sempurna waktu.
7. Ujian
Dalam perkuliahan biasanya dilaksanakan dua kali ujian, yaitu ujian tengah semester dan simpulan semester. Dalam penilaiannya ujian simpulan semester lebih tinggi daripada ujian tengah semester. Sehingga, jangan mengesampingkan ujian simpulan semester. Dalam mengerjakan ujian simpulan semester, diusahakan untuk dikerjakan secara sungguh-sungguh.
Akan tetapi yang terpenting yaitu tidak melaksanakan tindakan curang ketika mengerjakan Ujian. Karena perbuatan curang dibenci oleh Allah SWT. Ketika kita melaksanakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, dukungan dari Allah SWT akan menjauh.
Akan tetapi yang terpenting yaitu tidak melaksanakan tindakan curang ketika mengerjakan Ujian. Karena perbuatan curang dibenci oleh Allah SWT. Ketika kita melaksanakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, dukungan dari Allah SWT akan menjauh.
Ketika melihat orang lain berbuat curang, yakinlah bahwa Allah SWT Maha Adil dan niscaya akan menawarkan perbedaan pada mahasiswa yang mencontek dan tidak. Perbedaan itu bisa dalam bentuk nilai dan hal-hal yang tidak kita duga sebelumnya. Karena dukungan Allah SWT niscaya tiba di ketika yang kita butuhkan.
Beberapa aspek yang dibahas di atas yaitu usaha/ ikthiar yang bisa kita lakukan. Selebihnya sebagai insan biasa hanya sanggup memohon kepada Allah SWT biar diberi fasilitas dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi tinggi dan berharap mendapat nilai yang terbaik. Setelah berikhtiar, faktor pamungkas yang harus dilakukan setiap mahasiswa yang sudah berikhtiar yaitu bertawakal kepada Allah SWT. Sehingga jangan lupa berdoa kepada Allah SWT!
Pembahasan di atas merupakan penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh penulis sesudah kuliah selama dua semester di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang sehingga pembahasan di atas masih terkesan khusus dan memilii kekurangan disana-sini. Oleh karenanya penulis membuka selebar-lebarnya pintu kritik dan saran biar goresan pena ini menjadi lebih baik. :)