Banyak di antara kita yang puas sesudah lulus dari kursi kuliah. Kita sering merasa cukup dengan ilmu yang diperoleh. Padahal ilmu yang diperoleh dari kursi kuliah tersebut belum cukup untuk mengarungi kerasnya hidup. Sehingga banyak alumni perguruan tinggi tinggi yang tidak siap lalu “berevolusi” menjadi pengangguran.
Pengangguran sarjana atau lulusan universitas pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang (Badan Pusat Statistik). Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar (dalam okezone.com) menyampaikan sarjana lulusan perguruan tinggi tinggi, tak sanggup lagi hanya mengandalkan ijazah dalam mencari pekerjaan. Sarjana dituntut mempunyai kompetensi dan keterampilan kerja yang baik, sehingga sanggup terserap pasar dengan cepat.
Berdasarkan pendapat di atas pengangguran yang berasal dari lulusan universitas disebabkan lantaran fokus pengembangan diri hanya berkaitan dengan kerja. Hal ini terlihat dari perilaku pencari kerja yang hanya mengandalkan ijazah. Padahal masih banyak bidang-bidang keilmuan yang harus dipelajari.
Budiyanto (2012) mengungkapkan bahwa paling tidak ada tiga bidang keilmuan yang harus dikuasai, yaitu:
- Ilmu yang terkait dasar-dasar pembentukan aksara dan potensi diri kita. ilmu-ilmu yang termasuk dalam kategori ini sanggup bersumber dari agama atau ilmu-ilmu pengembangan diri.
- Ilmu yang terkait dengan penguatan korelasi sosial kita. Yang termasuk dalam kategori ini ialah ilmu-ilmu humaniora. Kita perlu mempelajari psikologi, politik, ilmu komunikasi, parenting, dan sebagainya.
- Ilmu yang bekerjasama dengan pengembangan profesi kita. ilmu-ilmu ini bekerjasama dengan profesi yang akan digeluti. Jika kita ingin menjadi seorang guru, maka kita harus menguasai bidang pendidikan dan bidang spesialisasi yang terkait. Biasanya ilmu-ilmu yang kita pelajari di ruang kuliah merupakan bidang spesialisasi yang akan digeluti.
Dengan hanya mengandalkan ilmu yang berasal dari perguruan tinggi tinggi, tentulah sangat kurang. Sebaiknya kita mulai memetakan ilmu-ilmu apa saja yang harus kita pelajari. Agar kita sanggup dengan cepat dan sigap dalam menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis. Selain itu, kita sanggup memenuhi kebutuhan stakeholder yang berupa kebutuhan profesional (profesional needs), kebutuhan masyarakat (social needs), kebutuhan kerja (industrial needs) dan kebutuhan generasi masa depan (scientific vision).
Oleh lantaran itu, dengan dikuasainya banyak sekali macam ilmu, maka kita siap menghadapi tantangan zaman, memenuhi kebutuhan zaman dan tidak menjadi kepingan korban zaman dengan menjadi pengangguran.
Bacaan:
Budiyanto, Dwi. Prophetic Learning Menjadi Cerdas dengan Jalan Kenabian. Yogyakarta: Pro-U Media.
http://news.okezone.com/read/2013/05/29/337/814724/360-ribu-sarjana-jadi-pengangguran yang diakses pada 26 Mei 2014 jam 20.36 WIB