“Garuda maju di HIMA
Bukan karna ingin kuasa
Tapi karena
Hanya ingin tuk mengabdi”
Sebuah nyanyian yang digubah dari lagu netral yang berjudul Garuda di Dadaku.
Sebuah lagu yang pertama kali dinyanyikan ketika kampanye dialogis yang menjadi salah satu program rangkaian acara pemilihan mahasiswa raya PGSD 2010 untuk menentukan pimpinan tertinggi hima 2011.
Sebuah lagu yang menjadi jargon kampanye salah satu pasangan calon ketua dan wakil ketua HIMA PGSD 2011. Ya itulah jargon pasangan garuda, galih karo huda.
Sebuah lagu yang yang diciptakan dengan makna yang begitu dalam alasannya yakni mengandung niatan dan tujuan kami. Ya, “kita maju di Hima untuk mengabdi dan melayani, Da!” itulah rangkaian kata yang ditawarkan dan menciptakan saya setuju maju mendampingi mas galih suci pratama.
Mungkin pencalonan ku menjadi sebuah tanda Tanya besar, diragukan sehingga banyak yang meremehkanku. Akupun mencicipi hal itu alasannya yakni saya hidup di lingkungan PGSD gres 5bulan dan terasa “kewanen”. Akan tetapi alasannya yakni kepercayaan mas alih dan dukungan teman-teman, saya tetap emberanikan diri untuk tetap berdiri untuk mendampingi mas galih. Aku berdiri alasannya yakni sesuatu yang penting, ada yang lebih penting dari hanya sekedar mewakili individu atau kelompok tertentu. Aku berdiri disini alasannya yakni sesuatu yang paling penting, yaitu untuk mencari ridha Allah SWT. Sehingga, saya berdiri disana dan melaksanakan semua ini harus dilakukan atas dasar keikhlasan.
Dua sesudah lagu itu dikumandangkan untuk pertama kalinya di bumi PGSD, maka PGSD menentukan dan kamipun menjadi pasangan terpilih dengan selisih bunyi yang cukup besar. Sejak ketika itu, akad dan totalitas kami untuk mengabdi diuji. Aku pun memohon kepada Allah SWT semoga tetap diberi petunjuk dan kekuatan untuk menjalankan amanah ini, sehingga akad dan totalitas kami sejalan dengan jalan Allah yang luas dan lurus. Dan pada kesudahannya saya berharap kami sanggup melanyani teman-teman PGSD dengan baik.
Hidup ini berubah
Selang beberapa waktu, alasannya yakni kegiatanku semakin banyak, bertahap hidupku berubah. Waktu tidurku berkurang, waktu bahu-membahu dengan sahabat seangkatanku semakin sedikit, referensi makanku tak teratur, pengeluaran bertambah sehingga untuk mengatasi hal tersebutaku mengurangi uang jatah makanku. Dan pada kesudahannya saya lebih akrab dengan cacing-cacing alasannya yakni perut ini jarang diisi.
Aku pun sadar. Memang dalam meutuskan dan melaksanakan sesuatu ada akhir yang harus ditanggung. Akupun mencoba menanggung akhir itu. Aku mencoba untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Aku pun menciptakan jadwal untuk memanage waktu semoga kehidupanku kembali seimbang.
Akan tetapi penjadwalan itu tak bisa berbicara banyak, jadwal banyak berubah alasannya yakni harus menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang harus diikuti, dihadiri dan dilaksanakan. Akupun sadar bahwa jadwalku kini dijadwal oleh orang banyak, inilah jadwal social! Inilah kerja social!
Kehidupan yang berubah alasannya yakni kerja social, mengakibatkan banyak pengorbanan. Berkorban waktu, kulian, kawasan tinggal, pikiran, harta dan teman. Semua itupun bisa saya terima alasannya yakni saya sadar bahwa inilah sebuah konsekuensi logis bila saya benar-benar ingi mengabdi!
Korban Tempat Tinggal dan sahabat seperjuangan!
Mengorbankan kawasan tinggal dengan meninggalkan kosku yang usang dan tinggal di PKM. Dari sana saya meninggalkan sebuah keluarga tentara yang kecil namun terlihat senang dan meninggalkan teman-teman seperjuangan, sahabat kos yang bisa menenangkan hatiku ketika galau, menyenangkan hatiku ketika saya merasa suntuk, dan bisa menghiburku ketika saya sedih. Tapi sekali lagi,, saya tidak meninggalkan kalian alasannya yakni menyerupai anggapan kebanyakan orang bahwa seseorang akan lupa dengan sahabat usang sesudah ia mendapat sahabat baru. Akan tetapi saya masih mengingat kalian, mengingat saat-saat bersama kalian, menghabiskan waktu untuk bercanda dan tertawa bersama(nice experience with you, my brothers!).
Sadarlah teman-teman, inilah tuntutan seseorang bila ingin amanah yang diembannya sanggup diselesaikan dengan baik. Ia harus mencurahkan semuanya, berfikir sungguh-sungguh dan melaksanakan sesuatu dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Sekali lagi, saya tidak mau melupakan kalian, apalagi meninggalkan kalian. Kita masih bisa menghabiskan waktu bersama, tapi dengan perencanaan yang matang dan diagendakan jauh-jauh hari. Ayo, ke pantai lagi, ayo kita lakukan kegilaan-kegilaan itu lagi!!!
Korban barang berharga
Dalam menjalankan kiprah guna menuntaskan amanah ini, tak jarang saya harus mengorbankan diri untuk tidak makan, semoga uang saku bisa digunakan untukmenjalankan, memenuhi seruan dan menjadi delegasi perwakilan di luar jurusan. Bukan hanya hal itu, mengorbankan barang berharga bukanlah hal yang absurd lagi bagiku. Menjual barang hingga barang dicuri pernah saya alami dalam menjalankan kiprah dari teman-tean PGSD ini.
Sebenarnya tak problem apabila barang itu hilang. Akan tetapi ada kekecewaan tersendiri apabila barang tersebut hilang dicuri. Pencurinya pun seseorang yang ada di sekitar kita, entah siapa, entah ia mengakui saya sebagai temannya apa bukan. Yang saya tahu, seorang sahabat tak akan mengambil barang milik temannya tanpa ijin, alian MENCURI! Barang yang dicuri pun beragam, satu hape, uang saku dari orang tua, kehilangan STNK motor pinjaman hingga charger netbook dan hapeku hilang tak berbekas!
Apakah Pencuri mengaku beriman dan butuh teman?
Barang berharga yang menjadi hartaku untuk hidup di rantau orang pun kesudahannya hilang dicuri orang. Satu hape sudah saya ikhlaskan pada bulan Maret lalu, ketika saya masih awal-awal tinggal di PKM. Sempat tidak terima dengan bencana ini, saya coba sadarkan diri dengan meikhlaskan diri dan membeli hape dengan tipe yang sama(jika malingnya baca: harga hapenya 180rb. Murah to, ling? :P). Memang semenjak awal kehilangan hape ini saya tidak menawarkan rasa sedihku, frustrasiku bahkan depresiku. Karena saya tahu, apabila saya mengalami hal-hal menyerupai itu, sang pencuri niscaya akan puas dan senang atas apa yang diperbuatnya terhadapku.
Pengorbanan harta berharga pun berlanjut, tepatnya pada tanggal 15Juli 2011 saya menjadi korban pencurian lagi. Kali ini, uang saku Rp 250rb, STNK motor pinjaman dan charge laptop dan charger Hape yang dicuri. Padahal sekitar 2,5minggu yang kemudian saya gres saja kehilangan sepeda motor ketika digunakan oleh kedua orang tuaku sholat shubuh di masjid.
Kejadian ini berawal pada hari Kamis, 14 Juli 2011 Malam sesudah saya berdiskusi dengan beberapa rekan terkait dengan pelaksanaan acara orientasi mahasiswa gres PGSD. Diskusi tersebut berakhir sekitar jam sebelas malam, kemudian saya keluar ke ujayNet untuk ngeprint kiprah seni drama dan tari. Setelah itu mengantar kiprah tersebut ke kos seorang sahabat yang baik hati, Ahmad Bukhori, Nuki, Wisnu dan Fadly. Sekitar pukul 12 malam saya pulang dari kos mereka.
Sesampainya di PKM saya tidak pribadi tidur akan tetapi menaruh tas yang berisikan dompet dan menmpatkan laptop dan hape diatas meja kerja HIMA kemudian mengerjakan Standar Operasional Proseduran Orentasi Mahasiswa Baru PGSD. Sampai pukul 2 dini hari, saya merasa kantuk dan lelah alasannya yakni seharian menjalani aktifitas yang sangat padat, saya tetapkan untuk tidur. Aku lepas charger hape dan laptop, saya bawa hape dan netbookku ke dalam lemari, tanpa membawa charger dan tas yang berisi dompet tadi. Aku pun tertidur di balik almari dan membelakangi meja kerja hima. Tidur dibalik almari yang menjadi pebatas ruang menciptakan diriku tidak sanggup melihat meja kerja HIMA.
Keesokan harinya, Karena tidur terlalu larut, saya bangkit sedikit siang. Setelah bangkit saya pun segera membersihkan diri dan sholat shubuh. Tak lama, ketika jam menawarkan pukul setengah delapan pagi saya merasa lapar. Lalu saya putuskan untuk pergi makan. Aku ambil dompetku akan tetapi saya dapati dompetku yang berisi uang saku tinggal seribu rupiah. Aku pun pribadi berteriak dan menginformasikannnya pada penghuni PKM yang lain. Ternyata mas Budiyanto juga kehilangan sejumlah uang. Gila! Ada pencuri!
Siang hari jumat tanggal 15Juli, sesudah bencana encurian itu dan sesudah mengerjakan UAS dengan penuh emosi dan kurang konsentrasi, saya putuskan untuk berangkat sholat jumat lebih awal, saya menggunakan sandal dan memakainya menuju ke masjid di Beringin Asri. Disana Alhamdulillah sesudah mendengarkan khotbah dan sholat jumat saya mendapat ketenangan hati. Akan tetapi ketenangan hati itu tidak berlangsung usang alasannya yakni saya ketahui bahwa sandal Rei kesayanganku tidak ada di teras masjid. Hilang lagi, mencoba untuk tulus dan sabar..
Sore hari saya putuskan diisi dengan acara merefresh pikiran. Aku putuskan untuk jalan-jalan ke luar. Akan tetapi sesudah saya lihat di dompet dan mencarinya di sekitar PKM, saya tidak menemukan STNK motor pinjaman dari bulikku ini. Dari sore hingga malam, saya terus berusaha mencarinya. Sampai pada kesudahannya saya terjatuh dan tiba-tiba sudah pagi.
Pagi hari sabtu tanggal 16 Juli saya telepon orang tuaku dan Alhamdulillah mereka tidak mempermasalahkanya walaupun pada awalnya sedikit tidak bisa terima alasannya yakni itu hanyalah motor pinjaman yang seyogyanya dijaga dan dirawat dengan baik. Akhirnya suasana di hatiku sedikit terkendali lagi.
Akan tetapi jelang siang saya ketahui ternyata charger hae dan charger netbookku tidak ada, wah hlang lagi nih, batinku dalam hati. Sedikit emosi tapi sanggup dikendalikan alasannya yakni ada tunjangan dari Allah SWT. Alhamdulillah, ikhlaskan saja, insyaAllah sanggup ganti yang lebih baik.
Setelah kehilangan banyak hal saya pun sadar bahwa semua akan kembali pada-Nya melalui apa saja. Entah kembali dengan jalan yang masuk akal maupun dengan pencurian. Aku sadar juga bahwa semua ini hanya titipan dari Allah yang cepat atau lambat akan kembali juga kepada pemiliknya sesungguhnya, yaitu kembali kepada Allah SWT.
Pesan Untuk Pencuri
Pada akhirnya, saya analisis pencurian yang terjadi di PKM, yang menjadikan saya kehilanagn hape, uang, stnk dan charger serta menjadikan mas kebijaksanaan kehilangan sejumlah uang pelakunya yakni sama. Pencuri tersebut melaksanakan gerakan yang sama yaitu di pagi hari.
Sadarlah wahai pencuri, saya yakin engkau meyakini akan adanya Tuhan, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maka sadarlah, setiap tindakan niscaya akan mendapat balasannya. Perbuatan jelek akan mendapat siksa, baca Albaqarah ayat 268!!!
Sekali lagi kepada pencuri, sadarlah. Aku tetap berharap engkau mendapat petunjuk dari Allah SWT dan mengmbalikan apa yang engkau curi kepada yang berhak. Kalau tidak, silahkan duduk manis dan tunggu PEMBALASAN dari Tuhanku, Tuhan orang-orang Beriman!
Kemudian Aku….
inilah yang saya alami selama hampir setengah tahun terakhir, memang banyak kerugian dan pengorbanan, akan tetapi Bila Allah SWT mengijinkan, saya akan tetap disini, hingga amanah ini terselesaikan, hingga semua tanggung jawab tertuntaskan, dan hingga teman-teman mahasiswa terlayani, terfasilitasi dengan baik. Semoga saya menjadi sosok yang mempunyai kegunaan bagi kalian, orang banyak dan Agamaku. Inilah komitmenku. Semoga Allah selalu memberi kekuatan dan menawarkan jalanNya kepadaku.
Jangan dikira saya duduk manis dan enak-enakkan disini. Disini saya berfikir, merenung dan bertindak semoga PGSD menjadi jurusan yang diperhitungkan. Mari kita bahu-membahu melangkah maju semoga PGSD benar-benar JAYA!
Dan pada kesudahannya saya sadar, inilah konsekuensi yang harus saya alami dan saya jalani sesudah menyanyikan lagu gubahan itu ketika Pemira PGSD. Allah sedang menguji akad dan kesabaranku. InsyaAllah saya akan berusaha untuk memenuhi akad ini dengan kesungguhan dan ketotalitasan. Inilah ceritaku, komitmenku, dan ketotalitasanku ketika ini. Semoga semakin baik!
Mahasiswa angkatan 2010
PGSD FIP UNNES Sumber http://rahmahuda.blogspot.com
Home
Opini
√ Refleksi Setengah Perjalanan: Nyanyian Sebagai Ujian Ketotalitasan
Demi Pembuktian Sebuah Komitmen!
Saturday, July 13, 2019
√ Refleksi Setengah Perjalanan: Nyanyian Sebagai Ujian Ketotalitasan Demi Pembuktian Sebuah Komitmen!
✔
aku nyerah kyone
Diterbitkan July 13, 2019