Suatu ketika ada sekelompok mahasiswa yang mendapat tugas. Tugas tersebut mengharuskan mereka untuk saling bekerja sama, memutuskan sesuatu bahu-membahu dan bertindak bersama-sama. akhrnya untuk menuntaskan kiprah tersebut mereka berkumpul.
Ketika ditanyai bagaimana kelanjutan dan penyelesaian kiprah ini? mereka saling melempar tanya. Dan kebanyakan dari mereka menjawab "manut" atau ngikut saja. Terjadilah kebuntuan diantara mereka. Sehingga pertemuan kelompok itu tidak menghasilkan apa-apa, tidak memutuskan apapun. Dan pada akhirnya, kiprah kelompok itu pun terbengkelai.
Sebenarnya inti dari pemasalahan sekelompok mahasiswa di atas ialah tidak adanya sosok pemimpin. Apabila sosok pemimpin tersebut ditemukan, permasalah saling "manut" sanggup terselesaikan. Diperlukan sosok pemimpin yang bisa memotivasi, cerdas dalam memutuskan sebuah pilihan dan mengatasi permasalahan, serta bisa menggerakkan orang-orang disekitarnya biar sanggup menuntaskan kiprah tersebut dengan baik.
Pemimpin itu bagaikan ombak yang sanggup menggerakkan pasir. Pasir hanya akan diam, tidak bergerak apabila tidak ada yang menggerakannya. Saat ombak menyapu, pasir tersebut akan bergerak sesuai dengan arah kemana ombak tersebut bergerak.
Begitu pula dengan pemimpin. Pemimpin akan bisa menggerakkan yang dipimpinnya bagaikan ombak yang mengerakkan pasir. Pemimpin sanggup menggerakkan yang dipimpin kemanapun sesuai dengan keinginannya, menyerupai pasir yang bergerak sesuai dengan arah ombak itu mengalir. Ya, pemimpin itu bagaikan ombak...
Tapi, menjadi pemimpin tak boleh takabur. Karena ombakpun bergerak alasannya adanya gravitasi. Gravitasi ini jika dianalogikan sanggup diartikan sebagai Allah SWT yang menggerakkan semua yang ada, termasuk pemimpin itu. Pemimpin bergerak alasannya ada kekuatan dan imbas dari Allah SWT...
Sebuah ilham dari
ketika melihat ombak di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. 23 Juli 2011... Sumber http://rahmahuda.blogspot.com
Saturday, July 13, 2019
√ Pemimpin: Bagaikan Ombak...
✔
aku nyerah kyone
Diterbitkan July 13, 2019