![]() |
Peringatan Hari Dokter Nasional, 2017 |
Keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari sisi ekonominya saja, tetapi juga dari sisi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat. Inilah mengapa salah satu indikator output pembangunan nasional meliputi indeks kesehatan di dalamnya sebagai indikatornya. Indeks kesehatan inilah yang kemudian menyumbang besarnya capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 2016 lalu, IPM sudah menyentuh angka 70,18 meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 69,55. Salah satu penyumbang kenaikan IPM tersebut yaitu naiknya Indeks kesehatan dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH) masyarakat.
Kesehatan masyarakat menjadi amunisi utama berputarnya roda perekonomian nasional. Bila masyarakatnya sehat, pastinya segala aspek kehidupan berjalan dengan lancar, keinginan mereka untuk hidup juga tinggi. Itu tercermin dalam Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai salah satu indikator komponen angka IPM. Sebaliknya, kalau masyarakat tak sehat, maka segalanya akan terganggu dan merugikan bagi negara. Untuk menunjang kesehatan masyarakat inilah, pemerintah sangat berperan, khususnya dalam menyediakan tenaga kesehatan atau dokter.
Sebagai penunjang dan penolong kesehatan masyarakat, tugas dokter di Indonesia semakin meningkat. Dokter sangat dibutuhkan mengingat jumlah penduduk di Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya. Rasio dokter pun juga setidaknya telah mencapai keinginan pemerintah, yaitu 2,2 per 100.000 penduduk. Beruntungnya memang ketika ini, rasio dokter di Indonesia sudah mencapai keinginan tersebut, bahkan sedikit melampaui, yakni sebesar 2,6 per 100.000 penduduk.
Kendati demikian, permasalahan yang sampai sekarang masih menyelimuti dunia kesehatan Indonesia yaitu persebaran dokter yang kurang merata. Meski menteri kesehatan beberapa waktu kemudian sudah mengimplementasikan kebijakan terkait penempatan dokter nasional, namun beberapa tempat pelayanan kesehatan masih mengeluhkan kondisi kekurangan dokter. Ada pandangan bahwa selama ini, kebanyakan dokter apalagi yang swasta masih enggan untuk ditempatkan di kawasan terdepan, terluar dan terpencil. Dokter sebagai profesional penyelamat nyawa dan kesehatan nampak "takut" kalau mendirikan praktik di kawasan terpencil. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam suasana peringatan Hari Dokter Nasional setiap 24 Oktober setiap tahunnya. Beberapa pemberitaan media terkait kurangnya dokter di beberapa wilayah haruslah menjadi perhatian pemerintah sebagai eksekutor kebijakan di bidang kesehatan nasional. Beberapa pemberitaan miris kurangnya dokter misalnya:
Rumah Sakit dan Puskesmas di Merauke Kekurangan Dokter
Rumah Sakit dan Puskesmas di Lumajang Kekurangan Dokter
RSUD Sultra Kekurangan Dokter
RSUD Praya Lombok Tengah Kekurangan Dokter Spesialis
RS Perbatasan Kekurangan Dokter Spesialis
Berdasarkan beberapa isu media tersebut, tampaklah terperinci bahwa meski rasio dokter terhadap jumlah penduduk di Indonesia telah cukup. Namun, persebarannya tidak merata di semua wilayah. Akibatnya pun tak tanggung-tanggung, tak sedikit kabar mengenai pasien meninggal akhir tak tertolong oleh dokter berseliweran setiap waktunya. Banyak juga kasus pasien meninggal dalam perjalanan akhir kontribusi dokter begitu lamban. Dokter di Indonesia ini tolong-menolong sudah banyak, tetapi alasannya akomodasi yang diberikan oleh pemerintah di kawasan terpencil, terluar dan pedalaman sangat kurang mengakibatkan mereka enggan ditempatkan di sana.
Melalui momentum Hari Dokter Nasional inilah diharapkan dokter tak lagi berorientasi pada laba semata, sebaliknya, dokter seyogyanya berorientasi pada upaya mendukung kesehatan nasional sepenuhnya. Dokter tidak takut atau enggan ditempatkan di kawasan mana pun. Pun pemerintah juga semestinya mendukung persebaran dokter dengan langkah membangun kelengkapan infrastruktur dan instrumen kesehatan bagi masyarakat sehingga dokter sanggup bekerja secara profesional dengan akomodasi yang berkualitas.(*)
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/