Penelitian selalu dihadapkan pada pilihan antara efisiensi biaya dan optimalnya ukuran sampel. Bila sampel terlalu besar ukurannya, memang semakin menciptakan hasil inferensi penelitian baik. Tapi, kalau dilihat dari segi biayanya, sampel besar tentunya butuh biaya relatif banyak.
Sebaliknya, bila ingin menekan biaya seefisien mungkin, seringkali ukuran sampel yang diharapkan malah tidak "lulus" segi kecukupan atau sufficient. Inilah mengapa para andal menyebarkan bermacam-macam formula untuk mencari ukuran sampel yang tidak hanya ekonomis biaya, tapi ukuran sampelnya juga cukup. Cukup dalam artian dengan sebanyak sampel tertentu, statistik yang dihasilkan sudah bisa dipercaya bisa mendekati nilai parameter yang sebetulnya (true value).
Dalam sebuah penelitian dengan obyek tertentu, sejumlah sampel tentu diperlukan. Alasan mengapa mengambil sampel juga balik lagi pada seberapa besar biaya penelitian, waktu dan SDM yang dibutuhkan. Namun, dalam praktiknya, kita juga perlu mempersiapkan yang namanya sampel cadangan. Sampel cadangan merupakan sejumlah sampel yang sanggup dipakai apabila terdapat sampel utama yang nonrespon. Sampel cadangan merupakan sampel pengganti sehingga kecukupan sampel tetap terpenuhi. Sebab, bila sampel tidak cukup, maka analisis inferensi tidak layak dilakukan. Lantas, bagaimana memilih sampel cadangan?
Ukuran sampel cadangan bisa saja kita tentukan secara purposive, tapi bisa juga kita hitung dengan kalkulasi matematis. Sebagai pola sederhana, misalkan kita memakai teknik pengambilan sampel sistematik random sampling dalam penelitian kita. Dalam penerapannya, sistematik memakai sebuah nilai interval tertentu dengan rumus:
I = N / n
I ialah interval sistematik
N ialah jumlah populasi finite atau terbatas
n ialah ukuran sampel yang hendak digunakan
Untuk memilih sampel cadangan dengan memakai rumus tersebut, kita cukup menambahkan sejumlah sampel perhiasan sebagai cadangan, misalkan nc (sampel cadangan) sebagai pembagi dari jumlah populasi (N) sedemikian sehingga:
I' = N / (n + nc)
Barulah kemudian kita tentukan sampel yang terpilih dengan memakai interval tersebut. Berapa besarnya sampel cadangan yang diperlukan? Tentunya harus kita pertimbangkan biaya, waktu dan tenaga. Misalkan 1 persen dari ukuran sampel utama (n). Bila sampel utama sebanyak n, sampel cadangan bisa jadi sebanyak n, atau nc = n. Hal ini dikarenakan kemungkinan nonrespon sampel relatif besar, misalkan bila unit observasinya ialah perusahaan. Selain itu, perkara nc = n sanggup dipakai apabila n ialah sampel kecil atau untuk perkara yang jarang.
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/
Sebaliknya, bila ingin menekan biaya seefisien mungkin, seringkali ukuran sampel yang diharapkan malah tidak "lulus" segi kecukupan atau sufficient. Inilah mengapa para andal menyebarkan bermacam-macam formula untuk mencari ukuran sampel yang tidak hanya ekonomis biaya, tapi ukuran sampelnya juga cukup. Cukup dalam artian dengan sebanyak sampel tertentu, statistik yang dihasilkan sudah bisa dipercaya bisa mendekati nilai parameter yang sebetulnya (true value).
Dalam sebuah penelitian dengan obyek tertentu, sejumlah sampel tentu diperlukan. Alasan mengapa mengambil sampel juga balik lagi pada seberapa besar biaya penelitian, waktu dan SDM yang dibutuhkan. Namun, dalam praktiknya, kita juga perlu mempersiapkan yang namanya sampel cadangan. Sampel cadangan merupakan sejumlah sampel yang sanggup dipakai apabila terdapat sampel utama yang nonrespon. Sampel cadangan merupakan sampel pengganti sehingga kecukupan sampel tetap terpenuhi. Sebab, bila sampel tidak cukup, maka analisis inferensi tidak layak dilakukan. Lantas, bagaimana memilih sampel cadangan?
Ukuran sampel cadangan bisa saja kita tentukan secara purposive, tapi bisa juga kita hitung dengan kalkulasi matematis. Sebagai pola sederhana, misalkan kita memakai teknik pengambilan sampel sistematik random sampling dalam penelitian kita. Dalam penerapannya, sistematik memakai sebuah nilai interval tertentu dengan rumus:
I = N / n
I ialah interval sistematik
N ialah jumlah populasi finite atau terbatas
n ialah ukuran sampel yang hendak digunakan
Untuk memilih sampel cadangan dengan memakai rumus tersebut, kita cukup menambahkan sejumlah sampel perhiasan sebagai cadangan, misalkan nc (sampel cadangan) sebagai pembagi dari jumlah populasi (N) sedemikian sehingga:
I' = N / (n + nc)
Barulah kemudian kita tentukan sampel yang terpilih dengan memakai interval tersebut. Berapa besarnya sampel cadangan yang diperlukan? Tentunya harus kita pertimbangkan biaya, waktu dan tenaga. Misalkan 1 persen dari ukuran sampel utama (n). Bila sampel utama sebanyak n, sampel cadangan bisa jadi sebanyak n, atau nc = n. Hal ini dikarenakan kemungkinan nonrespon sampel relatif besar, misalkan bila unit observasinya ialah perusahaan. Selain itu, perkara nc = n sanggup dipakai apabila n ialah sampel kecil atau untuk perkara yang jarang.
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/