Sunday, June 23, 2019

√ “Nemu” Menemu Baling Di P4tk Seni Dan Budaya (Bag. 2)



Ini ialah goresan pena belahan kedua yang saya tulis dengan metode menemu baling di depan istriku yang sedang menyaksikan sebuah film di sinema indonesia. Film tersebut berjudul "Kejarlah Daku Kau Kutangkap". Di sela ia menonton TV, saya minta istriku untuk mencoba mem-baling. Kuminta ia mencari sebuah isu di internet, kemudian dimasukkan ke aplikasi baling. WOW! Istriku kaget, ternyata teksnya bisa berbicara sendiri!

Memang benar, saya sehabis mengetahui Menemu Baling ini. Saya seperti kecanduan menulis. Saya tidak tahu, apakah menemu baling ini ialah candu. Namun parahnya lagi, saya ibarat orang "kenthir" alasannya berbicara sendiri di depan HP. Melalui Menemu Baling ini saya menemukan sebuah kepraktisan. Saya seolah menemukan jalan pintas. Karena selama ini obsesi intelektual saya sering "mandeg" alasannya kondisi badan yang tidak mau diajak kompromi untuk sekedar menggerakkan jari di atas tombol keyboard. Padahal kondisi pikiran masih fresh dan semangat sekali jikalau hanya sekedar diajak menulis.

Lanjutan sambutan
Saya ingin melanjutkan sambutan dari bapak Rahayu tadi pagi. Beliau mencoba menghubungkan generasi kita dengan generasi bawah umur kita. Teori generasi membagi gen insan menjadi generasi baby boomer, generasi Y, Generasi X, dan Generasi Z. Berikut merupakan gambar yang ditampilkan dalam sambutan ini.

 

Generasi ini mempunyai semangat yang berbeda, cara berguru yang berbeda, dan berguru hal yang berbeda. Oleh kesudahannya kita harus bisa mempersiapkan penerima didik semoga bisa hidup di zamannya. Sekali lagi, pendidikan ialah mempersiapkan masa depan.

Guru tidak bisa lagi memotivasi anak-anak generasi ini dengan cara-cara ibarat zaman ketika guru menjadi siswa dulu. Guru tidak bisa juga menyuruh anak gerasi Y ini berguru ibarat apa yang guru pelajari dulu. Guru juga tidak bisa memaksa mereka berguru dengan cara-cara ibarat guru dulu.

Sambutan dari Plt Kepala P4TK Seni dan Budaya
Beliau menceritakan bahwa anak generasi emas hanya bisa dilahirkan dari orangtua emas. Anak emas itu pun diciptakan melalui proses modeling. Jadi plt kepala P4TK Seni dan Budaya bercerita bahwa ketika kecil dulu, ia mengajarkan bahwa hadiah terbaik ialah tulisan.

Tulisan merupakan hadiah terbaik alasannya tidak ada duanya di dunia ini. Perkara goresan pena itu baik atau buruk, yang penting kita selalu mau berproses. Sehingga modal utama dari menulis adalah keberanian. Selanjutnya ialah bahan utama dari Mampuono kandidat doktor bidang bahasa Inggris dari Universitas Negeri Semarang. Dia menceritakan bahwa ia bisa berprestasi alasannya kebetulan dikala itu terjadi pertemuan antara kesempatan dan kesiapan.
 

 

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com