Penulis bersama Mampuono, penemu metode Menemu Baling |
Kegiatan pembukaan yang dilaksanakan di auditorium P4TK Seni Budaya telah usai. Kegiatan tersebut membuka tiga aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas diklat literasi, diklat keahlian ganda, dan diklat internal pengenalan e-office. Setelah aktivitas setiap penerima diklat diarahkan ke ruangannya masing-masing.
Peserta diklat literasi menerima daerah di ruang gathotkaca. Tampat dari luar, arsitektur bangunannya unik dan terkesan bangunan lama. Namun dikala masuk, interiornya terkesan modern, rapi, dan baru. Ruangan yang sangat representatif untuk aktivitas pembelajaran.
Materi diklat literasi diawali oleh Elyas, guru Sekolah Menengah kejuruan Negeri 4 Yogyakarta. Dia mengajar di sekolah yang perbandingan siswanya lebih banyak perempuan. Elyas tampil menjadi orang yang sangat kocak. Dia memperlihatkan banyak sekali macam pengetahuan gres kepada peserta diklat literasi yang semuanya yakni guru.
Saya mengamati kebanyakan dari penerima diklat terkagum-kagum dengan apa yang diperlihatkan oleh bapak Elyas. Peserta diklat literasi yang kebanyakan guru yang berasal dari model pendidikan lama, kini telah terbuka secara mental dan pemikiran. Salah satu pemikiran baru adalah penggunakan teknologi dalam aktivitas mencar ilmu mengajar.
Bapak Elyas menunjukkan keahliannya dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Beliau memamerkan kepada kami beberapa instrumen baru. Kami pada pertemuan pertama ini melihat tampilan tablet milik pak Elyas muncul di layar LCD. Kami bertanya tanya kenapa sanggup menyerupai itu. Bahkan terlihat tidak ada sambungan kabel antara tablet dengan LCD. Sehingga Pak Elyas dapat bergerak bebas ke sana kemari. Aneh sekali. Ternyata hal ini sanggup terjadi alasannya yakni adanya alat suplemen berupa anycast.
Selanjutnya Pak Elyas menyampaikan lagi semoga kita menggunakan teknologi sebagai instrumen untuk membantu proses pembelajaran. Kali ini Pak Elyas meminta kepada seluruh penerima diklat semoga tidak lagi menggunakan papan tulis. Papan tulis yang berbau alasannya yakni spidol atau berdebu alasannya yakni kapur itu harus ditinggalkan. Keberadaannya digantikan dengan tablet dan LCD.
Pak Elyas menuliskan goresan pena menggunakan pen yang ada di tablet. Dan hasil coretannya eksklusif tampil di layar LCD. Ia pun mengatakan, tak perlu repot-repot meminta siswa untuk menghapus, cukup satu sentuhan, semua yang ada di layar sanggup dihapus. Selanjutnya, dia memamerkan kepada kami jikalau tablet atau HP android sanggup berbicara sendiri.
Beliau menentukan teks yang ada di browser. Teks hasil googling itu ditandai. Kemudian teks tersebut sanggup terdengar seolah ada pembawa gosip yang membacakan teks tersebut kepada kita. Semua tercengang. Kemudian ia memamerkan bahwa HP android sanggup menuliskan apa yang kita bicarakan. Ia praktekkan di depan, ia berbicara sekenanya. Dan luar biasa, ucapan berupa bunyi tadi sanggup tertulis dengan sempurna di dalam HP.
Keren sekali, banyak hal yang baru. Kemudian ia berkata bahwa kiprah hanyalah memprovokasi. Selanjutnya program diserahkan kepada Bapak Mampuono, Widyaiswara LPMP Jawa Tengah. Mampuono ini lah yang menemukan metode menemu baling. Menulis dengan mulut, membaca dengan telinga.