Thursday, May 11, 2017

√ Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ukuran Sampel

Peranan sampel dalam kegiatan statistik begitu penting √ Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ukuran Sampel
Faktor-faktor yang Memengaruhi Ukuran Sampel
Peranan sampel dalam kegiatan statistik begitu penting. Tanpa sampel, acara inferensi tak akan sanggup dilakukan. Dari sebesar populasi tertentu, sampel diambil untuk lalu diambil datanya. Di sinilah letak pentingnya kita memerhatikan sampel, lantaran jikalau terjadi kesalahan dalam pengambilan atau teknik yang digunakan, maka dampaknya merembet pada hasil inferensi yang tidak sesuai.

Selain itu, kesalahan juga bisa terjadi lantaran ukuran sampel yang kita gunakan tidak memenuhi aspek keterwakilan dan kecukupan. Akibatnya, seringkali estimasi yang dihasilkan meleset jauh dari harapan. Penentuan ukuran sampel memang belum terdapat kaidah atau formula bakunya, seberapa besar suatu sampel dikatakan cukup dan bisa mewakili populasi target.

Namun, kita sanggup mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang kemungkinan mensugesti ukuran sampel ini. Bila diuraikan, faktor-faktor yang punya imbas terhadap ukuran sampel yaitu:

Derajat keragaman dari populasi
Makin besar derajat keragaman, maka ukuran sampel yang diharapkan akan lebih besar. Sebaliknya, jikalau derajat keragaman kecil, maka ukuran sampel yang diharapkan juga kecil. Populasi yang lebih seragam (homogen) memungkinkan kita mendapat sampel dengan daya keterwakilan lebih efektif dan efisien. Sebaliknya, kita memerlukan ukuran sampel lebih besar untuk menjamin aspek keterwakilan jikalau populasinya tidak seragam (heterogen).

Presisi yang ditentukan peneliti
Presisi yang lebih tinggi mengharuskan kita memperbesar peluang bahwa statistik sesuai dengan parameter bekerjsama (true value). Mau tak mau, supaya presisinya tinggi, ukuran sampel yang kita butuhkan juga harus lebih besar. Semakin besar ukuran sampel memperlihatkan jaminan bahwa keinginan dari statistik sama dengan nilai parameternya.

Meski demikian, lantaran dalam praktiknya, tingkat presisi ini ditentukan peneliti, maka ukuran sampel juga tak luput dari kesalahan insan (human error). Dalam artian, sensitivitas peneliti dalam menentukan besarnya presisi amat berpengaruh.

Rancangan analisis
Ukuran sampel yang kita gunakan, sebesar tertentu, biasa kita yakini telah memenuhi aspek keterwakilan dan kecukupan terhadap populasi. Namun, kebutuhan analisis yang berbeda justru menciptakan ukuran sampel yang kita tentukan sebelumnya belum mewakili dan belum cukup.

Misalkan, jikalau awalnya kita menentukan unit analisis dari penelitian kita yakni penduduk berprofesi sebagai petani dengan sampel sebanyak 100 responden, maka ukuran sampel itu belum cukup dan belum mewakili jikalau unit analisisnya yakni penduduk berprofesi sebagai petani berdasarkan pendidikannya. Ukuran sampel yang diharapkan tentu lebih dari 100 responden, supaya mewakili masing-masing jenjang pendidikan petani.

Hal ini memperlihatkan bahwa rancangan analisis yang berbeda berdampak mengubah ukuran sampel yang diperlukan. Demikian pula halnya jikalau melaksanakan penambahan atau pengurangan strata atau grup di dalam rancangan pengambilan sampel.

Tenaga, biaya, dan waktu
Hal yang tak kalah penting dalam penentuan ukuran sampel yakni tenaga, biaya, dan waktu. Bila secara teknik sampling kita sudah baik, namun ukuran sampel tertentu tidak bisa diterapkan begitu saja dalam penelitian. Adakalanya tenaga pelaksana penelitian minim sehingga beban kerja lebih berat, hal ini menjadi alasan untuk mengurangi besarnya ukuran sampel.

Ukuran sampel tertentu juga dipengaruhi oleh biaya pelaksanaan, apabila jumlah sampelnya sebanyak 100, tapi memerlukan biaya yang mahal, mengurangi ukuran sampel yakni jalan keluarnya.

Pada posisi inilah, dalam menentukan ukuran sampel, kita harus menentukan antara mengoptimalkan biaya atau meminimalkan keragaman yang terjadi. Aspek ini oleh para andal statistika diracik sedemikian rupa sehingga menghasilkan formula ukuran sampel dengan biaya optimum dan ukuran sampel dengan varians minimum.

Sampel menjadi konsekuensi logis bahwa di dalam penelitian, kita mustahil mengambil semua elemen populasi untuk dicacah atau menjadi unit observasi. Terlebih lagi, waktu yang ditetapkan dalam praktiknya begitu singkat. Oleh karen itu, sampel itu ada lantaran adanya waktu yang terbatas. Tidak hanya waktu pencacahan lapangan untuk mendapat data dari unit observasinya saja, tetapi juga diharapkan waktu lagi untuk proses pengolahan data, analisis, hingga hingga pada diseminasi hasil penelitian.(*)

Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/