Sebagaimana ulasan sebelumnya, hipotesis merupakan pijakan awal diadakannya sebuah penelitian. Ada anggapan bahwa penelitian itu ada alasannya yaitu ketidakpercayaan terhadap hipotesis tertentu. Asumsi dasarnya, kita tak percaya bahwa biaya iklan tidak memberi dampak terhadap volume penjualan.
Apabila penelitian diadakan sebagai wujud impian untuk menolak hipotesis awal (Ho), apakah bila gagal menolak, lantas dikatakan penelitian yang kita lakukan gagal?.
Tidak. Penelitian kita tidak sempurna bila dikatakan gagal. Kegagalan dalam menolak hipotesis awal sejatinya menghasilkan suatu analisis baru, termasuk keberhasilkan penelitian dalam mendukung kekuatan hipotesis awal itu. Bila hipotesis awal menyatakan bahwa tidak ada relasi linier antara biaya iklan dan volume penjualan, maka error term sanggup dipakai sebagai variabel non-deterministik perihal fenomena yang terjadi. Ketidaknormalan dampak kedua variabel itu juga menunjukan seberapa besar potensi yang belum kita gunakan di dalam model ekonometris.
Anggapan bahwa penelitian "gagal" ketika gagal menolak hipotesis awal juga perlu dibawa pada konteks uji hipotesis. Bila uji hipotesisnya perihal uji asumsi, sudah seharusnya mendapatkan hipotesis awal (gagal menolak). Bila dibawa pada konteks uji dampak antara variabel biaya iklan dan volume penjualan, maka umumnya menolak hipotesis awalnya.
Saat dalam model, biaya iklan tidak signifikan memengaruhi volume penjualan (gagal menolak hipotesis awal), terdapat beberapa kemungkinan. Pertama, kurangnya jumlah sampel yang kita gunakan. Semakin kecil ukuran sampel, maka semakin kecil gosip variabel yang kita dapatkan, menciptakan kemungkinan semakin kecilnya sampel "menerangkan" karakteristik populasi yang sebenarnya. Tipologi populasi sasaran hendaknya diketahui, relatif homogen atau homogen. Ukuran sampel tentunya lebih besar bila populasi targetnya relatif heterogen.
Kedua, kurang mampunya variabel bebas menjelaskan proporsi keragaman variabel terikatnya. Meski secara teori biaya iklan memberi dampak positif terhadap volume penjualan, namun biaya iklan pada realitanya justru belum bisa menjelaskan aspek perikalanan itu sendiri. Untuk itu, kita memerlukan variabel lain sebagai variabel yang menjadi ukuran periklanan. Kita juga bisa menetapkan indikator tertentu yang menjadi ukuran iklan itu, contohnya frekuensi promosi kepada konsumen.
Kemungkinan ketiga yaitu perbedaan waktu, lingkungan, terutama secara geografis. Konfirgurasi model ekonometris yang kita dapatkan bisa sesuai dengan teori bila dalam melakukan pengumpulan gosip atau data di waktu yang tepat. Model ekonometris antara biaya iklan terhadap volume penjualan akan sempurna bila gosip lapangan kita peroleh ketika cuaca cerah. Model ekonometris sanggup berbeda bila gosip yang diperoleh pada ketika trend hujan.
Lingkungan pun secara geografis juga mempunyai dampak terhadap model ekonometris yang terbentuk. Variabel biaya iklan bisa besar lengan berkuasa positif terhadap volume penjualan ketika penelitian dilkakukan di Indonesia. Namun, tidak besar lengan berkuasa ketika penelitian yang sama dilakukan di negara Eropa.
Dengan demikian, kegagalan penelitian bukanlah ditinjau dari kegagalan dalam uji hipotesis. Tetapi, secara jeli hendaknya dibawa pada konteksnya serta bagaimana peneliti bisa menjelaskan fenomena eksternal apa yang memengaruhi model ekonometrisnya.
Apabila penelitian diadakan sebagai wujud impian untuk menolak hipotesis awal (Ho), apakah bila gagal menolak, lantas dikatakan penelitian yang kita lakukan gagal?.
Tidak. Penelitian kita tidak sempurna bila dikatakan gagal. Kegagalan dalam menolak hipotesis awal sejatinya menghasilkan suatu analisis baru, termasuk keberhasilkan penelitian dalam mendukung kekuatan hipotesis awal itu. Bila hipotesis awal menyatakan bahwa tidak ada relasi linier antara biaya iklan dan volume penjualan, maka error term sanggup dipakai sebagai variabel non-deterministik perihal fenomena yang terjadi. Ketidaknormalan dampak kedua variabel itu juga menunjukan seberapa besar potensi yang belum kita gunakan di dalam model ekonometris.
Anggapan bahwa penelitian "gagal" ketika gagal menolak hipotesis awal juga perlu dibawa pada konteks uji hipotesis. Bila uji hipotesisnya perihal uji asumsi, sudah seharusnya mendapatkan hipotesis awal (gagal menolak). Bila dibawa pada konteks uji dampak antara variabel biaya iklan dan volume penjualan, maka umumnya menolak hipotesis awalnya.
Saat dalam model, biaya iklan tidak signifikan memengaruhi volume penjualan (gagal menolak hipotesis awal), terdapat beberapa kemungkinan. Pertama, kurangnya jumlah sampel yang kita gunakan. Semakin kecil ukuran sampel, maka semakin kecil gosip variabel yang kita dapatkan, menciptakan kemungkinan semakin kecilnya sampel "menerangkan" karakteristik populasi yang sebenarnya. Tipologi populasi sasaran hendaknya diketahui, relatif homogen atau homogen. Ukuran sampel tentunya lebih besar bila populasi targetnya relatif heterogen.
Kedua, kurang mampunya variabel bebas menjelaskan proporsi keragaman variabel terikatnya. Meski secara teori biaya iklan memberi dampak positif terhadap volume penjualan, namun biaya iklan pada realitanya justru belum bisa menjelaskan aspek perikalanan itu sendiri. Untuk itu, kita memerlukan variabel lain sebagai variabel yang menjadi ukuran periklanan. Kita juga bisa menetapkan indikator tertentu yang menjadi ukuran iklan itu, contohnya frekuensi promosi kepada konsumen.
Kemungkinan ketiga yaitu perbedaan waktu, lingkungan, terutama secara geografis. Konfirgurasi model ekonometris yang kita dapatkan bisa sesuai dengan teori bila dalam melakukan pengumpulan gosip atau data di waktu yang tepat. Model ekonometris antara biaya iklan terhadap volume penjualan akan sempurna bila gosip lapangan kita peroleh ketika cuaca cerah. Model ekonometris sanggup berbeda bila gosip yang diperoleh pada ketika trend hujan.
Lingkungan pun secara geografis juga mempunyai dampak terhadap model ekonometris yang terbentuk. Variabel biaya iklan bisa besar lengan berkuasa positif terhadap volume penjualan ketika penelitian dilkakukan di Indonesia. Namun, tidak besar lengan berkuasa ketika penelitian yang sama dilakukan di negara Eropa.
Dengan demikian, kegagalan penelitian bukanlah ditinjau dari kegagalan dalam uji hipotesis. Tetapi, secara jeli hendaknya dibawa pada konteksnya serta bagaimana peneliti bisa menjelaskan fenomena eksternal apa yang memengaruhi model ekonometrisnya.
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/