Friday, May 12, 2017

√ Memilih Ukuran Sampel Yang Cukup

 ukuran sampel merupakan salah satu cuilan penting √ Menentukan Ukuran Sampel yang Cukup
Menentukan Ukuran Sampel yang Cukup

Dalam sebuah penelitian atau survei, ukuran sampel merupakan salah satu cuilan penting. Sebab, dari sampel itulah kita melaksanakan acara statistik sebagai dasar pengumpulan data untuk kemudian dianalisis. Istilah umum dalam literatur membagi sampel menjadi dua jenis, yaitu sampel kecil dan sampel besar. Meski, tidak ada dasar ilmiah niscaya mengenai berapa jumlah sampel dianggap kecil dan berapa pula jumlah sampel yang dianggap besar.

Beberapa hebat statistika menyatakan bahwa dasar sampel dikatakan kecil atau besar yakni berdasarkan jumlah amatan atau n tabel distribusi teoritis tertentu, misalkan tabel t, di mana jumlah n yang tersedia sebanyak 30. Hal ini mengartikan bahwa saat jumlah sampel lebih dari 30 maka dianggap sebagai sampel besar.

Sebetulnya, belum terdapat hukum baku mengenai berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian atau survei. Dalam artian, berapa banyak jumlah sampel untuk memenuhi kecukupan menjadi “wakil” dari populasi. Sebagaimana yang dikatakan Linc0l1n Arsyad (2001) yang menyatakan tidak ada hukum yang tegas berapa jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang tersedia. Tidak ada pula batasan yang ”pasti” dan terang apa yang dimaksud dengan sampel besar dan sampel yang kecil.

Meski demikian, beberapa hebat statistika mempunyai pendapat tersendiri terkait ukuran sampel yang dikatakan cukup mewakili populasi ini. Gay dan Diehl (1992) beropini bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak ukuran sampel, maka akan semakin mewakili dan akibatnya bisa dipakai untuk inferensi statistik. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
  1. Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya yakni 10% dari populasi;
  2. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya yakni 30 subjek;
  3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group;
  4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya yakni 15 subjek per group.
Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga menunjukkan beberapa kriteria terkait seberapa besar ukuran sampel yang relevan dan memenuhi aspek keterwakilan populasi dalam sebuah penelitian atau survei, yaitu:

  1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 yakni sempurna untuk kebanyakan penelitian;
  2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori yakni tepat;
  3. Dalam penelitian peubah ganda atau multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10 kali dari jumlah variabel dalam penelitian;
  4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses yakni mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 hingga dengan 20.
Slovin (1960) memilih ukuran sampel suatu populasi dengan rumus:
 ukuran sampel merupakan salah satu cuilan penting √ Menentukan Ukuran Sampel yang Cukup
Rumus Slovin
Keterangan:
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05
catatan: rumus ukuran sampel Slovin hanya sanggup dipakai bila tujuan analisis penelitian atau survei untuk mengestimasi proporsi. Selain itu, rumus Slovin tidak cocok digunakan, terutama bila ukuran populasi terlalu besar, ukuran sampel rumus Slovin akan stagnan pada angka 400.

Contoh
Diketahui jumlah populasi penduduk desa Kalipucang yakni 150, dengan memakai tingkat kesalahan yang dikehendaki yakni 5%, maka jumlah sampel yang dipakai adalah...
Solusi:
n = 150/(1+ (0,05)2 x 150)) = 109,091, dibulatkan 109

Frankel dan Wallen (1993) menyarankan besar sampel minimum untuk:
  1. Penelitian dengan analisis deskriptif sebanyak 100;
  2. Penelitian dengan analisis hubungan sebanyak 50;
  3. Penelitian dengan analisis kausal-perbandingan sebanyak 30 per group;
  4. Penelitian bersifat eksperimental, contohnya penelitian indoor atau laboratorium, maka memakai sebanyak 30/15 per group.
Teknik lain untuk mendapat ukuran sampel yang cukup juga dikenalkan oleh Malhotra (1993), menurutya ukuran sampel yang diambil sanggup ditentukan dengan mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5 kali jumlah variabel. Dengan demikian bila jumlah variabel yang diamati berjumlah 60, maka sampel minimalnya yakni 5 x 60 = 300. Meskipun belum jelas, apakah variabel yang dimaksud yakni semua variabel (variabel bebas dan terikat) atau hanya variabel bebas saja.

Ahli statistika, Arikunto Suharsimi (2005) mempunyai teknik tersendiri dalam menunjukkan panduan memilih ukuran sampel yang cukup. Menurutnya,”...jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mareka sanggup memilih kurang lebih 25 – 30 persen dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya mencakup antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya peneliti memakai angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila peneliti memakai teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut sanggup dikurangi berdasarkan teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti.

Referensi :

Arikunto Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management. MacMillan Publishing Company, New York

Slovin dikutip dari Riduwan. (2005). Belajar Praktis Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. p :65

Malhotra K. Naresh. 1993. Marketing Research An Applied Orientation, second edition. Prentice Hall International Inc, New Jersey

Nursiyono, Joko Ade. 2014. Kompas Teknik Pengambilan Sampel. Jakarta: In Media.

Roscoe dikutip dari Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/