Saturday, June 10, 2017

√ Pertumbuhan Ekonomi Triwulan Iii 2017 Membaik? Padahal Nyatanya Hal Ini Perlu Diperhatikan

 merilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini yakni sebesar  √ Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 Membaik? Padahal Nyatanya Hal Ini Perlu Diperhatikan
Berita Resmi Statistik Triwulan III 2017, sumber: BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini yakni sebesar 5,06 persen. Berdasarkan Berita Resmi Statistik (BRS) No. 101/11/Th.XX juga disebutkan bahwa Produk Domestik Bruto nasional ketika ini berada pada posisi Rp. 3.502,3 triliun.
 merilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini yakni sebesar  √ Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 Membaik? Padahal Nyatanya Hal Ini Perlu Diperhatikan
Series Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III, yoy 2011 - 2017, sumber: BPS
Pertumbuhan ekonomi triwulan III kali ini relatif lebih tinggi jikalau dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I dan II 2017 yang tampak stagnan pada angka 5,01 persen. Secara year on year, pertumbuhan ekonomi triwulan III juga meningkat dibandingkan Triwulan III pada tahun 2016. BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan III ini yakni yang paling tinggi dibandingkan kondisi yoy dalam empat tahun terakhir.

Bila ditinjau berdasarkan wilayah, Pulau Jawa masih mendominasi penyumbang besarnya PDB nasional pada triwulan ini, yakni 58,51 persen. Diikuti oleh Sumatera sebesar 21,54 persen, kemudian Kalimantan sebesar 8,10 persen, Sulawesi sebesar 6,16 persen, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,22 persen dan terakhir yaitu Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,47 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III ini juga tak lepas dari peranan realisasi belanja pemerintah (APBN) triwulan III 2017 yang mengalami peningkatan sebesar 22,56 persen dari pagu 2017. Selain itu, acara ekspor dan impor juga nampak mengalami peningkatan jikalau dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan year on year (yoy).

Yang masih menjadi problem perekonomian Indonesia sampai tamat 2017 ini yakni menurunnya kinerja lapangan perjuangan pertanian. BPS mencatat bahwa laju pertumbuhan ekonomi lapangan perjuangan pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulanan III 2017 mengalami perlambatan, menjadi 2,92 persen. Laju pertumbuhan ini terlihat lebih kecil dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,33 persen.
 merilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini yakni sebesar  √ Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 Membaik? Padahal Nyatanya Hal Ini Perlu Diperhatikan
Laju pertumbuhan, sumber: BPS
Perlambatan laju pertumbuhan lapangan perjuangan pertanian, kehutanan dan perikanan tersebut bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, beberapa faktor cuaca, kenaikan produksi serta momentum hari keagamaan mempunyai efek terhadap perlambatan kinerja lapangan perjuangan tersebut. Keadaan sebaliknya malah terjadi pada lapangan perjuangan industri pengolahan atau manufaktur.
 merilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini yakni sebesar  √ Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 Membaik? Padahal Nyatanya Hal Ini Perlu Diperhatikan
Laju pertumbuhan industri pengolahan naik, sumber: BPS
Adanya peningkatan industri masakan dan minuman terutama alasannya yakni adanya dorongan produksi kelapa sawit, peningkatan seruan tekstil dan pakaian jadi, bergulirnya pekerjaan konstruksi dan upaya pemerintah memulihkan lapangan perjuangan pertambangan dan penggalian menjadikan industri pengolahan mempunyai laju pertumbuhan mencapai 4,84 persen.
 merilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini yakni sebesar  √ Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017 Membaik? Padahal Nyatanya Hal Ini Perlu Diperhatikan
Struktur dan Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017, sumber: BPS
Kendati demikian, dalam hal sumbangsih terhadap camilan bagus PDB nasional, lapangan perjuangan pertanian kehutanan dan perikanan tak kalah jauh daripada industri pengolahan. Bila share industri pengolahan pada triwulan III ini mencapai 19,93 persen, lapangan perjuangan pertanian kehutanan dan perikanan yakni penyumbang camilan bagus PDB nomor dua setelahnya, yaitu sebesar 13,96 persen. Walaupun begitu, kita tetap mencemaskan kondisi lapangan perjuangan pertanian kehutanan dan perikanan. Berdasarkan kalkulasi BPS, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2017 lebih didominasi oleh lapangan perjuangan industri pengolahan, yaitu sebesar 1,02 persen. Diikuti oleh lapangan perjuangan perdagangan (0,72 persen), kemudian konstruksi (0,69 persen), kemudian infokom (0,45 persen). Sementara lainnya lebih disumbang oleh lapangan perjuangan lainnya.

Dengan semakin mengecilnya tugas dan fungsi lapangan perjuangan pertanian kehutanan dan perikanan, maka kelak pertumbuhan ekonomi nasional akan didominasi oleh industri manufaktur. Masalahnya yakni seberapa besar kualitas pertumbuhan ekonomi itu? Bilamana pertumbuhan ekonomi terus melaju, lantas apakah pengangguran berkurang? Ini yang menjadi persoalan.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa lapangan perjuangan yang sampai kini masih welcome terhadap ketersediaan tenaga kerja yakni lapangan perjuangan pertanian kehutanana dan perikanan. Siapapun jikalau "banting setir" dan terjun dalam lapangan perjuangan tersebut. BPS menyebutkan bahwa angkatan kerja pada Agustus 2017 memang sebanyak 128,06 juta orang. Meski begitu, kondisi tersebut ternyata menurun sebesar 3,49 juta orang jikalau dibandingkan dengan kondisi Februari 2017. Pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi di sekitar angka 4 sampai 5 persen ternyata belum cukup bisa "memborong" seluruh angkatan kerja yang ada.

Buktinya, berdasarkan data BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2017 hanya sebesar 66,67 atau menurun dibandingkan kondisi Februari 2017 yang sebesar 69,02. Daya serap lapangan perjuangan terhadap ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) nampaknya mengecil, meski pemerintah mengklaim lapangan kerja semakin banyak dan bervariasi. Tenaga kerja yang ada kini justru bersaing dengan mesin. Meski pemerintah tahun ini membuka kran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) besar-besaran tapi hal itu hanya memenuhi kuota gugusan kosong semata, tidak ada niatan berupaya mengurangi pengangguran.

Berdasarkan data BPS pula, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni lulusan yang menyumbang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi, sekitar 12 persen. Ini memperlihatkan makna kepada kita bahwa pertumbuhan ekonomi yang makin baik justru "keropos" alasannya yakni pengangguran makin bertambah. Sekolah Menengah kejuruan yang merupakan lahan menghasilkan tenaga kerja terampil dan kreatif harus dikorbankan demi memenuhi efisiensi proses peningkatan nilai tambah barang dan jasa. Mereka semua bersaing bukan dengan sesamanya, namun dengan mesin-mesin serba canggih dengan penggunaan materi bakar yang irit. Jadi, pemerintah tak perlu terlalu gembira dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik sebagaimana judul "pengantar tidur" Kompas.com edisi hari ini. Ada hal-hal krusial yang justru menjadikan pertumbuhan ekonomi itu tak ada apa-apanya.(*)
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/