Listing Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, sumber foto: dokpri
Salah satu ciri data yang baik dan berkualitas yakni up to date alias kekinian atau sanggup juga disebut terbaru. Untuk memperoleh data yang demikian, diharapkan beberapa upaya, salah satunya yakni teknik listing sebelum dilakukannya acara statistik.
Listing dalam pengertian sederhananya yakni acara mendaftar (me-list) seluruh elemen di dalam populasi yang menjadi sasaran acara statistik (sensus dan survei). Listing mempunyai tugas penting dalam proses menuju data yang berkualitas. Sebab, ada tidaknya listing menunjukkan ada tidaknya pula elemen di dalam populasi yang terupdate.
Dalam praktiknya, listing dilakukan dengan mendata secara sekilas mengenai keberadaan setiap elemen di dalam populasi. Termasuk di dalamnya, dilakukan pula konfirmasi terhadap elemen yang sudah ada atau elemen gres populasi.
Listing dilakukan untuk mendapat sebuah daftar yang memuat elemen populasi secara lengkap dan terurut. Daftar inilah yang biasanya disebut sebagai kerangka sampel (sampling frame).
Listing ini mempunyai kedudukan sekaligus fungsi yang penting, terutama ketika melaksanakan penarikan pola (sampel, jikalau melaksanakan survei). Kedudukan penting acara listing sangat terkait dengan pengambilan sampel berpeluang (probability sampling). Fungsinya pun menjadi sentral berhasil tidaknya sebuah sensus atau survei. Sebab, kesalahan dalam listing akan berakibat fatal meningkatkan sampling eror (se).
Suatu ketika Nganu hendak melaksanakan survei petani di desa Mangga. Sebelumnya, beliau melaksanakan listing rumah tangga yang pencahariannya yakni petani. Suatu ketika...
"Kula nuwun..." ucapnya seraya mengetuk pintu sebuah rumah.
"Oh, mari masuk, Pak" jawab empunya rumah.
"Nggih, Pak. Ini saya mau meneliti ihwal pengeluaran petani di desa ini. Tujuannya nanti mau menciptakan analisis mengenai rata-rata pengeluaran rumah tangga petani, Pak," Nganu memulai sambil membuka dokumen listing.
"Oh, ya Pak. Kebetulan saya gres beralih pencaharian, Pak. Bulan kemudian saya sudah tidak bertani lagi. Alhamdulillah kini saya mendirikan kios, Pak. Begitu."
"Oh, begitu. Nama Bapak Ngadimen kan?" Tanya Nganu.
"Nggih, Pak. Leres, benar" jawabnya.
"Hm...nggih, Pak. Maturnuwun kalau begitu," respon Nganu.
Mendengar perkataan Pak Ngadimen, Nganu menghapus nama Pak Ngadimen pada daftar listing yang beliau peroleh dari peneliti sebelumnya di desa itu.
Contoh di atas menunjukkan bahwa listing akan mengakibatkan data mengenai gosip elemen populasi menjadi terbarukan. Apabila Nganu tidak menghapus nama Pak Ngadimen dalam daftar listing, maka akan fatal jikalau sehabis menarik sampel, yang terpilih Pak Ngadimen. Begitu pula jikalau Nganu tetap memasukkan data Pak Ngadimen dengan jalan, jikalau terpilih sampel, data yang ditanyakan yakni data pengeluaran sewaktu Pak Ngadimen sebagai petani. Ini terang akan merusak estimasi parameter populasi.
Listing yang baik juga dilakukan dengan mendata elemen satu per satu. Apa tujuannya? Ya...agar tidak ada elemen populasi yang terlewat atau terlisting ganda. Pun, listing yang terurut sanggup memvalidasi identitas elemen populasi yang berlainan, padahal sebetulnya sama.
"Pak, saya mau bertanya, apakah benar ini rumah Bapak Ngadimen?" Tanya Nganu.
"Nama saya Dimen Nugroho, Pak. Mungkin Bapak salah" jawabnya.
"Tunggu dulu, Pak. Sebenarnya nama suami saya ini Ngadimen Nugroho, Pak" sahut istri Ngadimen.
"Oh begitu ya, Bu. Baik, terima kasih, Bu."
Pada kasus menyerupai ini, jikalau terjadi human eror (moral hazard) atau peneliti kurang melaksanakan probing terhadap identitas elemen, maka akan berpeluang besar mengakibatkan elemen ganda di dalam updating daftar rumah tangga, padahal dua nama itu yakni nama milik seorang saja.
Listing begitu vital di dalam pelaksanaan sensus maupun survei. Oleh sebab itu, jikalau kita akan melaksanakan sensus atau survei, kita sangat perlu melaksanakan tahap listing dengan baik dan benar. Ini menjadi urgensi bahwa data yang kita hasilkan nantinya diharapkan valid. Bukan data sampah.(*)
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/Salah satu ciri data yang baik dan berkualitas yakni up to date alias kekinian atau sanggup juga disebut terbaru. Untuk memperoleh data yang demikian, diharapkan beberapa upaya, salah satunya yakni teknik listing sebelum dilakukannya acara statistik.
Listing dalam pengertian sederhananya yakni acara mendaftar (me-list) seluruh elemen di dalam populasi yang menjadi sasaran acara statistik (sensus dan survei). Listing mempunyai tugas penting dalam proses menuju data yang berkualitas. Sebab, ada tidaknya listing menunjukkan ada tidaknya pula elemen di dalam populasi yang terupdate.
Dalam praktiknya, listing dilakukan dengan mendata secara sekilas mengenai keberadaan setiap elemen di dalam populasi. Termasuk di dalamnya, dilakukan pula konfirmasi terhadap elemen yang sudah ada atau elemen gres populasi.
Listing dilakukan untuk mendapat sebuah daftar yang memuat elemen populasi secara lengkap dan terurut. Daftar inilah yang biasanya disebut sebagai kerangka sampel (sampling frame).
Listing ini mempunyai kedudukan sekaligus fungsi yang penting, terutama ketika melaksanakan penarikan pola (sampel, jikalau melaksanakan survei). Kedudukan penting acara listing sangat terkait dengan pengambilan sampel berpeluang (probability sampling). Fungsinya pun menjadi sentral berhasil tidaknya sebuah sensus atau survei. Sebab, kesalahan dalam listing akan berakibat fatal meningkatkan sampling eror (se).
Suatu ketika Nganu hendak melaksanakan survei petani di desa Mangga. Sebelumnya, beliau melaksanakan listing rumah tangga yang pencahariannya yakni petani. Suatu ketika...
"Kula nuwun..." ucapnya seraya mengetuk pintu sebuah rumah.
"Oh, mari masuk, Pak" jawab empunya rumah.
"Nggih, Pak. Ini saya mau meneliti ihwal pengeluaran petani di desa ini. Tujuannya nanti mau menciptakan analisis mengenai rata-rata pengeluaran rumah tangga petani, Pak," Nganu memulai sambil membuka dokumen listing.
"Oh, ya Pak. Kebetulan saya gres beralih pencaharian, Pak. Bulan kemudian saya sudah tidak bertani lagi. Alhamdulillah kini saya mendirikan kios, Pak. Begitu."
"Oh, begitu. Nama Bapak Ngadimen kan?" Tanya Nganu.
"Nggih, Pak. Leres, benar" jawabnya.
"Hm...nggih, Pak. Maturnuwun kalau begitu," respon Nganu.
Mendengar perkataan Pak Ngadimen, Nganu menghapus nama Pak Ngadimen pada daftar listing yang beliau peroleh dari peneliti sebelumnya di desa itu.
Contoh di atas menunjukkan bahwa listing akan mengakibatkan data mengenai gosip elemen populasi menjadi terbarukan. Apabila Nganu tidak menghapus nama Pak Ngadimen dalam daftar listing, maka akan fatal jikalau sehabis menarik sampel, yang terpilih Pak Ngadimen. Begitu pula jikalau Nganu tetap memasukkan data Pak Ngadimen dengan jalan, jikalau terpilih sampel, data yang ditanyakan yakni data pengeluaran sewaktu Pak Ngadimen sebagai petani. Ini terang akan merusak estimasi parameter populasi.
Listing yang baik juga dilakukan dengan mendata elemen satu per satu. Apa tujuannya? Ya...agar tidak ada elemen populasi yang terlewat atau terlisting ganda. Pun, listing yang terurut sanggup memvalidasi identitas elemen populasi yang berlainan, padahal sebetulnya sama.
"Pak, saya mau bertanya, apakah benar ini rumah Bapak Ngadimen?" Tanya Nganu.
"Nama saya Dimen Nugroho, Pak. Mungkin Bapak salah" jawabnya.
"Tunggu dulu, Pak. Sebenarnya nama suami saya ini Ngadimen Nugroho, Pak" sahut istri Ngadimen.
"Oh begitu ya, Bu. Baik, terima kasih, Bu."
Pada kasus menyerupai ini, jikalau terjadi human eror (moral hazard) atau peneliti kurang melaksanakan probing terhadap identitas elemen, maka akan berpeluang besar mengakibatkan elemen ganda di dalam updating daftar rumah tangga, padahal dua nama itu yakni nama milik seorang saja.
Listing begitu vital di dalam pelaksanaan sensus maupun survei. Oleh sebab itu, jikalau kita akan melaksanakan sensus atau survei, kita sangat perlu melaksanakan tahap listing dengan baik dan benar. Ini menjadi urgensi bahwa data yang kita hasilkan nantinya diharapkan valid. Bukan data sampah.(*)