Monday, May 27, 2019

√ Menentukan Penelitian Kuantitatif

Di usia saya yang sekarang, ditambah dengan kondisi yang dihadapi perlu kiranya memikirkan betul-betul jenis penelitian yang akan dipakai untuk tesis, kuantitatif kah atau kualitatif kah. Kalau saja ingin berdasarkan pada idealisme, tentu kualitatif menjadi pilihan yang tepat. Memang secara pengalaman, saya belum pernah memakai jenis penelitian ini. Karena tidak mempunyai partner atau pembimbing yang sanggup mengarahkan. Sebenarnya di strata dua ini menjadi kesempatan bagi saya untuk lebih memperdalam jenis penelitian ini.

Tapi, situasi dan kondisi ketika ini membuatku berpikir bahwa jenis penelitian kualitatif kurang sempurna untuk menjadi pilihan. Pencarian data melalui wawancara yang mendalam tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Sedangkan saya harus bisa membagi waktu dengan pekerjaan sebagai guru dan operator bahkan waktu dengan keluarga. Sedangkan dari segi biaya tentu tidak sedikit. Ya jikalau sekali tiba bisa eksklusif ketemu koresponden kemudian eksklusif wawancara, jikalau tidak niscaya butuh waktu dan biaya lagi.

Tanggung jawab moral terhadap dunia kerja juga mendesakku untuk "menghindari" penelitian yang memerlukan wawancara atau observasi eksklusif secara mendalam. Bagaimana tidak. Objek penelitian administrasi pendidikan hanya bisa diamati atau diwawancarai ketika jam kerja. Namun ketika pelaksanaan penelitian itu dilakukan ketika jam kerja niscaya akan membuatku harus izin meninggalkan sekolah. Perasaan "tidak enak" kepada kepala sekolah dan rekan sejawat niscaya muncul. Bahkan rasa "tidak enak" dalam hati niscaya akan berubah berlipat-lipat ketika meninggalkan murid-muridku.

Solusinya mau tidak mau, idealisme dan ketertarikanku pada jenis penelitian kualitatif harus saya tanggalkan dulu. Pemikiran dan rencana tesisku ke depan harus lah realistis. Atas pertimbangan-pertimbangan di atas, penelitian kuantitatif mungkin akan jadi pilihan untuk tesisku di jurusan MP UAD ini.

Dalam pikiranku, penelitian kuantitatif ini akan saya desain dengan intrumen penelitian berupa angket ditambah dengan observasi dan wawancara secukupnya saja. Harapannya data bisa saya peroleh dengan mudah. Tidak perlu bertemu eksklusif dengan responden penilitian. Sehingga apabila tidak bertemu yang bersangkutan, angket sanggup saya titipkan dan menciptakan komitmen untuk saya ambil di kemudian hari.

Menurutku sementara ini, menentukan jenis penelitian kuantitatif ialah hal yang paling realistis. Namun, apakah menghindari penelitian jenis kualitatif dalam rangka menekan biaya dan waktu kemudian menentukan penelitian kuantitatif sesuatu yang benar dan sempurna secara teori keilmuan metodologi penelitian? Saya khawatir, ternyata kenyataannya penelitian kualitatif malah lebih gampang dan murah.

Yah, intelektual boleh salah, tapi dihentikan bohong.

Mendut, 2 Februari 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com